SEBELUM BACA ADA BAIKNYA VOTE DAN KOMEN DULU YA😽
Spesial >2,6K nih:)
Happy reading
***
Masa skors Daniel dan Nara gunakan untuk belajar bersama--ini sesuai dengan permintaan Tama yang mengancam akan menutup akses Daniel dalam bermain musik kalau Daniel tidak menurut. Dan ya, sudah bisa dipastikan. Meski Daniel ikut belajar, cowok itu lebih banyak bermain handphone dan menganggu Nara. Beberapa kali Nara menghela napas pelan dan berdecak.
"Mending kita jalan-jalan," celetuk Daniel yang sudah selonjoran di sofa sambil menggeser layar handphonenya.
"Kita di skors, Daniel. Bukan liburan!"
"Ya bedanya apa? Sama-sama di rumah, kan?" jawab Daniel santai. Nara hanya bisa menanggapi dengan dengusan dan kembali untuk menjawab soal. Ia tadi sudah mengecek pesan dari Safira yang mengabarkan tugas untuk hari ini. Dan karena bingung ingin melakukan apa ditambah permintaan Tama untuk mengajak Daniel belajar. Maka dari itu Nara memilih mengerjakan tugas saja.
"Nara?"
"Hm?" jawab Nara sambil menoleh ke arah Daniel yang ternyata tengah menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Nara mengerutkan alisnya menunggu kalimat yang akan keluar dari mulut Daniel. "Apa?"
"Ekhem, lo ... nggak ada niatan buat cari siapa orang tua kandung lo?" tanya Daniel ragu-ragu. Melihat bagaimana respon Nara yang tiba-tiba terdiam dan menunduk membuat rasa bersalah menyeruak di hati Daniel. "Sorry, gue cuma tanya. Nggak perlu lo jawab, nggak papa."
"Kenapa minta maaf?" tanya Nara dengan senyum getir. "Bukannya aku nggak mau, Niel. Tapi, nggak ada satupun petunjuk buat aku tahu. Ibu Astrid cuma bilang aku diantar oleh seorang wanita yang mengaku perawat rumah sakit. Kamu kira dengan hanya bermodal itu aku bisa langsung tahu?"
"Ya juga," jawab Daniel dengan menghela napasnya pelan. Belum lagi, setaunya bu Astrid setengah lupa dengan wajah wanita itu kalau saja Trisha tidak menunjukkan foto yang tak lain dan tak bukan wanita itu adalah ibu dari Trisha sendiri yang notabennya nenek Nara dari pihak ibu. Jujur, Daniel sampai tak percaya mendengar fakta itu dari Trisha. Bagaimana bisa seorang nenek begitu tega menitipkan cucunya sendiri ke panti asuhan? Namun, sampai sekarang Daniel belum tahu alasan dari kelakuan yang menurutnya jahat itu.
"Daniel, kamu kenapa?"
"Hah? Eh?" Daniel gelagapan. Ia menatap Nara dengan kedua alis terangkat. "Apa?"
"Aku yang tanya kamu kenapa, malah kamu balik tanya!" ucap Nara gemas sambil meringis kesal.
Bukannya menjawab, Daniel malah mengendikkan bahunya tak paham. Nara menggeleng pelan.
"Oh ya, Bunda kamu kok belum pulang, ya?" tanya Nara sambil celingukan. Barang kali Rita yang sejam tadi pamit belanja sudah pulang namun dirinya tidak tahu. Dan bukannya sebuah jawaban yang ia dapatkan, melainkan malah sebuah jitakan pelan di kepalanya membuat Nara meringis dan langsung melirik Daniel yang masih di posisi awalnya--selonjoran di sofa.
"Bunda gue, bakal jadi Bunda lo juga kali!" ucap Daniel tegas. Sebenarnya Nara bingung, tapi ia tak berani menjawab.
Tak lama, suara pintu dari depan mengalihkan perhatian keduanya. Rita masuk dengan menenteng dua tas belanjaan. Nara dengan sigap bangkit menghampiri Rita dan mengambil alih salah satunya.
"Nara bantu ya, Bun?" Sesuai percakapan kemarin di ruang keluarga seusai makan malam, Rita meminta Nara untuk memanggilnya dengan sebutan yang sama seperti Daniel dan Dania. Hal itu Rita pinta karena dengan begitu ia dan Nara bisa lebih akrab.

KAMU SEDANG MEMBACA
Daniel Owns Me
Ficção Adolescente[Heartbeat] "Sekali lo berurusan sama Daniel. Kecil kemungkinan lo buat lepas dari dia. Karena Daniel, bukan orang yang mudah lepasin lawannya." Daniel Aska Sagara, sudah bukan rahasia umum lagi jika orang-orang menyebutnya sebagai cowok yang tidak...