BAB 1 - Pertemuan Pertama

1.8K 61 0
                                    

Awal aku buat peran Edwin di dalam cerita Langit & Senja memang sengaja pengen bikin cerita ini.

Semoga suka yaa, lagi pengen bikin cerita sedih-sedih 😅 Baca selagi on going 😃

*****

"Ma ... Kania mau pakai dress hitam ini aja."

"Adek, dress itu terlalu terbuka, nggak boleh!" jawab mamanya.

"Tapi Ma, Kania bukan lagi anak remaja, Kania mau terlihat dewasa."

Mama Kania tersenyum, matanya menyorotkan kehangatan dan kasih sayang kepada anak semata wayangnya yang kini sudah beranjak dewasa. "Kania itu masih kuliah, masih 23 tahun, masih anak kecil."

"Ih, Ma ... temen-temen Kania itu udah ada yang nikah lho. Kalau Kania selalu menjadi Mama's litle girl, kapan Kania nikahnya?"

"Suatu saat pasti akan ada laki-laki yang bisa menerimamu sayang, dengan segala sifat kekanak-kanakanmu."

"Kania nggak kekanak-kanakan, Mama," tekan Kania.

"Iyaa, iyaa. Lebih baik sekarang kita bersiap datang ke pesta, dari pada nanti Papa ngomel karena kita terlalu lama bersiap."

Kania tak lagi mendebat, mengikuti apapun yang disiapkan mamanya. Seharusnya dia sudah cukup dewasa hanya untuk sekedar memilih baju yang akan dia gunakan ke pesta. Tetapi Mama Kania selalu menganggap bahwa Kania adalah gadis kecil yang masih harus perlu ditunjukkan apa-apa saja yang akan dia gunakan.

Kania sudah sering sekali komplain dengan semua perlakuan mamanya. Tetapi Mama Kania selalu beralasan bahwa itu sudah menjadi takdir Kania karena menjadi anak tunggal.

"Anak Papa cantik," puji Papa Kania. Laki-laki berpawakan tidak terlalu tinggi, dengan kumis tebal yang menunjukkan kegarangannya. Padahal, kumis itu sebenarnya hanya kamuflase. Papa Kania adalah salah satu laki-laki paling sabar, dan sangat humoris. Tetapi jika berada di hadapan anak buahnya, laki-laki itu bisa berubah menjadi singa yang menakutkan.

"Sudah tahu dari dulu."

"Kenapa cemberut?"

"Mama nggak ngebolehin Kania pilih dress sendiri. Lihatlah Pa," rengek Kania. Wanita itu menunjukkan dress yang sedang ia kenakan malam ini. Dress berwarna pink nude panjang sampai ke lutut berbentuk curve. Pakaian yang ia kenakan memang cantik, tetapi kurang menunjukan sisi kedewasaannya.

"Mau pakai dress apapun, anak Papa tetaplah cantik."

"Ih ... Papa sama Mama sama aja," sebal Kania sambil melangkahkan kakinya mendahului kedua orangtuanya.

Pintu mobil sudah dibukakan pengawal papanya. Malam ini mereka berencana pergi ke salah satu pesta kolega Papa Kania yang bekerja di kepolisian. Lahir di dalam keluarga pejabat turun temurun, Kania sudah sangat sering berada di pesta seperti sekarang. Pesta yang digunakan hanya untuk saling menunjukkan kekuasaan dan harta masing-masing. Kania sering merasa bosan, lalu memilih untuk menikmati makanan tanpa memperdulikan sekitarnya.

Tiga puluh menit akhirnya mereka sampai di sebuah hotel berbintang di kawasan Bandung. Malam ini, pesta lebih ramai dari biasanya. Informasi yang di dapatkan Kania, banyak pengusaha yang ikut di undang dari berbagai kota di Indonesia.

Seperti biasa, Kania menunjukkan senyum ramah tamah yang sangat di buat-buat. Berpura-pura bahagia berada di tempat ini, berkenalan dengan anak dari beberapa kolega papanya. Ada yang sudah di kenalnya karena mereka kuliah di tempat yang sama, tetapi tidak ada satu pun anak dari kolega papanya yang bisa menjadi sahabat baiknya.

Rata-rata anak orang kaya itu berteman dengan orang biasa karena dia tidak mau merasa tertandingi. Cukup luar biasa, kan?

"Kania mau mengambil cake dulu ya, Ma?" Kania meminta izin untuk mengambil salah satu hidangan yang cukup menggiurkan. Kania suka manis, tetapi beruntungnya itu semua tidak mempengaruhi bentuk tubuhnya yang tetap mungil dan langsing.

Love Me, Heal MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang