BAB 2 - Pertemuan kedua

635 49 0
                                    

Vote-nya bikin semangat update 🥰

—-

Gemericik air dipadukan dengan pemandangan kota Jakarta yang temaram menjadikan siapapun enggan beranjak dari tempat ini.

Kania dan mamanya baru saja selesai berenang di sebuah hotel di daerah Jakarta. Malas untuk beranjak, karena pemandangannya yang indah pun karena papa belum juga kembali dari pertemuan dengan koleganya.

Kania duduk di sebuah kursi santai berwarna putih sedangkan mamanya berdiri mengabadikan moment kota Jakarta dari ketinggian lantai 8. Papa memang tipikal laki-laki sayang keluarga, sering membawa mama atau Kania jika ada beberapa pertemuan penting di luar kota, termasuk weekend ini.

"Papa udah balik belum ya, Ma?" tanya Kania di sela-sela aktivitasnya menyeruput lemon squash.

"Nanti malam kita nyusul Papa, mau sekalian ngajakin makan malam."

"Nggak di hotel ini, Ma?"

"Nggak, nanti Papa yang kasih tahu."

"Oh, oke deh. Kania balik ke atas dulu ya?" tawar Kania.

"Oke, sekalian siap-siap juga nggak apa apa, Nak. Sebentar lagi jam tujuh, tadi Papa bilang jam tujuh kita di jemput sopir."

"Okee."

Kania menuruti saran mamanya. Kembali ke kamar, langsung bersiap-siap pergi. Kania tidak tahu akan diajak kemana, dirinya juga hanya membawa baju seadanya. Wanita itu memutuskan untuk mengenakan celana slim fit berwarna hitam di padu dengan hoodie kebesaran menutupi tubuhnya yang mungil. Kania melihat penampilannya di depan cermin, tubuh mungil dengan wajah cantik chubby semakin membuatnya terlihat seperti gadis remaja. Ditambah dengan sifat manja Kania. Jika tidak mengenal siapa Kania, pasti orang-orang mengira gadis itu seperti anak SMA.

"Sudah siap?" Mamanya keluar dari dalam kamar mandi. Mengenakan dress cantik selutut yang membelit tubuhnya.

Kania menaikkan kedua alisnya, pakaian mereka sangat kontras jika akan datang ke tempat yang sama. "Kita makan dimana, Ma?"

"Di restorant kata Papa."

"Kania nggak bawa dress, Mama juga nggak bilang."

"Mama juga nggak tahu, ini untung aja Mama bawa."

"Terus gimana? Masa Kania pakai baju kaya gini?"

"Nggak apa apa sayang, kamu justru terlihat seperti anak SMA. Nggak masalah memiliki gaya seperti ini."

"Ih, Mama, Kania nggak ikut aja deh," sebal Kania.

"Yakin?" Mamanya bertanya dengan nada meremehkan. Kania tidak mungkin mau ditinggal sendirian di hotel.

Kania mengerucutkan bibirnya, lalu berjalan begitu saja mendahului mamanya. Gelak tawa mama Kania memenuhi kamar hotel suite malam ini. Sedangkan yang ditertawakan sudah melenggang pergi begitu saja.

Benar seperti yang Mama Kania ucapkan, mereka sekarang berada di sebuah restaurant mewah dengan gemerlap lampu yang glamor. Berkali-kali Kania mengumpat dalam hati, menyesali keputusannya yang tidak membawa dress. Biasanya mamanya ikut menyiapkan peralatan Kania, tetapi kemarin memang ajakan papanya begitu mendadak jadi mereka memilih untuk bersiap diri masing-masing.

Kania dan mamanya melangkah ke nomor meja yang sudah diinformasikan papanya. Lima langkah sebelum sampai ke meja, tubuh Kania menegang saat melihat sosok yang sempat menjadi bunga tidurnya selama berbulan-bulan. Edwin Magenta.

Setelah sempat mencuri informasi dari papanya tentang laki-laki itu, Kania mencari berbagai sumber informasi dan sosial media tentang laki-laki bernama Edwin Magenta. Kania tidak satupun mendapatkan informasi Edwin dari sosial media, semua informasi yang dia dapatkan hanya dari berita bisnis itu pun tidak banyak. Edwin memang tipikal cowo idaman Kania, misterius.

Love Me, Heal MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang