CDH 15 - BFF

5.2K 482 69
                                    

Bel tanda pelajaran berakhirpun terdengar, hari ini Netha merasa kalau tubuhnya lemas. Seharian ini dia harus melewati peristiwa yang menguras tenaga dan pikirannya. Netha ingin segera pulang dan berbaring di kasur nyamannya.

Kenyataan dan fakta yang di sampaikan Raima tadi benar-benar sangat menohok hatinya. Meski dia menolak untuk menyakini itu tapi kalau mau dipikir ulang sebenarnya ucapan Raima ada benarnya. Selama ini Andra sering mencarinya hanya karena kesulitan saat mendapat tugas. Meski tidak selalu karena tidak jarang mereka menghabiskan waktu bermain atau nongkrong sepulang sekolah tapi intensitasnya tidak sebanyak yang bisa menempatkanya menjadi seoarang teman apalagi sahabat.

Rasanya Netha ingin menertawai dirinya sendiri. Betapa bodohnya dia selama ini rela dimanfaatkan sebegitu banyak oleh Andra. Bahkan sampai hari ini dia bahkan rela melakukan hal gila dengan mengancam Pak Donny, wakil kepala sekolahnya hanya untuk melindungi Andra.

Dan fakta yang paling menyakitkan dari itu semua dalah perasaan cintanya pada Andra.

"Tha bisa kita bicara?" hampir saja Netha melewati pintu gerbang sekolahnya sebelum terdengar teriakan Andra yang kini menghampiri dengan motor besarnya. "Naik Tha!"

Netha yang sejak tadi sudah merasa lelah memilih untuk mengabaikan Andra, Ia bergeming dan terus berjalan hendak bergabung dengan gerombolan siswa lain untuk menyetop kendaraan umum. Sayangnya Andra menahannya kemudian menggandengnya untuk kembali masuk ke area sekolah. Andra memilih untuk meninggalkan motornya begitu saja di samping pos satpam.

Netha pasrah dan menurut saja saat Andra membawanya ke salah satu ruang kelas terdekat yang kini sudah kosong.

"Kita perku bicara Tha," Andra memulai percakapanya dengan wajah sangat serius, "Tadi gue denger dari anak-anak lo sama Raima berantem."

Netha menoleh sekilas sembari memutar bola matanya seakan menunjukan ketidakpeduliannya dengan bahasan Andra.

"Lo ada masalah apa sama Raima?" tanya Andra kesal karena merasa diabaikan.

Netha masih diam.

"Tha, ada apa? Kasih tahu gue__" nada bicara Andra terus naik.

Netha tetap diam, saat itu air mata sudah berkumpul di pelupuknya dan hanya dengan satu kedipan saja mungkin akan jatuh.

"Tadi gue udah tanya Raima, dia bilang lo marah sama dia karena lo nuduh kalau dia yang bocorin ke anak-anak tentang kasus pencurian kunci jawaban tempo hari."

Kali ini Netha reflek menoleh ke arah Andra, "Bukan Raima yang nyebarin Tha, dia aja baru tahu soal itu tempo hari, pas makan sama gue di kantin sama anak-anak OSIS."

Ini gila, harusnya sejak awal dia sobek saja mulut kotor Raima sehingga tidak membuat karangan semenjijikan itu.

"Tadi Raima nangis, dia merasa enggak melakukan semua itu. Raima tu orang baik Tha, selama ini dia enggak pernah mau bales orang-orang yang jahat sama dia. Lo tahu sendiri kan pas jaman jadi anak baru dulu dia sering di labrak sama anak-anak kelas tiga yang iri tapi sekalipun Raima enggak pernah bales dan bahkan dia juga enggak pernah laporin ke guru."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 05, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta Dalam HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang