"Biasa aja kali ngelihatinnya, katanya cuma teman," bisik Bobon pelan sambil terus menyuap bakso dengan lahap. Satu pelototan Netha layangkan tanda tidak terima serta keberatan tapi itu semua tidak juga membuat Babon lelah dan menyerah untuk menggodanya.
"Lo harus tahu kalau ada hukum alam saklek kalau di dunia ini tidak ada yang namanya hubungan pertemanan murni antara laki-laki dan perempuan, entah salah satunya mendam perasaan atau bisa juga mereka memang saling suka tapi enggak mau ngaku."
"Sok banget lo Bon ngomongnya kayak orang bener aja" Netha terang-terangan mendengus tidak sopan, sejak dua bulan bekerja di Echo Netha memang paling dekat dengan Bobon selain karena meraka satu team kerja, mereka juga merupakan teman ngobrol yang nyambung.
"Lah gue gini-gini udah paham sama asam manisnya percintaan manusia meski minim pengalaman, asal lo tahu kalau gua makan nasi dua tahun lebih dulu dari pada lo," ucap Bobon berapi-api tapi hanya dibalas dengan dengusan oleh Netha. Sebanyak apapun atau sesering apapun Bobon meledek statusnya dengan Andra tapi tetap dianggap angin lalu oleh Netha.
Hari ini adalah syukuran pembukaan cabang kedua "Echo" dan sejak tadi pandangan Netha tidak lepas sedikitpun dari Andra yang sedang fokus memberikan sambutan. Kagum? Tentu.
"Gue sama Andra udah temenan dari SMA dan kita memang cukup dekat sebagai seorang sahabat." Kembali Netha harus menjelasakan pada pria gendut ini "Dan selamanya akan selalu begitu."
"Tau ahh Tha, terserah lo aja. Capek gue lama-lama" ucap Bobon ketus "Tapi sekali lagi gue bilang, mulut manusia bisa bohong tapi mata sama ini enggak" sambungnnya sambil menunjuk dadanya –hati dengan telunjuk dan segera berlalu menuju meja yang berisi dessert, meninggalkan Netha yang memejamkan mata kemudian menggeleng mengusir segala ucapan Bobon barusan yang justru malah masuk ke otaknya begitu dalam.
"Tidak Netha, Jangan lagi!" Mantra ajaib yang Netha ucapkan untuk dirinya sendiri.
Saat Netha masih berusaha menormalkan pikirannya muncul tiga pria dari pintu depan dan langsung menghampirinya, "Nethaaaa"
Ada Risky, Bima dan Adit. Tentu ketiga sahabat Andra ini tidak mungkin melewatkan acara spesial ini. "Wuah ini beneran Netha? gue pikir si kunyuk Andra bohong pas dia bilang kalau lo kerja disini" Bima mengeleng tidak percaya. "Kok bisa sih,Tha?"
Netha tertawa pelan, "Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini." Tapi rasa canggung langsung menyergapnya, berbeda saat pertemuan di reuni beberapa waktu lalu dimana Netha sangat percaya diri berbaur tapi kini keadaan berbeda dan membuat nyalinya menciut. Rasa malu muncul tidak bisa terelakan meski dia coba hilangkan. "Kalian apa kabar?" bukannya menjawab pertanyaan Bima tapi Netha malah mengalihkan dengan pertanyaan lain.
Sebenarnya ketiga teman Andra ini tahu perihal membaiknya hubungan Andra dan Netha, sejak peristiwa di Platinum Club waktu itu tapi mereka tentu tidak percaya dengan informasi dari Andra kalau Netha bekerja di restorannya karena setahu mereka Netha adalah mahasiswa kedokteran.
"Alhamdulillah kita baik, Tha" jawab Adit pelan mewakili kedua temannya. Meski raut penuh tanya masih menghiasi wajah Risky, Bima maupun Adit tapi ketiganya paham kalau Netha tidak mau membagi kisahnya, toh mereka juga tidak begitu akrab. Selama SMA, Bima dan Risky hanya mengenal Netha sebagai teman satu sekolahan sementara Adit cukup dekat karena satu kelas dengan Netha.
Kemudian Adit kembali bersuara untuk menghapus kecanggungan diantara mereka, "Eh Tha, lo dapat salam dari Karina."
Wajah Netha langsung berbinar saat mendengar nama Karina teman dekatnya saat bekerja di Platinum club dulu, "Wahhhh kok nggak lo ajak sih Dit? Udah lama banget enggak ketemu dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dalam Hati
Roman d'amour"Tha, pakai baju Lo!" Ucap Andra sambil memalingkan wajahnya. "Bukan ini yang selama ini Lo mau? Hah?" tangan Netha sudah bergerak hendak membuka pelindung terakhir tubuhnya. "Jadi serendah ini gue dimata Lo tha?" Andra segera beranjak menuju pint...