Berondong (1)

65.8K 292 4
                                    

Gue akui, gue ini hiperseks, gue gampang sange. Tapi gue belum pernah sekalipun berhubungan seks. Selain karena gue belum nikah, gue juga belum siap menerima resiko kalau seandainya gue hamil gara-gara seks di luar nikah.

Namun terkadang, ada keinginan untuk melakukan itu. Di saat gue lagi sange banget. Tapi ujug-ujug gue cuma masturbasi sambil nonton bokep, kadang ngebayangin gebetan ngentotin gue. Tapi habis itu, kadang gue juga jadi jijik sama diri sendiri setelah orgasme. Kayak baru sadar apa yang gue lakukan ini memalukan. Tapi besok-besoknya malah diulang lagi masturbasi. Ya gimana, orang sange mah begitu, kadang sampai hilang pikiran.

Kayak yang gue lakuin sekarang. Gue asik ngocok memek gue sambil ngebayangin Angga, tetangga kost gue. Yah, gue ngekost di kostan campur. Sebetulnya gue jarang ngobrol dengan Angga, bahkan kami kalau berpapasan hanya say hi, gitu. Yang kutahu, Angga ini mahasiswa di Kampus dekat kost, nggak tahu semester berapa. Tapi dia itu ganteng banget, mana bodinya hot gitu. Gue jadi ngebayangin bentuk kontolnya gimana.

"Aaahhh..." Gue nggak bisa nahan desahan sambil gosok-gosok klitoris gue.

Gue ngebayangin di posisi gue yang lagi telentang gini, Angga menggenjot gue dengan kontolnya. Ah, enak banget.

Sampai akhirnya gue orgasme, gue merasa puas meski cuma ngebayangin Angga. Namun setelahnya gue jadi malu sendiri.

***

Gue lagi sange banget. Barusan masturbasi tapi nggak bisa orgasme, cuma becek-becek basah doang. Sialan. Rasanya pengen marah. Kesel. Kayaknya gue memang butuh kontol deh buat puasin gue. Entah kenapa, masturbasi gue kayaknya monoton banget. Pengen beli dildo tapi nggak tahu belinya di mana.

Gue keluar kamar, tapi terkejut ketika gue lihat Angga tengah duduk-duduk di lantai, tepatnya di depan pintunya yang terbuka. Seketika pipi gue merona mengingat gue sering ngebayangin dia waktu gue masturbasi.

Pas Angga mendongak buat melihat gue, dia cuma senyum sebagai sapaan. Ya ampun, senyumnya manis bangeeeet. Pengen cium bibirnya.

Heh! Nggak boleh, nggak boleh mikir mesum sekarang.

"Nggak kuliah, Ngga?" Tanyaku berbasa-basi.

"Nggak, Kak. Hari ini nggak ada kelas."

"Owh."

"Kak Kia nggak kerja?"

"Nanti masuk shift malam."

Aku bekerja di salah satu restoran, sebagai cook helper. Yah, aku lebih tua dari Angga, nggak tahu beda berapa tahun. Tapi kayaknya nggak jauh-jauh amat sih, mungkin sekitar tiga atau empat tahun. Karena aku sendiri masih dua puluh tiga tahun.

"Kamu kuliah jurusan apa sih, Ngga?" Aku bertanya lagi. Niatku yang tadinya ingin membeli nasi padang, jadi tertunda karena ingin ngobrol-ngobrol dikit sama Angga.

"Jurusan Teknik, Kak."

"Oooh, kalau gitu, bisa dong benerin keran wastafelku?"

"Rusak, Kak?"

"Iya. Soalnya kayak bocor gitu."

Angga berdiri. Meletakkan hapenya yang tadi ia pegang ke lantai. "Udah lama bocornya? Kok nggak bilang dari kemarin, Kak? Kan bisa kubenerin langsung."

"Ya soalnya kamu jarang keliatan. Kemarin udah hubungi yang punya kost, tapi nggak datang-datang."

"Ya udah, biar Angga benerin deh."

Angga menutup pintunya, lantas menyusulku memasuki kamarku.

Hatiku bersorak gembira, tak mampu menahan kedutan di bibirku. Keran wastafel gue memang rusak, tapi gue jadi merasa diuntungkan. Karena akhirnya gue punya waktu lebih lama dengan Angga.

Ah, gue jadi pengen ngentot sama dia sekarang. Kira-kira dia mau nggak ya?

"Oh, ini kerannya longgar nih, Kak. Mesti beli lem perekat deh, sama beli yang baru saja."

"Terus gimana dong?"

"Tapi coba Angga benerin dulu deh."

Angga mencoba dengan caranya untu membenarkan keran. Sementara aku memandangi punggungnya dari belakang. Kalau peluk dia kayaknya enak ya. Ah, tidak. Stop mikir mesum, Kiara.

Tiba-tiba air dari wastafel muncrat ke mana-mana, membuatku refleks menangkis dengan tangan. Angga tampak panik langsung menutupnya dengan tangan. Kemudian kami sama-sama ketawa karena sudah kebasahan.

"Sorry, Kak. Nggak ngira airnya jadi ke mana-mana."

"Nggak papa." Respon masih ketawa.

"Ini ditutup aja dulu ya, Kak. Nanti Angga beliin yang baru sekalian sama perekatnya."

Aku mengangguk, seraya mengusap wajahku yang basah.

Setelah selesai, Angga lagi-lagi tertawa melihat dirinya yang sudah basah kuyup. Ia tak menyadari kalau celana pendeknya yang berbahan tipis membuat tonjolan di selangkangannya makin terbentuk. Ya ampun, dia nggak pake sempak? Betulan kelihatan banget loh bentuknya, kayaknya sih gede.

Aku menelan ludahku seketika, tak bisa memalingkan pandanganku dari selangkangannya. Angga langsung menutup selangkangannya dengan kedua tangan, begitu sadar kalau aku terus melihatnya.

"Kamu nggak pake sempak?" Tanyaku blak-blakan.

Angga mendadak canggung, wajahnya nampak memerah. "I-iya, Kak. Soalnya emang aku lebih suka nggak pake kalau lagi nggak ke mana-mana. Nggak ngira bakalan kek gini."

Aku tersenyum miring. "Gede juga ya."

"Hah?" Angga kebingungan.

Mungkin antara terkejut karena aku terlalu terus terang membicarakan hal yang tabu.

"Kontol kamu kayaknya gede."

Shit! Kenapa gue jadi dirty gini sih ngomongnya. Telat nge-filternya. Tuh kan, muka Angga nampak kaget, mungkin tak menyangka aku akan bicara terlalu frontal.

"Kak Kia mau lihat?" Tanyanya dengan sedikit malu-malu.

"Emang boleh?" Aku balik bertanya. Ia cuma bisa menggaruk-garuk kepalanya sambil senyum-senyum malu.

Perlahan ia menurunkan celananya yang sudah basah, tapi tak berani melihatku langsung.

Sontak aku melebarkan mata ketika kelihat kontolnya secara langsung. Beneran gede banget, nggak tahu itu berapa senti. Tapi bener deh, kayak kontol bule.

"Boleh pegang?"

To be continued

GELORA NIKMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang