Sugar Aunty (1)

11.8K 42 0
                                    

"Badan gua rasanya capeeek banget. Pegel banget, Cyin."

"Lo sih kerja sampe lupa waktu. Harusnya lo tambahin karyawan deh biar lo nggak kejepit kek gini terus. Kan bisnis lo udah maju tuh, kan udah bisa ngegaji orang."

Sekar hanya bisa mendesah berat mendengar ceramah Anjani, sahabatnya. Badannya tergulai lemas sandaran sofa sambil menepuk-nepuk pinggangnya. Ia memiliki bisnis online di bidang kosmetik dan sedang naik-naiknya. Memiliki tiga karyawan sepertinya belum cukup membantu pekerjaan Sekar.

"Lo butuh dipijat tuh, Cyin," kata Anjani lagi, mereka memang suka sekali memanggil dengan sebutan 'Cyin' alias singkatan dari 'Cyintah' agar lebih akrab.

"Yaudah deh, panggilin sini tukang pijat lo."

Kebetulan sekali, Anjani memang punya bisnis spa, dimana juga tersedia layanan pijat refleksi.

"Ya udah, dateng aja ke tempat gue."

"Kenapa nggak karyawan lo aja yang suruh je rumah gue? Gue males banget kalo bepergian pas capek gini."

"Banyak maunya lo."

Sekar tertawa renyah. "Gratisin juga ya."

"Idih, makin ngelunjak."

"Nggak papa lah sama temen sekali-kali. Lo juga pernah ya gue gratis make produk gue."

Anjani mencebik mendengar perkataan sahabatnya yang perhitungan.

***
Meskipun badannya lelah, namun Sekar bekerja seperti tak mengenal waktu. Ia masih saja ikut packing-packing barang yang akan dikirim ke pelanggan. Sepertinya benar kata Anjani, ia harus menambah karyawan lagi. Apalagi kalau sudah malam begini, Sekar harus bekerja sendirian lantaran tiga karyawannya sudah pulang.

Tiba-tiba ponselnya berdering, Sekar berdecak. Entah orang mana yang menghubunginya di saat sibuk seperti ini, tapi mau tidak mau Sekar harus menjawab telepon itu. Siapa tahu penting.

Nama kontak si penelepon tidak ada. Sempat membuat Sekar ragu untuk menjawab, namun pada akhirnya wanita berusia tiga puluh dua tahun itu mengangkatnya.

"Halo, dengan Sekar Cosmetics ada yang bisa saya bantu?"

"Halo, Buk? Saya Banyu dari Anjani Spa, memenuhi panggilan dari Ibu. Katanya butuh massage, betul?"

Kening Sekar mengernyit ketika mendengar suara sopan dari laki-laki di seberang sana.

"Ya, betul."

"Saya sudah ada di depan toko Ibu, tapi tokonya sudah tutup."

"Tunggu ya, biar saya bukakan pintunya."

"Baik, Buk. Saya tunggu."

Sekar tinggal di rumah toko, dimana tokonya terletak di lantai satu, sedangkan tempat pribadinya berada di lantai dua. Namun sebelum Sekar turun untuk membuka toko, ia lebih dulu menghubungi Anjani, yang untungnya langsung diangkat tanpa menunggu lama.

"Anjani, lo gila? Kok lo malah ngirim karyawan cowok sih? Harusnya yang cewek dong."

Terdengar suara kekehan dari seberang sana. "Emang kenapa sih kalau cowok? Kan biar makin enak."

"Gila lo!"

"Lagian lo sih mintanya dilayani pas malam, mana ada karyawan cewe gue yang berani pulang malam-malam."

"Kan bisa nginep tempat gue."

"Ah, udahlah. Udah terlanjur si Banyu ada di sana. Udah terima aja. Kasihan kalau dia mesti balik lagi gara-gara lo mintanya karyawan cewek."

"Awas lo, ya." Geram Sekar seraya menutup sambungan telepon.

Sekar yang masih memakai daster langsung saja turun untuk membuka pintu toko. Dan tampaklah seorang laki-laki muda, yang sepertinya terpaut usia sangat jauh dari Sekar. Laki-laki itu tersenyum ramah kepada Sekar, mungkin hanya senyuman formalitas kepada pelanggan.

GELORA NIKMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang