《01》

120 11 5
                                    

Kriiiing.....kriiing....

Bunyi bel sekolah terdengar begitu nyaring, membuat seorang siswi dengan rambut yang diikat kuda berlari kecil dari koridor menuju kelasnya.

"Mampus gue, pasti pak Ahmad udah di dalam, piket juga belum, arghh!! semoga aja ngga gak diomelin." Gerutunya dengan nafas ngos-ngosan.

Siswi dengan rambut ikat kuda itu sudah berdiri di samping kelasnya, seraya mengambil nafas dalam- dalam dia berdoa dalam hati semoga tidak dihukum.

"Assalamualaikum." Ucapnya lalu menuju kearah seorang guru yang bernama pak Ahmad,  guru mapel Matematika yang terkenal begitu killer. 'Biasalah guru mapel mtk, kecuali disekolah gue, wlee! Ada yg sama?' Author yg manis🐵.

Semua mata memandang ke arahnya. Sebisa mungkin dia menyembunyikan kegugupannya. "Maaf pak saya telat." Ucapnya setelah menyalami gurunya itu.

"Zara, zara. Ini itu bukan pertama atau kedua kalinya kamu telat di mapel saya, tapi kamu udah keseringan. Untuk itu saya ngga akan kasih toleransi lagi, sekarang kamu keluar dari kelas ini dan masuk kembali saat jam ngajar saya selesai. " Tegas pak Ahmad membuat semua  yang mendengarnya diam tak berkutik.

Zara menghela napas kasar, dia melirik ke arah meja barisan kedua di samping dinding, meja yang dia duduki dengan sahabatnya Maudy.

Maudy yang dapat membaca maksud dari tatapan sahabatnya itu langsung mengangkat tangannya membuat semuanya melirik ke arahnya termasuk pak Ahmad.

"Pak."

"Iya kenapa maudy? Kamu mau bantu kawan kamu ini? Gak usah, duduk kamu, biarin zara dihukum biar ngga ngulangin kesalahannya lagi." Suara tegasnya pak Ahmad membuat zara menyerah, tapi dengan cepat maudy langsung mengeluarkan suaranya lagi.

"Tapi pak, sekarang kan kita mau kuis, kasihan zara pak, masak dia ngga bisa ikut kuis. Kasih kesempatan sekali lagi yah pak." Maudy tak henti henti memohon untuk sahabatnya itu, bahkan dia melirik kesemua teman kelasnya untuk membantu.

Sebagian dari mereka mengangguk dan langsung mengatakan pada pak Ahmad kalau dia setuju dengan maudy. Membuat pak Ahmad menghela nafas, dan memandang ke arah Zara yang tersenyum menampilkan deretan gigi putihnya itu.

"Ya sudah, untuk kali ini kamu saya maaf kan dan silahkan duduk, tapi jika itu terulang lagi di mapel saya. Jangan harap kamu bakal saya kasih nilai bagus. Sana duduk." Ucap pak Ahmad dibalas anggukan dari zara.

"Baik pak, saya janji kedepannya saya akan coba datang lebih cepat lagi. Makasih pak."

Zara bergerak menuju bangkunya, baru saja dia duduk, tiba tiba maudy menepuk bahunya membuat dia kaget lalu untuk membalasnya ia menginjak sepatu maudy hingga terdengar teriakan maudy.

"Jangan ada yang ribut! waktu mengulang kalian tinggal 10 menit lagi." Ucap pak Ahmad.

"Lo sih, udah tau gue orangnya kagetan."

"Siapa suruh lo kagetin gue. Udah ah gue mau belajar, waktunya dikit lagi ogeb!" Balas zara dingin.

"Nanti pas istirahat gue mau nanya sesuatu sama lo."

Hanya dibalas deheman oleh zara membuat maudy menyentil tangannya dan langsung dibalas tatapan tajam oleh zara, membuat maudy terkekeh.

******

"Jadi lo mau nanya apa?" Tanya zara yang sekarang sedang memakan mie ayam dengan maudy di kantin.

"Gimana semalem?" Tanya maudy seraya menatap zara dengan penuh harap.

Mencintai Sosok Pembaca BrailleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang