TWO

11 4 0
                                    

Nala mengalihkan pandangannya, wajah sebal dan benci campur aduk dalam ekspresi
Nala.

Kenie mengamati wajah kakaknya.
Dia sudah tahu apa yang terjadi hanya dengan melihat mimik wajah Nala.

"Ken gue pergi dulu ya." Ucap Nala malas.

"Iya hati-hati."

Nala bergegas pergi dari halaman belakang untuk segera menjemput Albara agar semua ini cepat selesai dan agar Nala bisa tenang.

Saat di ruang tengah, Nala berpapasan dengan Rana mama Nala.
Wanita empat puluh enam tahun yang masih tampak muda dan cantik.
Wanita yang telah melahirkan Nala dua puluh tahun lalu di Singapura saat liburan ke negara itu.

"Mau kemana Nal?" Tanya Rana pada Nala.

"Mau keluar sebentar ma, jemput temen." Jawab Nala seadanya.

Rana manggut-manggut kecil.

"Yaudah hati-hati." Rana menepuk pelan pundak Nala.

"Iya ma. Nala pergi dulu."

"Iya."

Nala berlari kecil menuju bagasi kemudian mengendarai mobil hitam miliknya dan keluar dari halaman depan rumah itu setelah satpam membuka gerbang.

Dengan kesalnya Nala mengendarai mobilnya.

"Sialan lo." Umpat Nala tak tahan dengan ucapan yang dari tadi ia tahan agar tidak mengatakannya.

Drttt...
Ponsel Nala di dalam tas kecil berwarna hijau tua itu bergetar.

Nala merogoh tas itu kemudian mengeluarkan benda yang bergetar tersebut.

Tanpa melihat nama kontak yang meneleponnya, Nala langsung menekan tombol hijau dan menempelkan ponselnya ke telinga kiri.

"Iya halo."

"Sugar-candy lo masih dimana?"

"Lo udah jalan kesini kan?"

Nala menghela napas berat, harusnya dia tidak menjawab telepon dari cowok menyebalkan itu!

"Ya gue udah jalan." Jawab Nala terpaksa, benar-benar terpaksa.

"Hati-hati ya."

"Gue tutup teleponnya."
Nala mengakhiri sambungan telepon itu tanpa persetujuan Albara.

"Sugar-can-"

****

Mobil  Nala berhenti di depan sebuah cafe.
Dan di depan cafe itu ada seorang cowok yang sangat dikenal Nala.

Nala turun dari mobilnya kemudian menghampiri cowok tersebut.

Albara tersenyum melihat ada Nala di hadapannya,
"Sugar-candy lo udah dateng?"

Nala menatap Albara datar,
"Ya cepet masuk sana."

"Iya."

Albara membuka pintu mobil Nala kemudian duduk di kursi pengemudi.
Hal itu membuat Nala terkejut.

"Ngapain lo duduk disana?" Tanya Nala dengan nada tak suka.

"Nggak ngapa-ngapain. Gue aja yang nyetir."

Nala hanya diam kemudian ia membuka pintu mobil baris belakang lalu duduk di kursi belakang itu. Ia malas kalau harus berdebat dengan Albara.

Albara menoleh ke belakang melihat
Nala yang duduk di kursi belakang.

"Ngapain lo duduk disana?"

Pertanyaan sama namun dari mulut berbeda itu didengar oleh telinga Nala.

AlbaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang