FIVE

9 3 1
                                    

Nala menunduk mendengarkan orang tuanya dan orang tua Albara berbicara.
Entah apa yang mereka bicarakan, Nala tidak terlalu menyimak pembicaraan aneh yang harusnya tak pernah terjadi ini.

"Iya kan Nala?" Tanya Albara pada Nala yang menunduk.

Nala tidak memberikan respon atas pertanyaan yang diberikan Albara.
Kening Albara berkerut ketika Nala masih diam saja.

"Nala." Panggil Albara sukses membuat Nala terkejut dan langsung menatap cowok itu.

"Kenapa?" Tanya Nala tak tahu apa-apa. Ia tiba-tiba merasa gugup karena semua yang ada disana menatapnya.

"Sebelumnya kita nggak pernah deket."

"Ah-e iya." Nala sedikit gelagapan.

"Oh berarti kalian deket itu baru-baru ini ya?" Tanya Rana dibalas anggukan oleh Albara.

"Jadi kapan nih pertunangannya?" Tanya Helen ingin segera tahu.

Kedua tangan Nala meremas kuat  dress yang dikenakannya.
Mengapa harus seperti ini? Apa salahnya? Mungkinkah ini balasan karena masa lalunya dulu?

Pundak Nala naik turun, napasnya tak teratur dan matanya mulai memerah.
Namun, ia tak akan membiarkan setetes air mata pun terjun untuk hari ini.

"Emm sebaiknya secepatnya saja." Jawab Rana.

"Gimana kalau tanggal  tujuh belas saja?" Tanya Jerie mengusulkan. "Beberapa minggu sebelumnya bisa digunakan untuk menyiapkan acaranya."

Hans mengangguk-angguk setuju dengan usulan Jerie.
"Iya benar. Jadi kita punya waktu untuk mempersiapkannya."

"Setuju." Kata Helen dan Rana hampir bersamaan.

"Kalian gimana?" Tanya Jerie pada Albara dan Nala.
Jerie menatap keduanya bergantian.

Albara dan Nala saling bertatapan, Nala hanya bisa mengangguk kecil pasrah dengan semuanya. Ia hanya akan mengikuti alurnya.
Albara balik memberikan kode pada Nala lalu menatap papanya.

"Kami setuju, toh lebih cepat lebih baik." Jawab Albara mewakili Nala.

Semua orang disana tersenyum sumringah dengan jawaban Albara kecuali Nala lagi lagi ia harus tersenyum pahit.

"Oke mulai besok kita akan persiapkan semuanya." Kata Helen langsung disahuti Jerie.

"Kenapa besok? kenapa nggak sekarang aja?" Sahut Jerie sangat antusias.

Rana, Hans, Helen dan Albara tertawa bersama melihat ketidaksabaran Jerie untuk menyusun rencana pertunangan putra semata wayangnya.

"Sekarang juga bisa."Kata Hans menyetujui.

Jerie tersenyum lebar setelahnya,
"Oke emm untuk lokasi acaranya enaknya kita gelar dimana?" Tanya Jerie.

"Di hotel aja." Jawab Helen disetujui semua orang.

"Hotel mana?" Tanya Rana.

"Hotel Chaivyna?" Usul Albara agak ragu.

"Boleh juga, hotelnya bagus soalnya." Ujar Hans.
"Konsepnya apa?" Tambahnya.

Albara menatap Nala di sebelahnya,
"Mau konsep apa Nal?" Tanya Albara lemah lembut.

"Terserah." Jawab Nala singkat sambil memaksakan untuk tetap tersenyum.

"Kamu maunya apa?"

Mendengar Albara menggunakan aku-kamu membuat Nala merasa aneh dan risih.
Mungkin itu karena ia tak pernah menggunakannya jika berbicara dengan seorang cowok.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 21, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AlbaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang