nine/ mangkelin

566 68 6
                                    



"Cari tau semua identitas anak itu", bodyguard disebelah vano langsung menjalankan tugasnya.

"Anak nakal yang sangat menarik", gumam Vano.

Motor Hitam keluar dari gerbang tanpa persetujuan sang satpam, jalanan masih sepi karena sekarang msh waktunya sekolah, angin sepoi-sepoi menghantam wajahnya saat dirinya membuka kaca helm-nya.

Sampai akhirnya aro berhenti disuatu tempat dimana banyak anak kecil di sana, dan tempat ini di mana ia di tinggalkan oleh sepasang suami istri itu.

"Kakak, tolongin kakakku, tolongin hiks", anak kecil tiba-tiba datang menarik tangannya dan menangis.

"Kenapa kakakmu?". Tubuhnya ia turunkan agar sejajar dengan anak didepannya.

"Kakak dipukul di sana, tolong ada darah", Anak itu semakin nangis.

"Dimana kakakmu?, ayo kesana".

"Di sana", tunjuk anak itu.

Benar saja Aro melihat 3 orang berbaju hitam memukul 1 orang secara bergantian, meskipun orang berhoodie coklat itu melawan tapi tetap saja orang itu terkena pukulan dari yang lain.

"Tunggu disini ya anak manis, jangan pergi oke", anak kecil ini mengangguk dan duduk agak jauh dari sana.

"Heeyy anak monyet, gak adil 3 lawan 1", semua mata langsung beralih melihat Aro.

"Gila badannya gede semua, matilah kalau gini guenya", Aro merutuki dirinya, tapi ia harus membantu kakak anak kecil itu.

"Heh, masih kecil aja dah sok jagoan, gak usah ikut-ikutan deh kalau gak mau kena imbasnya", Saut salah satunya.

"Eh gak gitu, lo semua bertiga lawan 1 kan gak adil".

"Oh, Lo mau bantuin dia", yang lainnya menjawab sambil menunjuk ke arah remaja yang sedang menunduk.

"Iya tapi gue gak jago bela diri, gimana ni?". Tapi boong -lanjutnya dalam hati.

"Bacot Lo", balas salah satunya.

Aro sudah siap melawan 3 orang di depannya, dirinya gini-gini bisa tarung, sering liat karate kids.

Beberapa kali dirinya memukul dan menendang tapi tetap saja 3 orang di depannya lebih kuat.

"Akh... Sakit bego, sabaran dikit napa mukulnya", pipi Aro terasa nyeri saat terkena goresan dari salah satu pria.

"Ck, pake benda lo pada", gerutunya.

belum sempat mereka menghajar lagi tiba-tiba suara sirine polisi datang dan membubarkan mereka.

"Huh, mampus lo pada bubar", Aro jalan ke arah pemuda yang menunduk menahan sakit.

"Eh sakit gak?, Itu bonyok gitu mukanya mana tangannya berdarah lagi", Aro melihat ngeri tangan pemuda tadi.

"Makasih muka lo juga berdarah, kenalin gue Hana", Hana mengulurkan tangannya.

"Eh, iya kenali gue Reano, emm itu adeklo gue suruh tunggu di sana", Aro menunjuk tempat duduk yang lumayan jauh.

"Makasih gue kesana dulu".

"Eh tunggu, nih buat adek lo kasian dia ketakutan tadi", Aro mengeluarkan 3 permen dari sakunya.

"Niat healing, malah ketemu preman", Aro kembali naik motornya dan pulang ke apartemen.


....

Cklek (anggap aja pintu kebuka)

"Haran anak ganteng pulaaang".

"Dari mana ro sampe bonyok", Haran yang asik main hp melirik sekilas Aro.

"Cowok ran biasa, Laper pesen makan kuy", Aro ikut duduk di sebelah Haran.

"Keluyuran terus sih, pake bolos lagi untung bunda gak nanya", pukul Haran sang empu hanya senyum dan asik memilih makanan.

"Pedes apa enggak ran?".

"Gak usah pedes-pedesan, gak nerima alasan apapun", Aro melirik malas, pasti sepupunya ini sekongkol sama kahla jelek.

"Nyesel nanya gue", Aro langsung mendapat lirikan tajam dari haran dan 1 pemuda lagi.

"Emang siapa yang bolehin kamu makan pedes?", Ini suara Ghaza kakak pertama Haran.

"Gini amat nasib, gak ada kahla eh si paling tua dateng", Aro diam gak berani natap lawan bicaranya.

"Jawab Aro", masih tetap pemuda berseragam itu diam menunduk.

"Semakin nakal ya di negara tetangga, benar ternyata kata kahla, jawab Gavaro agreano xalion", Ghaza menekankan tiga kata terakhir.

"Gak usah nyebut nama itu bang", Aro masih menunduk tanpa melihat Ghaza.

"Kenapa hmm, bukankah itu namamu anak nakal?", Ghaza memegang dagu Aro agar pemuda itu melihat kearahnya, namun Aro langsung menutup matanya.

"Kenapa kamu menutup matamu?, Jangan nakal jika kau tak mau dihukum".

"Bunda mau kesini, gak usah aneh-aneh, satu lagi Vano nyari tau identitas mu", Aro langsung membuka matanya saat mendengar info terakhir.

Identitas nya gak boleh ketauan, percuma dong ke ahliannya jika akhirnya identitas tetap kesebar.






















Hallo semua🤗
Mohon Maaf lahir dan batin
Aro balik lagi nih

"Aro udah sering marahin author kok, biar update".

Aro Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang