"Lho, Jae kok belum tidur?", kaget Heeseung saat menyadari anak tunggalnya belum terlelap.
"Jae... Jae gugup Papah, Jae ga sabar buat besok sekolah!"
"Kalau Jae ga sabar mending Jae tidur aja. Nanti bangun bangun udah pagi", Heeseung berpindah dari kasurnya. Ingin merokok seperti biasa ditengah malam.
"Papah Papah", panggil Jae
"Iyaa sayang?"
"Besok Jae punya teman ngga?"
"Punya kok, Jae kan anak baik pasti mudah dapat teman"
"Nanti dikasi makan ga?"
"Dikasi kok, kan Papah bawain bekal"
"Boleh bawa Layla ga ke sekolah?"
Heeseung yang mulai habis kesabarannya melampiaskan dengan mencubit pipi Jaeyun, "Sayang.. Kamu mau sekolah lho bukan mainan"
Jaeyun tersenyum sambil melihat wajah ayahnya, "Siapa tau kan boleh Papah. Besok anterin Jae sampai ke kelas boleh?"
"Boleh, tapi sekarang tidur dulu ya?"
"Baik Papah"
Keesokan paginya seperti biasa Heeseung lah yang pertama bangun. Menjadi orang tua tunggal membuatnya harus bisa mengatur waktu dengan baik. Mulai dari menyiapkan seragam pada malam hari, hingga memotong sayuran saat malam juga.
Dengan begitu ia bisa jauh lebih hemat waktu. Walaupun melelahkan, ia tetap menikmatinya. Sudah kosekuensinya bukan?
Heeseung mengecup pipi Jaeyun, "Nak ayo bangun"
Jaeyun yang memang dasarnya bersemangat untuk hari pertama sekolahnya. Langsung membuka mata. Memeluk Heeseung yang berada disebelahnya.
Sang Ayah mengangkat tubuh anaknya. Menggendong serta membawanya ke meja makan. Dengan nyawa yang sepenuhnya belum mengumpul, Jaeyun disuapi sarapan oleh Heeseung.
"Papah sudah maem?", tanya si kecil sambil mengunyah.
"Belum, Papah nanti bawa sarapan ke kantor"
"Maem disini aja, bareng Jae Papah"
"Kalo Papah makan nanti yang suapin kamu siapa?"
"Jae maem sendiri!"
"Iyaa, kapan kapan", Heeseung menulikan telinganya dari permintaan sang anak. Ia terus menyuapi Jaeyun hingga makannya habis. Kemudian memandikan serta mengantar Jaeyun kesekolahnya.
"Papah nanti jemput Jae jam berapa?", tanya Jaeyun sambil menggenggam tangan Heeseung.
Heeseung bersimpuh dihadapan Jaeyun, menggenggam kedua tangan anaknya sambil berkata, "Nanti Jae dijemput Kak Taehyun ya, nanti Kak Tae udah datang sebelum Jae keluar sekolah. Jangan nakal nakal ya, jangan jajan diluar sekolah", ucapnya dan diakhiri ia mengecup kedua tangan itu dengan sayang.
"Baik Papah, Jae kan anak pintar! Pasti bakal ikutin semua omongan Papah"
.
.
."Aloo, ini Kak Taehyun bukan?", tanya Jaeyun sambil menarik kaos seorang pemuda.
"Eh? Ini Jaeyun ya?", kaget pemuda itu dan dibalas anggukan oleh Jaeyun.
"Ini Kak Taehyun, ayo pulang", ajaknya tanpa basa basi
"Pulang kemana? Ke kantor Papah? Atau kerumah?"
"Jaeyun maunya kemana?"
"Ke kantor Papah, tapi mau ganti baju dulu dirumah boleh?"
Taehyun mengangkat tubuh Jaeyun ke gendongannya, ia hanya bisa mengangguk angguk mendengar omongan Jaeyun. Kalau ga di bayar mana mau dia melakukan hal ini.
Jaeyun terus mengajaknya berbicara disepanjang perjalanan. Bukan apa apa, Namun mereka menggunakan motor yang membuat percakapan mereka tak jelas.
"Kak, tadi Jae disekolah bisa jawab pertanyaan guru lho, hebat kan?"
"Kak, ternyata di kelas tadi cuma Jae aja yang udah lancar baca"
"Kak, tadi bekal buatan Papah enak banget"
Huft, Taehyun yang tak bisa menjawab apa apa hanya membatin.
"Berisik bocil"
Singkat cerita Jaeyun sampai di kantor Heeseung dengan diantarkan oleh Taehyun. Taehyun tak mengantarkan Jaeyun sampai ke ruangan Heeseung. Hanya sampai depan pintu.
Jaeyun pergi ke resepsionis. Menanyakan dimana ruangan Ayahnya.
"Selamat siang Tante Cantik", sapa Jaeyun
"Selamat siang juga adek, ada yang bisa dibantu?"
"Disini ada Papahnya Jaeyun ngga Tante?"
"Um? Papahnya Jaeyun namanya siapa kalau boleh tau?"
"Namanya Papah Heeseung, yang wajahnya Tampan!"
"Iyaa tau kok yang bapaknya ganteng"
"Oalah ini anaknya Pak Heeseung tah, sini Tante antarkan ke ruangannya Papahnya Jaeyun"
Mereka berdua bergandengan menuju ruangan Heeseung. Wanita itu mengetuk pintu sebuah ruangan. Kemudian pintu itu dibuka kan dari belakang.
"Ada apa? Lho, Jaeyun kesini?", kaget Heeseung saat melihat keberadaan anaknya.
"Iyaa! Kalau dirumah bosen Papah, boleh disini aja ga? Janji engga nakal"
"Saya permisi dulu Pak", pamit sang resepsionis
"Iya, terimakasih"
"Sini masuk ke ruangan Papah. Jangan rame ya nanti yang di ruangan sebelah keganggu"
Jaeyun duduk disalah satu sofa disana. Duduk manis memperhatikan sang Ayah yang sibuk mengerjakan tugasnya.
"Makasi ya bekalnya Papah, rasanya enak", puji Jaeyun tiba tiba
"Sama sama, besok mau bekal apa?"
"Apa aja mau, yang penting Papah yang masak"
"Kalo Papah masakin kayu dengan batu mau?"
"Papahh!"
Heeseung terkekeh. Menepuk pahanya menandakan ia ingin memangku sang buah hati. Jaeyun pun berpindah, duduk diatas pangkuan Heeseung.
...
Baru permulaan. Random sih semoga suka aja. Sebenernya awalnya ini mau saya jadikan konsumsi pribadi. Tapi setelah saya fikir2 kenikmatan tidak boleh dinikmati sendiri kan? :D
Yasudah. Terimakasih sudah membaca, tetap semangat dan jaga kesehatan.
-Yvan
KAMU SEDANG MEMBACA
Halcyon
Fanfictionkelanjutannya "Why I Can't?" Kak.. Cuma tentang Heeseung yang sibuk ngurusin anaknya. Jaeyun