Jaeyun ngumpat

138 23 8
                                    

"Layla maem dulu sini sama kaka Jaeyun", Jaeyun membawa tempat makan Layla dengan kedua tangannya. Kaki kecilnya berjalan dengan cukup cepat, membuatnya terlihat lucu.

Anjing itu terus mengabaikan tuannya. Jaeyun masih mencoba untuk membujuk Layla. Tapi tetap saja anjing itu menolak.

"Layla ayo maem ihh"

"DASAR ANAK ANJING AYO MAKAN!", kesalnya.

Diruangan lain.

Heeseung sedang mengerjakan pekerjaannya. Sebenarnya jatah pekerjaan untuk hari ini sudah selesai. Tapi ia sengaja mengerjakan tugas tugasnya untuk besok agar lebih banyak menghabiskan waktu bersama Jaeyun.

"DASAR ANAK ANJING AYO MAKAN"

Mendengar umpatan seperti itu Heeseung langsung terkejut, apalagi kata kata itu keluar dari bibir manis anaknya. Segera ditinggalkan meja kerjanya dan turun kebawah.

"Jaeyun! Ngomong apa kamu? Siapa yang ngajarin?!"

Jaeyun tersentak, "Layla Pah, masa ga mau makan? Nyebelin banget udah disiapin juga"

"Ya kan dia barusan makan, kamu kasih makan lagi kekenyangan dong dia"

Jaeyun memanyunkan bibirnya, menatap lantai dengan perasaan bersalah. Sang ayah mana tahan untuk marah ke anaknya? Ia mensejajarkan tinggi dengan Jaeyun. Mengusap kepalanya pelan sambil berkata.

"Jae bosan ya? Jae kesepian papah kerja terus?" dibalas anggukan oleh yang lebih muda.

Heeseung menarik putranya untuk dipeluk, pelukan yang tak berbalas. Tetapi ia tetap mengusap punggung sang putra. "Maaf ya, ayah lagi kejar proyek. Jadi memang harus segera dikerjakan seefisien mungkin."

"Tapi, tapi Jae gak punya teman lagi selain papah... Teman teman Jae kalau papahnya kerja pasti main sama mamahnya." keluhnya secara tersirat.

"Iyaa maaf sayang, nanti waktu break papah kita gunakan untuk main sebentar ya?" usahanya membujuk.

Jaeyun menggeleng, "Enggak, papah capek. Jae main sendiri aja gapapa, biasanya juga gitu kan?" sarkasnya entah mengapa.

Heeseung melihat kanan kirinya secara gugup, mencoba mencari solusi terdekat. "Jaeyun mau diantar kerumah— bentar sayang, siapa yang datang?" kaget Heeseung saat melihat mobil yang terparkir di garasi.

Heeseung terkecoh dan melupakan putranya sesaat, ia pergi ke garasi. Jaeyun hanya bisa kembali merasa kesal, ia pergi ke ruangan bawah tanah yang dulu digunakan untuk menyekap heeseung. Ya tentunya ia tak tahu soal hal itu.

"Loh, ayah!" seru Heeseung saat melihat Joshua. Paman yang sudah ia anggap sebagai ayahnya.

"Eyy papah muda!" soraknya saat keluar dari pintu mobil.

Tentunya sambutan dari Heeseung tidak seheboh dulu, mengingat usia. Ia hanya mencium punggung tangan Joshua sambil memeluknya sekedar. Mempersilahkan masuk ke ruang tengah.

"Kenapa gak ngabarin kalau kesini?" tanyanya membuka obrolan.

"Sengaja, ayah ingin lihat cucu ayah." jawab Joshua sambil melihat sudut rumah.

"Oh iya, Jaeyun! Jaeyun dimana?" teriak Heeseung mencari sang putra. Namun, tak mendapat jawaban.

Tak ada respon, Heeseung mencoba memanggil kembali.

"Jaeyun, nak! Kesini, ada granpa!" teriaknya.

Joshua menatap Heeseung bingung. Ya... Rumah Heeseung adalah tipikal rumah minimalis yang tentunya suara teriakan sekencang itu akan terdengar. Apakah ayah dan anak itu sedang bertengkar?

"Aduh, Jaeyun dimana..." gerutunya sambil menaiki tangga, mencari sang putra.

"Jaeyun! Sayang! Kita gak lagi main petak umpet!" serunya untuk kesekian kali.

"Seung, habis bertengkar ya?" tebak Joshua setelah menaiki tangga menyusul yang lebih muda. Heeseung mengangguk jujur.

Ia menghela napas, "Ruang mana lagi yang belum kamu lihat?" tanya Joshua.

"Semuanya, yah. Tinggal basement aja yang belum."

"Yaudah, ayo cek kesana."

.
.
.

"Kasih tau ke papah, siapa yang ngajarin kamu masuk ke basement ga bilang bilang?!" gertaknya yang tak direspon.

"Di ajarin kamu lah! Siapa lagi orang dirumah ini yang bisa ngajarin dia kalo bukan kamu?" tegur Joshua sebagai penengah dalam konflik keluarga ini.

"Gimana? Emang pernah papah ajarin kamu buka pintu basement trus masuk dan dikunci dari dalam? Pernah?"

Jari jari kecil Jaeyun saling bertautan memilin salah satunya. Kepalanya tertunduk menatap ujung kaki. Tak berani menghadapkan pandangannya ke sang ayah.

Joshua menggeleng kan kepalanya. Keponakannya ini sangat tidak bercermin dari masa kecilnya. Apakah dia tidak ingat bagaimana dia dulu membuat satu keluarga risau karena memanjat pohon kelapa secara tiba tiba?

"Sudah sudah! Ayah aja yang ngomong!" Joshua memindahkan dirinya. Posisinya berubah menjadi bersimpuh di hadapan Jaeyun yang duduk di sofa.

"Nak, tau darimana cara buka basement nya?"

Belum mendapat respon apa-apa, Jaeyun masih tertunduk layu. Kedua orang dewasa itu saling bertatap tatapan. Seakan mengerti apa yang dimaksud satu sama lain.

"Oh ya, Jaeyun belum kenal sama grandpa ya?" Joshua memperkenalkan dirinya. Ya memang, semenjak Jaeyun berpindah KK mereka belum sempat berkenalan.

Belum sempat ia melanjutkan kalimatnya, hal lain sudah menyambar. Tubuh kecil itu roboh seketika di pelukan grandpanya. Tubuhnya tak panas, cenderung normal. Mencoba di bangunkan pun tak bisa, ia tertidur lelap.

Apa yang terjadi?

...

sorry guys, saya bukan menghilang dua tahun. tapi nulis chapter ini memang butuh waktu selama dua tahun wkwkwk, jokes.

by the way, how was life?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HalcyonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang