Hujan

603 144 17
                                    

Belum di revisi, jadi maaf kalau aneh

...

"Hujannya deres banget, takut"

Jaeyun menatap jendela rumahnya dengan kedua matanya. Jarinya melukis abstrak disana. Hari ini sekolahnya meliburkan para siswa siswi karna hujan yang sangat deras.

Sedangkan Heeseung, dia memutuskan WFH.

"Papah~ Jae takut..", rengek Jaeyun sambil berjalan menuju ruangan Ayahnya. Anak itu memang tidak bisa mendengar suara keras.

"Iyaa sayang, sebentar ya Papah masih bikin laporan, sabar ya", Heeseung tak acuh dengan rengekan Jaeyun. Ya dia menganggap remeh ketakutan anaknya. Mengingat saat masih kecil ia tak pernah takut akan apapun.

Jaeyun berpindah ke dapur. Ingin memakan roti tawar dengan selai stroberi. Tapi yang terjadi malah-

DUARRR

Suara petir menyambar pendengaran kedua manusia itu. Tak hanya suara petir, listrik dirumah itu pun ikut terputus.

"Huft, untung sempat ke save", monolog Heeseung.

Ayah beranak satu itu menyalakan senter pada ponselnya. Mematikan semua alat elektronik yang sekiranya masih menyala. Ada yang mengganjal dihatinya. Namun, apa?

"Jaeyun, sayang, anak Papah dimana?", panggil Heeseung sambil mencari anaknya.

"Papah.. Papah..", suara Jaeyun terdengar sangat samar. Seperti sedang menangis. Heeseung tau jelas darimana suara itu berasal. Ia pun langsung pergi ke dapur.

"Nak, kok ga ada?", Heeseung terheran. Ia tak melihat sama sekali anaknya di dapur. Padahal ia sudah menyalakan senter.

Tiba tiba ada yang menggenggam kakinya. Ia membelalakan matanya, ia sudah berfikir bahwa itu adalah hantu yang ia tonton di film film. Ternyata hanya anak manisnya Jaeyun.

"Jaeyun kenapa ada dibawah meja makan sayang? Papah cariin dari tadi", ia membungkukan tubuhnya. Menyamakan tinggi dengan sang putra.

"Jaeyun takut Papah, suara petirnya kencang banget.."

Heeseung tersenyum remeh, "Makanya Jaeyun sembunyi dibawah meja, begitu?", tanya nya dan hanya dibalas anggukan oleh Jaeyun.

Ia mengeluarkan tubuh si kecil dari bawah meja. Memeluk serta mengusap punggung Jaeyun.

"Udahh gapapa, itu cuma suara"

"Tapi seram Papah, Papah ga takut?"

Heeseung berfikir sejenak, "Takut, takut kalau nanti kamu kenapa napa"

"Makanya Papah jangan cuekin Jaeyun kaya tadi, Jae kan sedih.."

"Kan Papah lagi kerja, sekarang kerjaan Papah udah selesai. Mau main sekarang?"

"Mau!"

Ngajakinnya sih main. Tapi ujung ujungnya cuma di bacain dongeng sama Heeseung. Kenapa? Ya karna bapaknya mager.

"Papah Papah, kenapa Cinderella di perlakukan ga adil sama Kaka Kakanya?", tanya Jaeyun setelah mendengar dongeng yang dibacakan Heeseung.

"Karna mereka belum sadar kalau Cinderella itu saaayang banget sama mereka"

"Terus kenapa Cinderella terus baik ke Kaka Kaka nya? Padahal kan dia di jahatin?"

"Jadi gini deh perumpamaannya. ada baju yang kotor, dia susah dibersihin. Pendapat Jae kalau kita biarin baju kotor itu gimana?"

"Kotorannya bakal tambah susah hilang Papah, karna terus dibiarin"

"Nah, sama hal nya kalau kita terus coba cuci bajunya. Pasti lama lam baju itu bakal bersih"

"Tapi Papah, di akhir cerita Kaka tiri Cinderella juga belum baik sama Cinderella"

"Tapi setidaknya dia punya kehidupan yang lebih baik bersama pangeran kan?"

Jaeyun mengangguk sambil mengusap dagunya. Ia sedikit paham dengan maksud Ayahnya. Semua perbuatan baik itu pasti akan ada balasannya. Entah dari siapa perantaranya.

"Papah pernah jadi Cinderella tidak?", tanya Jaeyun random

"Kalau Papah justrus malah jadi Kaka tirinya dulu", jawab Heeseung tanpa ragu.

Timbul rasa kecewa dihati Jaeyun, "Ihh? Kok Papah jahat? Papah jahatin siapa?"

"Kamu ga perlu tau sekarang ya, besok gede aja biar paham"

"Tapi Papah udah sayang sekarang sama si Cinderella?"

"Udah dong, sayang banget malah"

"Cinderella nya sudah pergi ke Istana Jae", batin Heeseung

...

Long time no see. Apa kabar? Semoga suka. terimakasih sudah baca. tetap semangat dan sehat selalu.

-Yvan

HalcyonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang