Just for me!

919 160 11
                                    


“Salahkah jika aku ingin menyimpanmu hanya untukku?”

















































Bunyi jangkrik dan hewan-hewan malam bersahut-sahutan menusuk gendang telinga. Langit begitu indah karna bulan dan bintang mewarnai.

Lampu-lampu di pinggiran jalan satu-persatu menyala, hawa dingin berhembus menggelitik kulit.

Berdiri di atas trotoar jalan sambil menatap sebuah gawai di tangan kiri yang sedari tadi menyala, menunjukkan sebuah room chat dengan seseorang.

Saya : I miss you

Satu kalimat itu telah terkirim dan dibaca setengah jam yang lalu, namun hingga saat ini tak ada jawaban.

Jemarinya tergerak memencet tombol memanggil di pojok kanan setelah beberapa menit menimbang-nimbang.

Tut!

“Maaf, nomor yang anda tuju sedang di dalam panggilan lain.”

Helaan nafas kasar keluar, “What should i do?”

Memasukan kembali ponsel berwarna hitam itu ke dalam saku lalu mengedarkan pandangannya kesekitar.

“Mungkin dia sedang sibuk..”

Berjalan santai kearah sebuah mobil berwarna putih yang kini terparkir rapi di pinggir jalan, tak jauh dari tempatnya barusan berdiri.

“Good night, honey.”















































Rasa bahagia membuncah di dada, sensasi menggelitik di dalam perut menciptakan sebuah rona merah di pipi yang terutas sebuah senyum manis.

Sepuluh jemari panjang dan kasar pemuda bersurai diwarnai bertaut gugup, di hadapannya seorang gadis cantik sedang duduk sambil menghadapnya, tersenyum tipis dengan riasan ringan menghias wajahnya.

Sebuah jaket tebal berwarna merah muda dikenakan, itu hadiah darinya beberapa bulan lalu.

“Kau mengenakannya..”

“Terima kasih.”

“Ya, sama-sama.”

Satu langkah maju, ya meskipun hanya satu, setidaknya ada kemajuan bukan?




























































































“Halo, [Name]!”

“Eh? Oreki?”

“Lama tak jumpa!”

“Wah! Apa kabar?”

Sepasang netra selegam emas menatap tajam dua tangan saling menggenggam tepat di depannya.

“Siapa?” pemuda yang diketahui bernama Oreki itu menunjuk seorang laki-laki yang duduk di depan [Name].

“Ah! Dia kekasihku.”

Setitik rasa senang muncul saat pengakuan didapatkan, namun..

“Halo, aku teman kecilnya [Name]. Namaku Oreki Hotarou.”

“Hanma Shuji.”

Baru saja selangkah kecil ada kemajuan, kenapa muncul saingan?



























































“Aku kekasihnya.”

Lost [Hanma Shuji X Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang