Bab 24

1.9K 138 5
                                    

"Kau baik-baik saja?"

Suara Sasuke adalah hal yang pertama kali bisa Hinata tangkap. Pria itu sedang menatap Hinata serius seakan perempuan itu sedang berada di ujung tanduk.

Pelepasan yang terjadi beberapa menit lalu adalah hal pertama yang Hinata ingat. Tubuhnya yang lemas itu bersandar di dinding kamar mandi yang dingin dan bagian bawah tubuhnya merosot nyaris jatuh jika tidak di tahan oleh paha Sasuke.

"Kau baik-baik saja, Manisku?" Sasuke kembali bertanya. Kini pertanyaannya menambahkan panggilan khusus yang mereka gunakan di dalam ruangan ini. "Kau ingin berhenti sekarang, Manis?"

Hinata menggeleng lemah; pinggulnya mengejang sekilas. Tubuhnya yang sangat sensitif itu benar-benar membuat dirinya bingung. Secara fisik, Hinata merasa lelah luar biasa. Tapi, jauh dalam dirinya, Hinata merasa tidak ingin berhenti.

Pikiran yang berkecamuk beberapa menit yang lalu kembali memenuhinya. Bagaimana Sasuke mengisap intinya dalam-dalam, bagaimana kedua tangan kekar Sasuke meremas pantatnya, bagaimana suara pria itu memangilnya dengan sebutan khusus. Semuanya terasa mendebarkan, Hinata menginginkan lebih daripada yang sudah ia dapatkan sekarang.

Kedua netra perak Hinata menatap Sasuke lemas. Pria itu masih memperhatikannya dengan sorot mata khawatir yang khas. "Sasuke—" Hinata mendesah pelan, sebelah tangannya memegang tangan Sasuke yang kekar, "Aku benar-benar tidak tahan—aku—" Hinata menjedah sejenak, kedua matanya bergulir ke bawah.

Batang panjang berurat milik Sasuke berada tepat di depan perutnya dan ia meraih batang Sasuke dan meremasnya pelan, "Aku menginginkanmu—Manismu ini menginginkanmu—Daddy tidak mau?" tambah Hinata dengan tambahan senyum nakal yang tidak ia sadari.

Tidak ada jawaban dari pria yang diminta. Seakan sedang berada di dunia lain, Sasuke mematung tanpa ekspresi. Bahkan, sekalipun Hinata memanggil ulang Sasuke dengan panggilan yang diminta, pria itu tetap tidak merespon.

Melihat respon Sasuke yang tidak sesuai dengan keinginannya, Hinata mendadak tersadar akan apa yang ia lakukan barusan. Wajanya langsung memerah; tingkahnya menjadi kikuk. Ia malu dengan apa yang ia ucapkan barusan.

Rasanya Hinata ingin menembakkan kepalanya, lari sejauh yang ia bisa, dan berteriak selayaknya orang gila. Bukannya Hinata merasa dirinya rendahan, hanya saja, apa yang ia lakukan barusan benar-benar di luar nalarnya. Hinata sendiri tidak sadar dengan apa yang ia lakukan setelah ia sudah melakukannya.

Hinata mulai panik; ia kalang kabut. "S—sasuke—itu aku—" Hinata terbata ketika berusaha membuat suatu klarifikasi. Detum jantungnya bertalu-talu; suara napasnya terbata-bata, "Maafkan, aku—maksudku, aku—"

Namun, belum sempat Hinata menyelesaikan ucapannya, Sasuke sudah keburu membungkam bibir Hinata dengan miliknya sendiri. Ia melumat habis bibir Hinata tanpa terkecuali; ia menandaskan segala hasrat yang sudah lama terpendam. Bibirnya memagut bibir Hinata dan lidahnya mendecap lidah Hinata. Tidak sekalipun Sasuke menjeda. Bahkan sekalipun Hinata memekik, pria itu tetap memperdalam ciuman mereka.

"Sasuke—" Hinata melengguh pelan; napasnya nyaris tersedak. Kedua tangan Sasuke kini berada di kedua pantat dan pahanya. Kedua tangan itu bergerak pelan menyusur kulitnya yang lembut lalu meremas kembali bantalan duduknya perlahan.

Hinata mengejang singkat, "T—tunggu—" desahnya lagi sembari menahan pergerakan Sasuke.

Namun Sasuke tidak berhenti. Kedua telapak kasar pria itu meremasi pantatnya; kedua bilah bibir pria itu mencumbuinya. Hinata tidak memiliki kesempatan untuk mengelak. Terlebih, Sasuke kembali menggesekkan batangnya ke liangnya secara pelan dan dalam.

"S—sasuke—" Hinata kembali melengguh. Batang panas Sasuke menggesek liangnya berkali-kali. Ujungnya yang tumpul menyendoki inti Hinata tanpa memasuki pembukaannya. Hinata bisa merasakan bagaimana keras dan panasnya batang itu. Terlebih urat-urat yang ada di sana terasa berdenyut setiap kali menyentuh pembukaan Hinata. "Ah—Sasuke—aku tidak bermaksud—"

Eyes on youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang