7

96 15 2
                                    

Tepat pukul 2 siang, kini bel sekolah telah berbunyi yang menandakan sudah waktunya para murid untuk kembali ke rumah mereka masing-masing atau bahkan melaksanakan kesibukan ekskul yang mereka ikuti.

[Name] yang baru saja keluar dari kelasnya bersama dengan Shoko berencana untuk pulang bersama sebelum akhirnya shoko membuka handphone miliknya untuk menyadari bahwa pelayan keluarganya sudah menjemputnya menggunakan kendaraan pribadi.

"Uwaa... Maafkan aku [Name]-chan... Sepertinya orang tuaku akhirnya kembali setelah sekian lama. Ah, kenapa harus hari ini sih. Aku kan ingin pulang bersamamu! Bagaimana kalau kau diapa-apakan dengan orang tak dikenal... Aaahh aku tak bisa membayangkannya!!"

Mendengar kalimat yang berhasil lepas dari teman karibnya, [Name] pun hanya tersenyum tipis. Mengangkat salah satu tangannya untuk menarik pipi Shoko, [Name] meyakinkan temannya.

"Aku tak masalah, berhenti mengkhawatirkan ku Shoko. Nikmatilah makan malam dengan orang tuamu selagi bisa, ya?"

"Guh... Baiklah nyonya. Sekarang tolong lepaskan tanganmu atau wajahku akan lepas dari tengkorakku!"

Melepas cubitan maut miliknya, [Name] dan Shoko tiba-tiba terdiam sebelum akhirnya tertawa kecil bersama. Mungkin hanya gadis berambut pink inilah yang mampu membuat [Name] berlaku demikian.

Waktu sederhana yang mereka lalui dengan tawa kecil nan menyenangkan inilah yang memberikan momen berharga untuk masing-masing dari mereka. Sebelum akhirnya Shoko pergi bersama dengan jemputan yang telah ia sebutkan sebelumnya.

Misi menjaga Shoko hingga dijemput telah selesai, kini waktunya bagi [Name] untuk pulang sebelum suara gemuruh langit berkumandang diiringi dengan awan yang mulai mengeluarkan tangisnya ke bumi.

Mungkin rasa kesal tak tersirat diwajah sang putri bernetra [e/c] ini, namun jelas dalam hati bahwa ia merutuki cuaca yang datang kini.

"Ah, seharusnya aku membawa payung atau meminjam payung dari Shoko saja tadi."

Menyesali perbuatannya, [Name] hanya bisa menunggu hingga hujan reda sebelum akhirnya bisa pulang.

Ingin menghubungi sang adik untuk menjemputnya menggunakan payung, Ia teringat bahwa Yuuki sekarang pasti masih mengikuti beberapa kegiatan OSIS sekolahnya mengingat mereka akan mengadakan event yang cukup besar.
Benar-benar, menunggu adalah satu-satunya hal yang bisa ia lakukan saat ini.

Detik pun mulai berubah menjadi menit, begitu pula menit yang kini bertumbuh menjadi jam dan bahkan sang hujan masih tak kunjung mereda barang setengahpun.

[Name] mulai tak nyaman, ia sangat tak menyukai hujan.
Benar, sangat-tidak-menyukai hujan. Hujan hanya membawa ingatan buruk untuknya, hujan itu berisik, hujan sangat tak nyaman. Sungguh kenapa awan harus ber-presipitasi, tak bisakah mereka tetap terkondensasi saja? Mereka bahkan nampak lebih cantik bila benar mereka tak perlu menurunkan air tangisannya kan!

Perempuan berambut [h/c] ini mungkin kelihatan pendiam dan emotionless dari luar, namun dalam pikirannya? Ia sangat sibuk sampai sampai mungkin alam semesta tidak bisa menampungnya.

Bergumul dengan pikirannya sendiri, dirinya tak sadar akan kedatangan seseorang dari belakangnya dengan salah satu alis mata yang menukik kebawah menandakan akan rasa penasarannya.

"[Name]? Kenapa kau belum pulang?"

____________________________________


an:: halo :D

Ref:Rain [Yaku Morisuke x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang