5

633 100 9
                                    

"Ayo mulai?"

Sedikit terkejut, sang gadis hanya menanggapi dengan anggukan kecil dan mulai membuka buku yang telah ia ambil sebelumnya dari barisan rak tinggi di bangunan tersebut.

Si pemuda bersurai krem yang sebelumnya terdiam atas perkataannya sendiri kini juga sudah mulai bergerak untuk melihat setiap baris soal yang tertera di kertas pemberian guru mereka 'tercinta'.

Dalam benaknya ia merutuki Asaka-sensei lantaran memberikan tugas yang sulitnya bak menangkap ikan di atlantis. Tapi setidaknya pembagian kelompok ini menguntungkan-nya di dalam hal lain. Sungguh guru kesayangan.

"Morisuke-san?"

"I-iya!"

Yaku tersentak akan panggilan sang gadis yang menyadarkan-nya dari lamunan pendek.

"Aku rasa soal kita lumayan sama, kurasa Asaka-sensei memang sengaja membuatnya seperti ini. Bagaimana kalau kita mulai pembahasannya?"

"Iya yah, maaf. Aku agak melamun, baiklah ayo mulai dari soal ini saja."

Semua soal telah terjawab, kini masing-masing buku mereka telah dipenuhi oleh barisan digit bertumpuk, ada pula yang bercoret.

Yaku melirik ke arah jam dinding besar yang terpampang di dalam bangunan raksasa yang dipenuhi buku tersebut. Lalu mengarahkan pandangan-nya kearah jendela besar yang menyajikan pemandangan awan abu-abu yang menjatuhkan tangisannya ke bumi.

"Pukul 12.37, obral supermarket akan berakhir pada jam 4 sore. Semoga saja hujannya cepat reda."

Gumam-nya sembari dirinya sedikit meregangkan setiap bagian tubuhnya. Ia melirik ke arah partner-nya yang kini tengah merapihkan peralatan belajar miliknya.

Dirinya terdiam sebentar sembari menatap penampilan sang gadis, rambut [h/c] miliknya tampak lembut, mungkin akan terasa seperti menyentuh kapas saat rambut itu tersentuh oleh indra peraba manusia.

Muncul sedikit semburat pink di pipi Yaku, hingga lamunannya tersentak saat salah satu penghapus milik [Name] terjatuh menyentuh permukaan lantai perpustakaan.

Sontak refleks Yaku langsung menyerang untuk mengambil benda mini berwarna putih itu.

"Biar aku ambilkan."

"Oh, tidak perlu aku bisa--"

Duk
Sebuah suara benturan terdengar dari kedua kepala mereka yang menyapa satu sama lain dengan cara yang tidak elit.

Yaku yang merasa bersalah langsung berniat untuk meminta maaf, sama saja seperti si gadis bernetra [e/c] itu. Namun sepertinya setiap hal yang mereka lakukan akan selalu terbentur satu sama lain.

"Anu, maaf!"

"Maaf, aku--"

Kedua-nya kembali terdiam.

Canggung.

Ini keterlaluan kenapa dewi fortuna selalu mengejek dirinya disaat-saat penting, seharusnya ia bisa bercakap sedikit dengan sang gadis kalau saja penghapus s*alan itu tak terjatuh.

"Ah, permisi Morisuke-san. Aku ingin pamit dahulu ada yang harus kulakukan."

"Oh, iya. Aku juga ingin belanja ke supermarket, ada yang harus kubeli."

"Begitu-kah, kalau begitu tujuan kita sama. Eh, bagaimana kalau bareng?"

"Eh, ya?"

Jadi "hal yang harus dilakukan" [Name] adalah berbelanja, pikir Yaku dengan sedikit sweatdrop di pipi-nya. Tunggu, tadi [Name] mengajaknya ikut? Berbarengan? Mungkin kali ini dewi fortuna telah tersenyum untuk Yaku.

Si pemuda surai krem itu 'pun hanya menjawabnya dengan anggukan dan gumaman kata "Ya, tentu". Mungkin ini sebuah langkah besar baginya untuk mengenal lebih dekat sosok "
"Senseless princess" ini 'kan?

____________________________________

an::
Yahahah nungguin ya? //slap
Intinya aku sebagai author minta maap ._.) dan sudah mengganti desk/status booknya jadi super slow update... yay..., mohon sabar yah nungguin Orion up-in booknya TvT)9
-Orion

Ref:Rain [Yaku Morisuke x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang