1

953 127 15
                                    

Tampak sebuah surai [h/c] yang melambai-lambai di usap angin. Si pemilik sendiri tak terlalu memberi perhatian terhadap hal kecil itu, karena atensi-nya kini berada pada pemandangan luar jendela kelas-nya.

Menampilkan sebuah hamparan lapangan luas sekolahnya yang berisi murid-murid iseng yang sedang berlarian kesana kemari.

Tunggu, memang murid SMA bermain yang bermain begituan?...

"Eh, [Name]-chan tau tidak? Kudengar Tim Klub Voli putra sekolah kita masuk ke kejuaraan internasional loh!
Dan banyak bola lawan yang hampir masuk di selamatkan oleh Yaku-kun! Sampai kaki-nya terkilir. Kasihan, namun hebat bukan?!"

Sang gadis bersurai [h/c] tersebut hanya mengangguki perkataan teman-nya tersebut tanpa menoleh 1 senti pun ke arah sang sahabat, ia tahu benar bahwa teman ber-netra tosca-nya ini sedang dalam mabuk asmara terhadap si Libero cebol asal Nekoma tersebut.

Bagaimana tidak? Yaku memang lumayan populer di kalangan kaum hawa di sekolah mereka.
Well, walau tak sepopuler si rambut ayam—Kuroo Tetsurou—sih.

Mungkin karena tinggi-nya? Ah sudahlah, masalah tinggi hanya tuhan yang mengatur.

Sementara teman si gadis [h/c] ini masih sibuk mencerocos tentang si Libero, ia tak sadar orang yang sedang diceritakan —Yaku Morisuke— telah masuk ke kelas bersama dengan teman rambut ayam-nya.

Sedikit yang Yaku tau, kalau mereka sedang membicarakan diri-nya, namun ia tak banyak ambil pusing dan langsung duduk di bangku-nya.

Berhubung bel sudah berbunyi yang menandakan waktu pelajaran akan segera dimulai, tentu saja ia mengambil tindakan yang paling tepat—duduk di kursi milik-nya.

"Si pak tua datang !"

Satu teriakan dari teman sekelasnya itu langsung menyadarkan [Name] dari lamunannya yang kemudian ia tanggapi dengan duduk tegap di kursi-nya.

Temannya—Toda Shouko— pun memutar arah badannya ke-depan, menaruh atensi kepada guru killer mereka yang baru saja masuk membawa setumpuk kertas.

Tak ada yang berani bertanya apa isi kertas itu. Karena mereka tau, sekalipun ada yang bertanya pasti akan langsung di bungkam dengan perkataan tajam dari sang guru.

Asaka-sensei—si guru killer— pun memanggil sang ketua kelas dan menyuruh-nya membagikan lembaran-lembaran kertas tersebut.

"Jangan di buka sebelum Bapak suruh." Hanya dengan 1 kalimat itu mereka mulai takut-takut penasaran.

Setelah pembagian selesai para murid mulai berbisik-bisik mengenai isi kertas tersebut ada yang menerka-nerka, ada juga yang tak peduli seperti gadis bersurai [h/c] di ujung sana.

Sebuah deheman dapat di dengar dari meja guru di depan.
Para murid seketika itu pula bungkam.

Kentara rasa penasaran masih menyelip di hati, mau tak mau mereka harus diam.

Tak ada yang mau menerima hukuman kan?

"Di kertas kalian masing-masing berisi soal yang berbeda, level-nya juga. Namun, sudah bapak sesuaikan dengan kemampuan kalian," Jelas sang guru setengah selesai sambil mengambil sesuatu dari tas laptop milik-nya.

"Bapak akan memberi keringanan dengan memperbolehkan kalian berkelompok, satu kelompok hanya boleh berisi 2 orang."

Dengan kalimat itu, seluruh kelas menjadi riuh menentukan kelompok-nya masing-masing.

"[Name]-chan kita sekelompok yah?" Kata Toda sambil mengerlingkan sebelah mata-nya dan memberi senyuman hangat.

Sang lawan bicara hanya mengangguk sambil menggumamkan kata 'iya' dengan suara kecil.

Sementara di ujung lain tampak Yaku sedang memperhatikan kedua gadis itu dengan sebuah tatapan penuh arti.

Bukan.
Bukan kedua-nya tapi salah satu dari mereka, yakni si pemilik surai [h/c].

"Oya oya oya, sepertinya ada yang sedang kasmaran nih~."

Seketika setelah suara tersebut keluar, seketika itu pula sebuah buku menghantam si pemilik suara itu.

"Diam kau jamet sialan."

Sahut si pemukul dengan nada suara yang kesal.
Yang tadi dipukul pun hanya nyengir.

"Gak ajak sekelompok lagi tuh? Kan lumayan bisa nge-modus lagi, selain itu 'kan rumah-mu dekat dengan-nya."

"Tak mungkin bisa, lagipula dia sudah lekat sama sahabat-nya itu."

Kata Yaku lesu sambil menunjuk ke arah dua gadis tadi.
Dan benar saja kedua-nya sudah bersepakat dan kini sedang men-diskusi-kan masalah soal mereka.

"Di lapangan kayak singa. Gantian masalah cewek malah lembek banget kayak anak kucing."

Jleb.
Sindiran Kuroo tak salah. Jadi mau tak mau Yaku sudah seharus-nya menerima sindiran itu.

Tapi, ini Yaku yang kita bicarakan kalau tak melawan merupakan suatu hal yang biasa maka kini dia sudah tak berdebat dengan Kuroo.

"Apa kau bilang tadi?!"

Baru saja ia ingin mengamuk namun satu kata yang keluar dari guru-nya membuat seluruh murid di kelas—termasuk mereka— membungkam otomatis mulut mereka.

"Diam."

"........."

Semua diam, hingga sang guru melanjutkan penjelasannya yang ternyata sedari tadi belum selesai.

"Kelompok akan bapak tentukan sesuai absen."

Ref:Rain [Yaku Morisuke x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang