5. "Bahagia itu simple"

5 0 0
                                    

Bunyi bel berdering keras, memekakkan telinga para siswa dan guru di sekolah.

"Beh, akhirnya selesai pulak si 'rumit'. (A.k.a pelajaran matematika)" ucap Dimas lega, dia meletakkan kepalanya di atas meja sangking pusingnya dia dengan rumus-rumus matematika. Nyawanya seolah keluar dari tubuhnya.

"Apa sih Dim, mudah mudah aja gitu. Lu nya aja yang idiot." cibir David,"Lu nya yang kepintaran bodoh." sewot Vandra.

Vandra, Dimas, dan David duduk berjejeran jadi mereka mudah berkomunikasi satu sama lain dan bekerjasama saat ujian.

Ding! (Suara ponsel umum)
Kikuk! (Suara burung)
Kiw kiw, eaa! Kiw kiw, eaa! (Suaranya Dimas sendiri)

Suara ponsel ketiga orang itu berbunyi, Dimas yang membuka isi ponselnya yang lain sibuk menata buku. Saat Dimas menatap layar ponselnya, dia menjatuhkan kepalanya ke atas meja lagi.

"AÆAAÂÆAÃAEEEEËĒ."

Entah Dimas sedang melakukan ritual memanggil atau itu memang cara dia mengeluh, tapi itu menarik perhatian kawan-kawannya untuk mengecek ponsel mereka.

Bu Pembina
Mohon ketos, wakil ketos, sekretaris, dan seluruh siswa yang kemarin dan tadi pagi daftar segera ke ruang OSIS ya Nak. Terimakasih.

"Tsk, ga suka gua sama guru ini. Mesti bikin rapat tiba-tiba." ujar Vandra kesal,"Iya, hidup kenapa susah bangeeeeëætt." balas Dimas setuju.

"Ya idup ga cuma makan tidur mandi makan tidur mandi, ah gimana sih lu Dim." ucap David, Vandra hanya tertawa.

✿₍₍◞( •௰• )◟₎₎✿

Di ruang seleksi, suara celoteh sana sini terdengar. Ada yang ghibah, bisik-bisik, main ponsel tapi volumenya full, dan sebagainya.

"Baik anggota OSIS baru, mohon tenang! Hari ini kalian akan diseleksi, dan satu-satu! Jika berebut maka akan dikeluarkan dari auditorium. Silahkan mempersiapkan diri sebelum wawancara, jika sudah siap maka kebelakang. Di sana ada ketos, wakil ketos dan sekretaris." seru Guru pembinanya, auditorium yang sunyi menjadi penuh bisik-bisik.

✿₍₍◞( •௰• )◟₎₎✿

Sampai giliran terakhir, Raven baris di barisan David. David masih sibuk menulis kertas dihadapannya.

"Oke Dek, bisa duduk aja di kursi. Nanti Kakak bakal nanya-nanya, jadi siap-siap ya." ucap David, calon anggota OSIS didepannya mengangguk dan duduk.

Saat David selesai dengan kertasnya, ia menghadap ke depan. Betapa terkejutnya dia melihat bahwa di depannya adalah Raven.

"Eh halo, kita ketemu lagi." sapa David ramah, Raven menunduk dan mengangguk pelan. Jantung David mulai berdegup kencang seperti flash.

"Kakak mulai ya, pertanyaan pertama..,"

✿₍₍◞( •௰• )◟₎₎✿

Setelah Raven pergi, Dimas melihat David dengan ekspresi seolah-olah dia melihat sesuatu yang menjijikkan,"Sumpah lu jangan senyum, amit amit gua Vid." ucap Dimas, David dengan wajah bersinar membalas,"Ya jangan liat, hidup kok dibawa repot."

David senang saat melihat Raven dan sempat-sempatnya dia meminta nomor telepon Raven dengan alasan,"Biar kalo ada informasi yang ga disampaikan, Kakak bisa ngechat kamu." Raven juga tidak menolak untuk memberi nomor teleponnya, dia seperti senang saat David meminta nomor teleponnya.

David merasa paling beruntung setelah mendapat nomor telepon Raven, sampai rumah wajah dia masih berseri-seri kiyowo. Saat mau tidur, dia malah tidak bisa sangking senangnya.

Kalau ditanya kenapa dikasih nomor telepon senang, hepi, kiyowo, bahagia, jawaban David itu simple :

Karna bahagia itu sederhana, gak usah susah-susah in diri cari bahagia itu.

✿₍₍◞( •௰• )◟₎₎✿

>Baru jam sgini udah ngantuk aja😓

>Anyhow, aku masih belum nyari wajah yang cocok buat Dimas sama Vandra hwhw

>Ok, see u in the next ch!(。•̀ᴗ-)✧
CahyaArindi
<( ̄︶ ̄)>

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Stargazing With You [BL] DISCONTINUEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang