🍊Lova Kala🍊

15 2 0
                                    


Seluka apapun aku, harus tersenyum saat pagi datang. Hanya malam yang boleh tau, selemah apa aku saat itu..

~~Lova Starlight~~

Saat surya menyingsing, saat itu pun netra gadis cantik itu terbuka. Menampakkan iris kehijauan yang indah. Entah dari mana keindahan itu berasal. Terkadang orang-orang menyebutnya alien? Ini kelangkaan bukan alien. Lova menunaikan kewajibannya antara manusia dan penciptanya. Walau sinar mentari telah menembus tirainya. Tidak ada prinsip meninggalkan selagi sempat.

Selesai berbenah, Lova menuruni tangga menuju lantai bawah. Di ruang makan terdapat tiga manusia yang sebenarnya enggan Lova lihat. Mau bagaimana lagi? Ini sudah menjadi ketentuan untuk hidupnya. Ada namun tak dianggap ada.

Menyedihkan, ck.

"Bik, roti coklatnya aja ya...eh sama susu kotak juga." pintanya ramah pada asisten rumah tangga.

"Ini, Non. Nggak sarapan dulu?"

Lova tersenyum, "nggak, Bi. Udah siang, Lova berangkat.."

Tanpa menyapa ketiganya Lova berlalu. Ia memutar kunci motornya dengan riang. "Suatu saat kalian yang akan mengemis perhatian.." lelahnya.

Gadis itu menyampirkan kerudung segi empatnya ke bahu. Melangkah arogan menuju kelasnya. Dagunya diangkat tinggi, sorot matanya datar dan tak ada senyum di bibirnya.

Di sisi lain, seorang pemuda berjalan dengan tenang di selingi sapaan hangat yang menyapa. Siapa lagi kalau bukan Dieza, mau bilang saudara Lova sadar. Jadi nyebut orang aja ya..biar gak ada yang nahan sakit sendiri.

"Diez!! Sini...!!"

Dieza mendekati seseorang yang melambai. "Sendiri?"

"Em...ke kelas bareng ya?" Pinta Belle, kekasih Dieza.

Mereka berjalan beriringan sekaakan menjadi pasangan teromantis di SMA Lokapala. Bukan rahasia umum lagi sih, Diez dan Belle sudah menjalani hububgan dua tahun terakhir. Entah kesialan apa yang menimpa seorang Lova harus sekelas dengan duo makhluk astral itu. Sepertinya Tuhan sedang mengujinya, senikmat ini rasanya.

"Lova, tugas bahasa Indonesianya udah selesai?" Terania selaku ketua kelas bertanya.

"Sudah," jawab singkat Lova sembari menyerahkan tumpukan kertas print tersebut. "Nggak usah di buka!" peringat Lova tegas.

Terania paham, "baik, itu prifasimu.."

Lova kembali diam memandang luas ke luar jendela. Sesekali menertawakan Alepo yang selalu terkena bola basket. Sampai ketenangannya itu terganggu oleh aktris tercantik itu. Lagi-lagi Belle mencari masalah dengan singanya Lokapala.

Brak!

Meja tak bersalah menjadi sasaran tidak jelas Belle. "Lo itu gak usah keganjenan ya!"

Nah kan? Semakin hari semakin tidak waras makhluk satu ini. Lova mengangkat pandangannya. Menembus netra coklat gelap milik Belle. "Lo itu ya! Gak sopan banget. Gue lagi ngomong!!"

"Oh, aku kira lagi ngoceh!"

Suasana ricuh, teman-teman kelas menertawakan Belle. Mau mencari perhatian Diez dengan memalukan Lova? Jangan harap! Gadis setangguh Lova tak mudah ditaklukan asal kalian tahu.

Lova KalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang