Jika bagimu bahagia adalah tertawa, maka untukku cukup melihat tawamu itu, maka bahagiaku akan datang sendirinya..~~Lova Starlight~~
Kelamnya langit saat gemuruh mulai terdengar, kilat menyambar pedih. Luka yang lama belum juga kering, namun sang pemilik membiarkannya kembali berdarah dengan luka yang baru. Menggenggam erat tas hitamnya, tubuhnya menggigil di balik seragamnya yang tipis. Berkali-kali ia mendesah ragu untuk melangkah, "langit, berbaik hatilah sedikit. Aku ingin pulang..." pintanya yang hanya ditanggapi gemuruh yang kian memekakkan telinga.
"Pakai.." seseorang menyampirkan jaketnya. Alepo, orang itu tersenyum manis. Lova terkesiap, kemudian ia menggeleng. "Itu milikmu, kau juga kedinginan 'kan?" tegasnya.
Alepo terkekeh pelan, "tidak! Pakai saja, seragammu sudah menepak dan itu tak enak di pandang.."
Lova segera menutup tubuhnya, pipinya merona malu. Ah, kenapa bisa? Memalukan saja, Lova menggerutu dalam hati.
"Al, ngapain di sini?" tanya Lova sembari merapikan jaket Alepo.
"Nungguin kamu lah, Al kan tahu kalau Lova benci banget sama kilat."
Alepo tersenyum, menampilkan deretan gigi kecilnya yang rapi. Lova mengangguk paham, "tapi Lova nyusahin lagi. Al pulang aja dulu, dicariin Kak Anna baru tahu rasa.." usir Lova pelan.
Al menggeleng, ia memilih duduk di halte menunggu bus untuk sampai ke rumah mereka. "Nggak! Kak Anna gak nyari, Al udah bilang tadi. Jangan buat Al khawatir Lova..." ungkapnya sendu. Karena Alepo yakin sekuat apapun Lova sekarang tidak bisa ditinggal sendirian. Ia butuh teman tuk sekedar menemaninya dalam diam.
Lova berbalik menatap Alepo dengan cengiran ceria khas miliknya. "Iya deh. Jangan ngambek dong, Lova minta maaf ya..." bujuknya pada Alepo yang sudah kadung diam tanpa respond.
"Al ganteng deh. Maafin Lova ya...please..janji gak gitu lagi.."
Melihat sok imutnya Lova mendadak napsu untuk ngambek hilang entah kemana. Alepo terkekeh geli. Ratu arogan sekarang tengah memohon seperti anak kecil yang meminta dibelikan mainan.
Karena tak tahan dsngan sosok imut nan menyebalkan di depannya Alepo mengusap kepala Lova sambil mengacaknga pelan. "Al gak marah, Lova. Udah ah..yuk pulang, sebelum deras hujannya."
Lova mengikuti langkah Alepo, ia sedikit menjaga jarak. Ada sesuatu yang menganggu pikirannya. Sesuatu yang mengganjal di malam itu.
"Ayok! Lagi mikirin apa sih?" tanya Alepo penasaran.
"Nggak ada, cuma Lova kayaknya lupa gak kasih makan Nyinyi," jawab Lova. Nyiyi adalah hamster kesayangan Lova. Memiliki kombinasi warna coklat emas dengan putih, membuat hewan kecil itu sangat imut.
"Yee, kelaparan dianya lhoo. Kok bisa lupa? Biasanya aja rajin.."
"Namanya juga lupa, Alepo. Mana Lova tahu kalau akan lupa...ish!" kesal Lova, tangannya menggeplak bahu Alepo pelan. Mereka berbonceng sepeda motor. Karena tadi pagi, motor Lova ngadat dan minta nginep di rumah sakit jadinya dia mbonceng Alepo.
"Gak papa nih, nganterin Lova? Jalurnya sebrangan lho..?"
Alepo menggeleng, "kayak sama siapa, udah naik..!" perintahnya, sejurus kemudian ia memberikan helm untuk Lova.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lova Kala
Roman pour AdolescentsMenceritakan gadis remaja yang mencari jati dirinya lewat eskul karate. Dia pikir orang tuanya master karate, ia pun harus menjadi seperti panutannya itu. Ditengah pelik kebimbangan hati dan pikiran, Lova diperumit lagi dengan kehadiran Kala. Seoran...