"Aira."
Masih diam.
"Aira!"
Tetap sama.
"AIRA!"
Gadis itu terlonjak kaget ketika mendapatkan teriakan dari Abim.
"Apa sih?"
"Sumpah, kebangetan lo ya! Jadi, daritadi gue ngomong panjang lebar nggak lo dengerin 'hah?"
Aira mengerutkan dahinya merasa heran, ah ia baru ingat sekarang. Jadi, tadi itu hanya imajinasinya saja? Ia memejamkan matanya sesaat, mengapa tiba-tiba Aira malah membayangkan hal seperti itu dengan Abim.
"WOI AIRA!"
Untuk yang kedua kalinya Aira di buat terkejut dengan suara gadis tomboy itu, lantas Aira memberikan cubitan kecil tepat di pinggang.
"Gue ada di deket lo Bim, kenapa harus teriak sih?!" sebalnya lalu memberi tatapan galak, bodo amat dengan Abim yang kini meringis sakit setelah ia cubit kecil dan menghasilkan nyeri yang amat sakit di pinggang gadis tomboy itu.
"Sumpah ya lo ..., sakit banget ege." keluh Abim sembari terus mengusap pinggangnya.
Merasa bersalah, kini Aira ikut andil untuk membantu mengusap pinggang Abim berharap rasa sakitnya kian mengurang jika ia ikut membantu mengusapnya.
"Masih sakit?"
"Banget!" jawab Abim sewot.
"Maaf."
"Dih?"
"Apa?" kini Aira berhenti dari kegiatannya yang membantu Abim.
"Tumben amat."
Aira menaikan sebelah alisnya bagai bertanya.
"Biasanya gengsi kalo minta maaf duluan." cibir Abim menjawab kebingungan Aira.
Aira memutar bola matanya seraya berdecak sebal. "Gue gak mood, mau pulang aja!" detik berikutnya Aira pun melegang pergi dari tempat itu.
"Lah, terus ini kartunya gimana? Masih banyak lho anjir." protes Abim yang kini berusaha menyusul Aira dan menyamai langkah kaki mereka.
"Gak peduli!"
Abim berdecak. Mengalah dan menuruti keinginan gadis itu untuk pulang.
Aira menghembuskan nafas panjang, mencuri kesempatan untuk memandang Abim dari samping. Detik berikutnya ia memgalihkan wajahnya ke arah lain, sial kenapa jantungnya terasa aneh, semakin bergedup kecang ketika melihat Abim.
Ada apa dengan perasaannya? Aira benar-benar belum memahami ini, kenapa setiap kali melihat Abim debaran itu selalu muncul secara mendadak dan tiba-tiba tanpa bisa ia kendalikan.
"Apa gue..." Aira kembali menatap Abim yang kini fokus ke depan dengan langkah normal bersejajar dengannya. "Suka, eum... Apa gue mulai suka sama Abim?" Aira kembali menghembuskan nafas panjang.
Rasanya terasa aneh namun nyatanya ia tidak bisa mengelak akan hal itu.
***
Usai melaksanakan ujian akhir semester, Abim dan para temannya berkumpul di parkiran untuk mengobrolkan tentang rencana mereka sebelumnya yang akan liburan.
"Pantai sih kalo gue." ucap Gyas mengajukan sarannya.
"Nah bener, gue setuju sama lo Yas. Pantai enakeun kayaknya." sahut Bara.
"Mending naek gunung anjir." tiba-tiba Pandu membuka suara.
"Dih, ogah banget! Paru-paru gue ora mampu!" sewot Dylan tak setuju. "Mending saran dari Gyas sih, pantai. Udah fix ya, kita holiday-nya ke pantai yang di Jogja."

KAMU SEDANG MEMBACA
Felicity [GxG]
ChickLitLgbt content. Apakah kamu yakin dalam persahabatan dua orang tidak ada salah satu dari mereka yang menyukai sahabatnya? Dalam persahabatan yang terjalin oleh dua orang pasti salah satu diantaranya ada yang memiliki perasaan lebih, dan hal itu sering...