Chapter 5

738 86 22
                                    

Sebelum baca, jangan lupa vote dan comment, thank you ~

//

Ni-ki berhenti di sebuah rumah besar yang lebih cocok disebut mansion sambil menghelakan nafasnya. Ia berkali-kali mengingatkan dirinya untuk terus bertahan.

Meninggalnya kedua orang tuanya membuatnya harus pindah ke Korea dan tinggal bersama neneknya yang kini dirawat di rumah sakit dan pamannya yang tidak menganggapnya bahkan memukulnya. Ia harus mencari uang sendiri dengan bekerja kesana kemari termasuk mansion di depannya ini. Ia tinggal dan bekerja di bangunan megah itu sebagai alasan untuk tidak tinggal bersama pamannya yang abusive. Namun pamannya selalu mempunyai banyak cara untuk mendapatkan uang yang sudah ia dapat dengan susah payah untuk kesenangannya sendiri, padahal ia bermaksud menabung uangnya untuk biaya rumah sakit neneknya.

Terlalu lama hanyut dalam pikirannya, Ni-ki tidak menyadari sebuah mobil berhenti di belakangnya. Dua pemuda keluar sambil menenteng tas mereka masing-masing. Mereka menatap Ni-ki kemudian satu sama lain.

"Minggir! Ngehalangin jalan tau!"

Ni-ki tersentak mendengar bentakan dari arah belakangnya. Ia segera memberi jalan pada putra dari tuan rumah di hadapannya.
"Maaf."

"Oh, dan jangan lupa siapin teh buat Sunoo, kami mau ngerjain tugas di ruang buku. Cepetan!"

Ni-ki mengangguk dengan kepala tertunduk pada kedua kakak kelasnya yang langsung berjalan melewatinya dengan angkuh.

Yap, Ni-ki kini tinggal dan bekerja di rumah salah satu kakak kelasnya di sekolah, Yang Jungwon yang hari ini membawa Sunoo bersamanya untuk mengerjakan tugas.

Setelah menutup pintu, Ni-ki segera berlari menuju dapur untuk membuat teh pesanan tuan mudanya. Ia tidak ingin mendapatkan luka lebih banyak hari ini. Bahkan luka dari pamannya yang tersembunyi di balik seragamnya pun belum sembuh.

**

Ni-ki menarik nafas gugup sebelum dengan pelan mengetuk pintu kayu besar di hadapannya.
"Permisi."

"Masuk!"

Setelah mendapat izin, dibuka oleh Ni-ki yang membawa nampan berisi teko dan cangkir keramik ditangannya.
Ia menyusun cangkir di atas meja kemudian menuangkan teh panas ke dalamnya.

Sunoo menatap cangkir itu sebentar sebelum mengangkatnya untuk diminum.

"Buka tanganmu."

Ni-ki yang bingung dengan permintaan Sunoo hanya mengikutinya. Ia membuka kedua tangannya dan mengarahkannya pada Sunoo.

Hal yang terjadi selanjutnya membuat Ni-ki mengerang tertahan. Cairan panas dengan asap mengepul itu dituangkan ke atas tangannya hingga cangkir itu kosong.
"Kau sebut ini teh? Ini hanya air putih berwarna dasar sialan!"

Jungwon menatap pemuda berdarah jepang ini dengan tajam.
"Ck, tau gini aku tidak menyuruhmu membuat teh. Kau hanya bisa menambah masalah saja. Cepat bersihkan semua!"
Sunoo dan Jungwon kemudian meninggalkan ruangan ini dengan tawa lepas.

Ni-ki menatap kedua tangannya yang kini memerah sambil meringis. Ia terus bertanya pada dirinya apakah ia harus melanjutkan penderitaannya begini. Namun setiap pikiran itu muncul, bayang wajah neneknya yang kesakitan selalu menghantuinya.

Ia menghelakan nafas, berharap setiap ia menghelakan nafas, beban dalam hidupnya bisa berkurang.

Matanya menatap ruangan yang tampak agak berantakan karena barang-barang kakak kelasnya yang berserakan. Setelah membereskan cangkir-cangkir teh, ia beralih pada tas Jungwon dan Sunoo yang tergeletak di atas lantai.

The Ability || • EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang