Chapter 3

785 107 17
                                    

Sebelum baca, jangan lupa vote dan comment~

//

Sunghoon menatap pemuda yang lebih pendek di depannya dengan alis berkedut. Ia greget dengan Jake yang berjalan dengan sangat lambat karna kakinya yang masih digips. Jika ia bisa menggendongnya, Jake pasti sudah duduk tenang di dalam kelasnya. Tapi ia tidak mungkin melakukan hal bodoh itu, yang ada satu sekolah akan gempar karna ada berita salah satu siswanya bisa melayang.

Karna bosan, Sunghoon memutuskan untuk pergi berjalan-jalan sendiri dan meninggalkan Jake yang masih berjalan menuju kelasnya.
Jake hanya menggeleng-geleng melihat Sunghoon berjalan melewatinya.

Setelah perjuangan yang melelahkan, Jake akhirnya duduk di bangkunya sambil menghelakan nafasnya.

Teman-temannya segera mendekatinya dan bertanya-tanya mengenai keadaannya, hal itu membuat hati Jake menghangat. Matanya tertuju pada bangku kosong di sebelahnya. Temannya yang satu itu belum datang ternyata.

Tidak lama kemudian bel tanda kelas dimulai telah berbunyi, Jake meletakkan buku-bukunya di atas meja bersamaan dengan guru yang mengajar pagi itu masuk ke dalam kelas. Meminta waktu mereka untuk mendengarkan pelajaran.

Suara kegaduhan di luar membuat guru itu menghentikan pelajarannya dan seluruh mata tertuju pada pintu kelas yang terbuka. Disana Jay berdiri dengan senyum bersalah sambil menunduk singkat memberi hormat pada guru yang menatapnya tajam.

"Maaf bu, telat bangun."
Jay menyengir sambil menatap tajam Jake yang hampir tertawa melihat temannya menderita.

Guru itu berdecak kemudian menyuruhnya segera duduk.

Jay segera mengambil tempat duduknya yang berada tepat di sebelah Jake.
"Lo sih, cerita yang engga-engga! Gua kan jadinya ga bisa tidur! Telat kan jadinya!"
Jay berbisik ngegas pada Jake yang tersenyum lebar berusaha tidak tertawa melihat penampilan kacau temannya.

"Jay! Jake! Kalau ga mau belajar keluar aja!"

Jay dan Jake yang diteriaki langsung berpura-pura menyatat agar guru galak itu kembali mengajar.

Tidak lama kemudian, fokus Jake teralih pada sosok yang berdiri di sebelah gurunya. Sebelah tangannya yang tidak memegang pena bergerak meraba dadanya dimana kalung milik ibunya berada. Tidak ada. Ia tidak menemukan benda itu. Dengan segera ia mengintip ke dalam baju dan mengobrak-abrik tasnya untuk mencari kalung jimat itu.

Karna terus bergerak, Jake membuat keributan yang membuat pelajaran kembali terganggu sehingga namanya kembali diteriaki oleh guru di depan kelas.

Seluruh mata menatapnya heran, termasuk mata kosong tanpa bola mata yang menyeringai saat Jake tidak sengaja menatapnya kembali.

"Jake, lo napa dah?"
Jay yang melihat sikap aneh Jake bertanya sambil memegang tangan sahabatnya yang gemetar.

Jake menggeleng menatap Jay dengan senyum yang dipaksakan. Ia tidak mau mengganggu teman-temannya.
"Maaf, bu."

Sang guru menatap Jake dengan tajam sebelum kembali menjelaskan materi. Seluruh teman-temannya juga kembali belajar dengan tenang termasuk Jay.

Jake menutup mata erat. Ia bisa merasakan hembusan nafas dingin dari sisi sebelah kirinya.

"Sakiiittt..."

Jake gemetar saat hantu itu berbisik di telinganya dengan suara serak yang mengerikan. Tangan keriput dengan kuku panjang itu menyentuh tangan Jake yang terkepal di atas meja membuat Jake bergidik ngeri.
Ia menyebut nama Sunghoon berkali-kali dalam hati berharap sosok itu datang untuk menolongnya.

Tangan keriput itu naik ke lengan dan lehernya. Wajah mengerikan itu mendekat ke leher putih Jake, mengendus pemuda malang itu dengan rakus.

Tidak tahan Jake mendorong makhluk itu dengan sepenuh tenaga menjauh hingga ia terjatuh dari bangkunya. Bersamaan dengan itu, Sunghoon yang baru saja selesai dengan acara jalan-jalannya muncul di sebelah Jake dengan pedang hitam besar di tangannya. Ia menebas kepala makhluk itu dengan sekali tebas.

"Jake!"

Sunghoon menatap kepala menggelinding itu dengan wajah kaget. Wajah itu bukan wajah mengerikan seperti hantu pada umumnya, melainkan seperti manusia yang wajahnya sangat amat pucat.
Ia menatap Jake dengan bingung.

Jake hanya menatap Sunghoon lemah di gendongan Jay.

"Yuk ke UKS dulu ya, Jake. Lo masih belum pulih total."
Jay membawa Jake pergi tanpa persetujuan pemuda itu.

**

"Lo keras kepala banget sih, Jake. Liat lo sekarang, masuk UKS kan?!"

Jake terkekeh mendengar omelan temannya yang tidak berhenti.

"Jangan ketawa lo. Gua khawatir gini lo malah ketawa."
Jay mengusak rambut Jake kasar.

"Kalau gua ceritain yang sebenarnya emangnya lo bakal percaya?"
Jake menghentikan tawanya dan menatap Jay serius.

Jay melihat perubahan Jake mendadak gugup.
"Jangan aneh-aneh lo."

"Gua serius Jay."
Jake tersenyum kemudian menatap Sunghoon yang berdiri di sebelah Jay.

Jay mengikuti arah pandang Jake yang bukan ke arahnya dengan takut.
"Ih! Lo liatin apa sih! Jangan bercanda!"
Jay berteriak menarik kursinya menjauh dari arah Jake memandang.

Sunghoon yang melihat tingkah memalukan abangnya hanya menggelengkan kepalanya.

"Itu Sunghoon, Jay."

Jay yang mendengar nama adik kesayangannya menatap sebelahnya yang kosong dengan tatapan sendu.

"Sini, dekatan. Gua ceritain semuanya."

Akhirnya Jake menceritakan seluruh kejadian dari ia kecelakaan hingga kejadian yang baru saja terjadi, termasuk tentang kalung yang diberikan papnya yang merupakan milik mamanya dulu.

Sunghoon akhirnya mengerti mengapa sosok yang baru saja ia tebas memiliki wajah manusia yang menyedihkan.
Ia membalik-balik bukunya dan berhenti pada satu halaman yang berisi data lengkap dengan foto wajah sosok itu.
Disana terlabel 'complete' dengan tulisan warna hijau.

//TBC//

Makasih udah baca, maaf kalau ada typo atau salah-salah.

See you next chapter~

The Ability || • EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang