Chapter 7

708 87 23
                                    

Halo, sebelum baca, jangan lupa vote dan comment supaya aku tau pendapat kalian,
thanks.

This chapter contain full of angst :)

//

Ni-ki berjalan sedang berjalan pulang sendiri dengan sinar lampu jalan yang agak redup. Sekolah Belift memang adalah salah sekolah yang memulangkan murid-muridnya sangat larut.
Ia tidak mungkin meminta Jungwon untuk pergi dan pulang bersama, bahkan pemuda dengan dimple itu pasti tidak sudi berada di ruangan yang sama dengannya.

Tanpa sadar, sebuah tangan besar dan kasar muncul dari gang kecil menarik kerahnya dengan kasar. Ia bisa merasakan tulang punggungnya retak saat tubuhnya dibanting ke atas aspal keras yang lembab dan berlumut.

Sebelum ia sempat bangun, perut ramping Ni-ki sudah dipijak oleh kaki berbalut sepatu boots dengan keras.

"Kemarikan uangnya!"

Dengan seluruh tenaganya, Ni-ki menahan kaki pria yang menginjak luka di bagian tubuhnya yang belum sembuh agar tidak terlalu tertekan.
"Pa-Paman, uang ini untuk nenek, jangan diambil."

Pria yang Ni-ki panggil paman itu menarik kerah pemuda malang itu kemudian melayangkan kepalan tangannya tepat pada ulu hati Ni-ki.
"Tidak usah sok peduli! Kemarikan saja uangnya, dasar jalang! Aku yakin kau pasti bersenang-senang di rumah besar itu kan?! Seperti inikah caramu membalas pamanmu, huh?!"

Ni-ki tersungkur lemah sambil memegang bagian perut atasnya.

"Jangan! Paman!"
Ni-ki berusaha merangkak merebut tas sekolah yang isinya sudah dikeluarkan oleh pria yang ia panggil paman itu.

"Diam!"
Dengan tidak berperasaan, pria itu menyepak perut Ni-ki hingga tubuh Ni-ki terlempar jauh.

Tidak peduli cairan pekat berwarna merah mengalir keluar dari mulutnya, Ni-ki terus merangkak mendekati pamannya.

Setelah menemukan apa yang ia cari, sebuah amplop dengan uang di dalamnya, pria paruh baya itu tertawa memandang Ni-ki yang menahan kakinya.
"Menyingkirlah! Dasar kotor!"

Ia menghajar Ni-ki habis-habisan. Ia tidak menghajar wajah karena itu akan menarik perhatian orang.

Pakaian Ni-ki sudah sobek dan ternodai darah. Ia tidak bisa menggerakkan ototnya sama sekali. Air mata mengalir membasahi pipinya. Ia berharap ia bisa segera menemui kedua orang tuanya. Ia tidak sanggup lagi.

"Ni-ki!"

Ia mendengar namanya disebut sebelum akhirnya kesadarannya menghilang.

**

Jake merilekskan otot-ototnya di depan pintu abu-abu miliknya sebelum membuka pintu itu. Setelah giliran Sunghoon menghilang, sekarang Heeseung yang menghilang entah kemana. Ia merasa lelah setelah berurusan dengan pelajaran, tidak ingin memusingkan dirinya dengan hal-hal yang membuat otaknya semakin berasap.

Begitu ia membuka pintu kamar, ia melihat sosok yang beberapa hari ini menghilang meringkuk di sudut kamar dengan kepala yang di sembunyikan diantara lututnya.
Jake bersumpah ia mendengar suara isakan dari sosok itu.

"Hoon..?"

Sunghoon mengangkat wajahnya yang basah akibat air mata dan menatap Jake sendu.
"Gua ga mau kalau kek gini, Jake.."

Jake mendekati Sunghoon dan memegang kedua tangannya. Namun ia menyadari salah satu tangan Sunghoon berubah menghitam naik ke pergelangan tangannya.
"Sunghoon, apa yang terjadi?!"
Jake menggenggam tangan Sunghoon menatapnya khawatir.

"Gua ga bisa kalau kek gini.."

Jake segera menarik Sunghoon kedalam pelukannya ketika sosok lebih tinggi itu semakin menangis pilu.
"Shh.. tenang, Hoon.."
Jake mengelus punggung Sunghoon dengan lembut berusaha menenangkannya.

Sunghoon menggeleng keras melepaskan pelukan Jake.
"Gua ga bisa tenang kalau Jay harus mati, Jake!"

Jake menatap Sunghoon terkejut karena ia tiba-tiba berteriak dan apa katanya? Jay harus mati?

"Selama ini nama Jay tercatat dibuku gua."
Sunghoon tersenyum miris namun cairan bening terus mengalir dari kedua mata itu.
"Jake.. gua harus dapatin nyawa Jay dan gua ga sanggup.."

Jake terdiam dengan perasaan kacau.

"Waktu Jay datang ke toko bunga, itu adalah hari dimana Jay harusnya mati and guess what? I saved him when I didn't suppose to. Gimana pun juga, Jay itu saudara gua, Jake. I'll do anything for him walaupun itu artinya gua harus ngorbanin diri gua sendiri. As long as he lives, nothings matter, Jake.. Bagaimana pun, gua bakal ngelindungi Jay."
Sunghoon mengelus kulit tangannya yang menghitam.

Jake menangis tersedu memeluk Sunghoon yang menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Jake.
Jake merasa sangat tidak berguna sekarang, ia tidak bisa melakukan apa-apa untuk mereka. Mengapa dunia begitu kejam pada dua bersaudara itu?

**

Jake terbaring di atas ranjangnya dengan Sunghoon yang memeluknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jake terbaring di atas ranjangnya dengan Sunghoon yang memeluknya.

"Jake?"

"Hm?"

"Kalau gua menghilang, lo bakal sedih?"

Jake merasakan matanya memanas mendengar suara lirih sosok yang kini sedang memeluknya.
"You're not going anywhere, Hoon."

"Gua bilang 'kalau'."
Sunghoon terkekeh mengelus punggung Jake menenangkannya.

"Gua dari dulu selalu merhatiin lo diam-diam, Jake. Gua engga kayak abang gua yang ga tau malu bisa ngajak lo kenalan."
Sunghoon mengangkat tangannya merapikan helaian rambut Jake yang menutupi mata besar itu.

"You're so gorgeous, Jake."

Jake yang mendengar pujian Sunghoon tersenyum tipis dengan wajahnya yang menghangat.

"You might think that I'm too over but, gua cuman ngasih tau apa yang gua lihat. Benar kata si hamster, lo tuh cantik, and I keep falling deeper for you, Jake."

Pertahanan Jake runtuh begitu saja, air matanya mengalir membasahi kedua pipinya.
"I'm sorry, Hoon.. I'm so sorry for everything that happens to you."

Sunghoon membawa tangannya menghapus air mata Jake yang terus mengalir sambil sesekali mencium sudut bibirnya menenangkan.
"Shhh, it's okay, babe. It's okay."

Mungkin Jake tanpa sadar sudah jatuh terlalu dalam pada sosok Park Sunghoon.

//TBC//

Tiple update cuy..
Ga panjang-panjang amat sih, heheh

Makasih yang sudah baca, maaf kalu ada typo atau kesalahan

Jangan lupa vote dan comment

See you next chapter~

The Ability || • EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang