Chapter 8

909 103 32
                                    

Sebelum baca, jangan lupa vote dan comment dulu, makasihh~

//

Heeseung menatap gedung putih yang di depannya. Sepulang sekolah, ia meninggalkan Jake untuk mengikuti pemuda mata rubah bernama Sunoo yang ternyata mengunjungi rumah sakit.

Melihat Sunoo sudah mulai jauh, ia segera berlari kecil menyusul.

Mereka berhenti di depan sebuah pintu kamar. Sunoo melihat kanan kiri, mengintip jendela kaca kecil pintu itu sebelum masuk. Hal itu terlihat mencurigakan di mata Heeseung.

Pintu dibuka dengan pelan seolah-olah tidak ingin mengganggu penghuni kamar itu.

"Heeseung hyung. Ini gua, Sunoo."

Heeseung membeku. Disana, tubuhnya terbaring dengan banyak selang serta kepala yang diperban.

"Heeseung hyung, akhirnya gua bisa ngeliat lo lebih dekat, nyonya Lee selalu ngelarang gua buat ngunjungin lo. Sorry gua ga bawain bunga dari toko bunga kesukaan lo, bunga kemarin di rusak nyonya Lee."
Sunoo dengan lembut menggenggam tangan Heeseung yang dingin.

"Tau ga, ternyata yang punya toko bunga itu kakak kelas aku yang baik banget, namanya Jake. Kalau hyung liat dia, hyung pasti suka. Dia manis banget."
Sunoo terkekeh kecil dengan mata berkaca-kaca.

Heeseung berjalan pelan mendekati ranjang untuk melihat tubuhnya lebih dekat.

"Hyung, gua minta maaf. Gara-gara gua lo jadi kayak gini. Andaikan waktu itu gua nerima ajakan lo buat mendaki, keknya lo ga bakal jadi begini. Cuman lo keluarga sedarah gua selain papi yang udah ga ada."
Sunoo mengangkat tangannya mengelus perban yang membalut kepala tubuh Heeseung pelan.
"Gua cuman takut nyonya Lee makin benci sama gua. Gua pengen dianggap jadi keluarga Lee walaupun gua cuman anak orang yang biasanya mami lo sebut jalang. Gua kangen sosok ibu, hyung."

"Kalau hyung tau apa yang udah gua lakuin buat dapat perhatian nyonya Lee, hyung pasti marah."
Sunoo terdiam sebentar sebelum menatap tubuh lemah kakak tirinya.

"Ga. Hyung ga perlu tau dan ga akan tau. Tugas gua udah mau selesai, tinggal sedikit lagi."
Sunoo tersenyum manis.

"Tinggal sedikit lagi, Jay bakal mati kayak Sunghoon."

**

Ni-ki membuka kedua matanya. Tubuhya terasa remuk. Otot-ototnya terasa sakit setiap ia berusaha menggerakkannya.
Ia sadar ia tidak berada di kamarnya, namun ia tidak asing pula dengan kamar ini. Ini kamar kakak kelasnya.

Ia berusaha turun dari tempat tidur king size itu sebelum sebuah suara menginterupsi.

"Lo masih sakit. Ga usah macam-macam."

Jungwon masuk dengan nampan berisi bubur dan air putih. Wajahnya lebih lembut dari biasanya.

"S-sunbae."

Jungwon berdecak.
"Ini bukan sekolah, panggil gua hyung."

Ni-ki mengangguk pelan.

Jungwon meletakkan nampan itu di atas meja kemudian menarik kursi mendekati ranjangnya untuk ia duduki.

Ia mengambil mangkuk bubur yang masih mengepul itu kemudian mengaduknya agar tidak terlalu panas.

Ni-ki hanya menunduk, tidak berani menatap orang lebih tua di sampingnya itu.

"Ah~ sudah kutiup, jadi harusnya engga panas."
Jungwon dengan tidak terduga, mengarahkan sendok berisi bubur kearah Ni-ki.

"Tidak apa Sun-, Hyung. Aku bisa makan sendiri."

Jungwon kembali berdecak.
"Cepat."

Ni-ki yang takut Jungwon akan marah atau berbuat kasar padanya segera membuka mulutnya menerima suapan dari pemuda bermata kucing itu. Tangan Jungwon dengan telaten membersihkan mulut Ni-ki yang terkadang berantakan karena suapan yang terlalu besar.

"Terima kasih, hyung."
Ni-ki berkata tulus sambil menatap yang lebih tua.

Jungwon yang membereskan peralatan makan itu menatap Ni-ki sebentar kemudian berdehem.
"Hm, cepat sembuh."

Hati Ni-ki menghangat mendengar perkataan kakak kelasnya itu. Ia merasakan wajahnya memanas.

Jungwon berpura-pura tidak menyadarinya dan tersenyum tipis sebelum menghilang di balik pintu kamarnya.

**

Jake terbangun merasakan dingin. Ia menemukan dirinya tertidur sendiri. Seketika ia merasa panik.

"Hoon? Sunghoon?"

Jake berjalan keluar balkon. Ia melihat Jay mengeluarkan mobilnya. Disana, ia melihat Sunghoon berdiri tidak jauh dari mobil itu.

Sunghoon menatap Jake sebentar sebelum tersenyum lebar. Jake membalas senyuman itu dengan senyum tipis.
"Jangan tersenyum seperti itu, bodoh."

Jake tidak mengejar Sunghoon, ia sudah memberitahunya bahwa ia kan melindungi Jay dan Jake tidak memiliki hak untuk melarangnya.

Hari itu, Jake kembali menangis menahan rasa sakit saat kehilangan untuk kedua kalinya.

Hari itu, Jake kembali menangis menahan rasa sakit saat kehilangan untuk kedua kalinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

//TBC//

Makasih udah baca, update kali ini pendek dulu ya wkwkwk

Maaf kalau ada kesalahan atau typo

Jangan lupa vote dan comment,
See you next chapter~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 16, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Ability || • EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang