Metronome

337 27 1
                                    

Pernahkah kalian jatuh cinta?
Hal yang wajar untuk kita menyukai dan mencintai seseorang
Tapi bagaimana jika orang itu hanya kita temui tanpa berkomunikasi?
Pertemuan kami sederhana, bahkan mungkin ia tak menyadarinya

Aku memanggilnya pria metronome
Kami bertemu tanpa saling mengucapkan sepatah kata
Aku menemuinya disisi lain metronome yang sedang melaju
Hanya 2 detik atau mungkin hanya 1 detik
Tepat pukul 5 sore dimana senja menyapa

Ia dengan tabung gambar dan aku dengan buku sketsa
Waktu yang sebentar untukku merasakan getaran dalam dada
Senyumnya menampilkan lesung pipi
Saat itu aku tau ia menyadari keberadaanku juga
Seperti metronome, kami berpapasan tapi bukan untuk menyatu

🌱

Renjun POV

"Maaf.... Maaf....."

"Permisi.... Beri jalan"

Aku terus menabrak orang yang berpapasan denganku, kereta hampir berangkat. Aku berusaha mengejar kereta itu, sialnya lagi sekarang jatah matkul studio. Aku memegang erat buku sketsa milikku, mungkin aku akan menangis sejadi-jadinya jika buku sketsa ini hilang.

Bunyi mesin kereta semakin terdengar keras, sirine mulai jelas terdengar. Aku langsung melompat ke gerbong yang bisa aku capai. Tepat saat aku masuk kedalam gerbong, saat itu juga pintu di tutup, aku selamat. Gerbong ini lumayan sepi, aku masih mendapatkan tempat duduk. Aku mulai melanjutkan sketsa milikku, tinggal finishing dan tugasku selesai.

Aku mulai mengarsir dan terakhir membubuhkan tandatangan disana. Kereta mulai ramai setelah sampai di stasiun berikutnya, aku memasukkan buku sketsa milikku dan berdiri. Aku mempersilahkan ibu-ibu didekatku untuk duduk, sedangkan aku berjalan mendekati pintu kereta. Pemandangan perkotaan yang tampak padat menjadi pemandangan yang biasa.

Aku tak mungkin menggambar dalam kondisi berdiri, hingga aku memusatkan perhatianku untuk melihat pemadangan diluar. Kereta ini selalu berpapasan deng kereta lain, menampilkan kepadatan yang sama disetiap gerbong. Seakan saling beradu menunjukkan gerbong mana yang paling padat.

Tak ada pemandangan yang menarik, semua seakan menjadi rutinitas yang mulai membosankan. Hingga aku menemukan sosok dirinya di gerbong lain saat kereta berpapasang, pria itu hanya diam tapi seakan ia menjadi magnet yang besar

Hanya dua detik aku melihatnya dan gerbongnya telah berganti dengan gerbong lainnya, mengapa aku baru melihat pria itu?

Aku hanya menggelengkan kepala dan mengabaikan pemikiranku tadi, pengumuman terdengar kembali menyebutkan stasiun tujuanku. Aku bersiap untuk turun.

Setiap orang memiliki rahasiannya sendiri, memiliki kepribadian yang ia simpan sendiri. Begitupun aku....

Orang mengenalku dengan sosok yang ceria dan ceweret, jangan berpikir jika aku orang munafik. Aku hanya berusaha mengeluarkan energi sebesar yang aku bisa, mencurahkan segalanya saat bersama mereka, tapi selepas itu aku kembali menjadi sosok pendiam

Aku menikmati kebersamaan dengan yang lain, tapi dilain sisi perlu energi yang besar untuk itu. Hingga pada akhirnya perjalanan pulang aku tak memiliki energi lagi, memasang earphone dengan lagu favoritku, memejamkan mata untuk tidur sejenak.

Kali ini entah mengapa aku merasa dorongan yang tak biasa, seakan aku mulai bosan dan mencoba melakukan kegiatan yang tak biasa aku lakukan. Aku kembali berdiri di dekat pintu kereta

Universe Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang