Sebuah permainan terkutuk berdarah yang terjadi lima tahun sekali. Para pemain nya kemungkinan tidak dapat selamat dan dijadikan tumbal dari permainan ini.
"Kita ada dimana? Ini bukan sekolah." Panik Hiyyih.
"Lah iya. Gue juga baru sadar." Balas Jeo...
Dukung author dengan vote dan comment nya. Terima kasih.
Happy reading (◠‿◕)
Happy new year, author publis satu chapter khusus tahun baru.
Terdengar suara dari speaker.
"Dimohon kepada semua peserta untuk kembali menemukan petunjuk yang berada di seluruh rumah ini."
"Gue bareng dengan Jihan." Ucap Hiyyih menarik Jihan.
"Gue sendiri." Asahi keluar sendirian.
"Gue seperti tadi, bareng dengan Sungchan, Winter dan Somi." Jungwon keluar diikuti ketiganya.
"Kita juga berempat aja seperti tadi." Ajak Jaehee dan disetujui Beomgyu, Guanlin, dan Soojin.
Tersisa Haruto, Jeongwoo, Jaehyuk, dan Jinwoo.
"Jinwoo lo bareng gue saja. Nanti kalau sama Jaehyuk bisa dibunuh loh." Kata Haruto menakut-nakuti.
"Ya udah. Gue ikut." Jinwoo meninggalkan Jaehyuk sendirian.
"Biarin ajalah. Toh gue sendirian juga nggak apa." Jaehyuk juga pergi.
Jeongwoo, Haruto, dan Jinwoo menuju perpustakaan lagi. Hiyyih dan Jihan mencari di di gudang lantai tiga.
Jungwon dkk masuk ke ruang musik dan bertemu Asahi yang sedang tidur.
Jaehyuk tidak melakukan apapun dan berjalan santai. Soojin dkk mencari di lantai satu tempat senjata.
"Lo nggak mencari petunjuk Sahi?" Tanya Jungwon yang melihat Asahi tidur.
"Nggak."
"Loh kenapa?"
"Gue nggak mau mati."
"Tapi lo bisa dicurigai loh Sahi. Nanti lo dikira pembunuhnya." Timpal Sungchan. "Nggak akan." Asahi menjawab masih dengan mata tertutup. "Yakin?"
"Iya. Jangan ganggu gue." Usir Asahi.
"Ya udah."
"Woi Chan, Won!" Teriak Winter.
"Kenapa Win?" Tanya Sungchan.
"Gue menemukan ini. Sepertinya petunjuk pembunuhnya." Winter memperlihatkan sebuah kertas putih.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Petunjuk macam apa ini? Gue nggak mengerti sama sekali." Bingung Sungchan.
"Gue lebih-lebih Chan." Balas Winter.
Kertas itu direbut oleh Asahi. Sesudah melihat itu, ia tersenyum penuh arti.
"Lo kenapa senyum? Sudah tau?" Tanya Jungwon. "Nggak. Susah." Asahi pergi dari ruang musik.
"Dasar anak aneh." Batin Jungwon.
"Gimana kalau petunjuk ini kita kasih ke yang lain? Mungkin saja ada yang tau gitu. Soojin, Jaehyuk, dan Jungwon kan pintar tuh." Pikir Somi.
"Hah? Gue?" Tanya Jungwon menunjuk ke dirinya.
"Iya lo Won. Lo kan ketua kelas di angkatan 2004 dan Jaehyuk ketua kelas di angkatan 2001. Pasti kalian bisa dong." Timpal Winter.
"Ya udah. Nanti gue coba."
Keempatnya pergi dari ruangan musik. Jaehyuk terlihat jalan sendirian, ia membawa sebuah balok yang didapatkannya entah darimana untuk berjaga-jaga.
"Duh Asahi dimana sih?! Gue kan takut sendirian gini. Mana lorong di sekitar lantai tiga bikin merinding lagi." Gerutu Jaehyuk.
"Beomgyu telah di eliminasi." Suara menggema dari speaker.
"Harap semuanya berkumpul di ruang meeting dan berdiskusi mengenai pembunuh nya."
Semua pemain mulai menuju ke ruang meja bundar.
"Beomgyu kenapa bisa mati?? Dia sama lo dan Soojin kan Lin?" Tanya Sungchan. "Iya. Kami berempat selalu bersama kok. Gue, Beomgyu, Soojin, dan Jaehee baik-baik saja sampai ada sebuah panah menusuk kepala Beomgyu dengan cepat. Karena kami di ruang senjata yang sempit dan gelap jadi nggak kelihatan siapa pelakunya." Jelas Guanlin.
"Kalian mendapatkan petunjuk nggak?" Tanya Hiyyih. "Gue dan Jihan belum dapat apapun."
"Ah kami dapat!" Seru Somi.
Somi kembali memperlihatkan kertas putih yang dia dan Winter, Sungchan, Jungwon dapat di ruang musik.
"Ini semacam pengait di kapal, kalau menurut gue sih ini ada hubungan nya dengan laut. Kapal itu di laut tempatnya. Mungkin pembunuhnya suka berenang gitu atau suka menjelajah di laut dan pantai." Pikir Soojin.
"Hm masuk akal juga. Ada pendapat lain nggak?" Tanya Somi.
"Pembunuhnya mungkin suka warna perak kali." Ucap Jihan asal. "Heh sembarangan banget kalau ngomong!" Hiyyih menampol kepala Jihan.
"Yah gue kan berpendapat doang Hiyyih." Jihan mempoutkan mulutnya.
"Oh iya Jaehyuk dimana? Dia nggak kelihatan daritadi." Ujar Haruto menyadari Jaehyuk tidak ada.
"Tunggu sebentar! Gue ada pemikiran lain!" Seru Sungchan.
"Kan gini, pengaitnya itu mirip dengan huruf T. Apa mungkin yang ada huruf T nya pelakunya?" Tebak Sungchan.
"T? Maksud lo Haruto dan Winter?" Tanya Jungwon memastikan. "Iya sih, tapi gue curiga sama Haruto daripada Winter. Winter kan bareng sama gue terus. Walaupun Haruto bareng dengan Jeongwoo, bisa jadi dia salah satu pelakunya karena suka menyudutkan orang lain." Pikir Sungchan.
Jaehyuk pun datang ke ruang meeting. Ia bingung kenapa yang lain menatapnya.
"Kalian semua kenapa?" Tanya Jaehyuk.
"Kami curiga pelaku pembunuhan Wonyoung dan Beomgyu itu berhuruf T. Haruto dan Winter memiliki huruf T di nama mereka." Jelas Guanlin.
"Tapi gue lebih ke Haruto sih." Guanlin melirik Haruto sekilas.
"Gue bukan pembunuhnya! Gue bersama Jeongwoo dan nggak pernah ninggalin dia sendirian." Alibi Haruto.
Semua atensi menatap Jeongwoo.
"Oh iya Woo, lo kok jadi diam? Lo percaya sama Haruto?" Tanya Guanlin.
"G-gue diam karena nggak tau harus bilang apa. Tapi menurut gue Haruto bukan pembunuhnya." Elak Jeongwoo berkeringat dingin.
Asahi diam-diam memperhatikan kelakuan Jeongwoo.
"Gue yakin itu Haruto. Lagian selain menyudutkan Jaehyuk terus-menerus, waktu Jeongwoo ke toilet dia ngapain di perpustakaan? Bisa jadi dia diam-diam pergi ke tempat Wonyoung dan bunuh Wonyoung kan? Perpustakaan dan tangga kan sangat dekat letaknya." Jelas Guanlin.
"Kalian sudah selesai debatnya? Gue malas nunggu nih." Hyunjin datang dan membagikan kertas voting.
Semua menulis orang yang dicurigai. Setelah selesai, Hyunjin membacakan hasilnya.
"Haruto mendapatkan 8 suara. Jaehyuk mendapat 5 suara. Dan Winter mendapat dua suara."
"Nah karena Haruto paling banyak dipilih, lo maju kesini." Titah Hyunjin.
Haruto maju dengan wajah datarnya.
"Gue harap kalian nggak menyesal yah karena sudah milih gue."
Setelah itu Hyunjin menembak kepala Haruto tanpa belas kasihan.
"Haruto di eliminasi, sayangnya dia bukan pembunuhnya. Hahahaha, silahkan kalian kembali ke ruang istirahat." Jake tertawa dari speaker.