9. The Festival

171 37 0
                                    

Haruchiyo mengenakan kaos putih berbalut jinbei pink. Pola Seigaiha yang indah tercetak di kain kimono dan celana pendeknya. Model jinbei yang longgar cocok untuk bersantai. Mata birunya menatapku tidak percaya. "Cantik... apa benar itu kamu?"

Aku mengenakan yukata 'Uniqlo' rancangan Yumeji Takehisa. Warna ungu yang dominan melambangkan mulia. Motif daun putih dan bunga soft pink menghiasi permukaan kain katun. Hanhaba Obi berwarna pink menambah kesan feminim.

 Hanhaba Obi berwarna pink menambah kesan feminim

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Merias wajahku dengan make-up natural. Rambut panjangku digulung ke belakang. Kinchaku di tangan kanan dan aku siap untuk pergi.

"Ini aku, Haru."

"A-ah..." Jawab Haruchiyo.

"Ayo, Haru." Aku merangkul lengan kanannya. "Nanti kita ketinggalan festivalnya."






Ribuan lentera merah menghiasi malam. Kios-kios festival terbuka di sepanjang jalan mendekati kuil Musashi. Jalanan terbaik Jepang ada di sini. Manisan lezat siap memanjakan lidah juga beragam permainan berhadiah.

"Mau mulai dari mana?" Dia bertanya.

"Hmmm... itu terlihat enak. "

"Karaage?" Usul Sanzu.

Aku menyaksikan potongan ayam kecil itu dibumbui kecap, bawang putih, jahe dan saus khusus. Kemudian dilapisi tepung, dimasukkan ke dalam minyak panas. Aku jadi tidak sabar memakannya.

"Ini, Cantik. Hati-hati masih panas." Sanzu memberiku karaage yang sudah dikemas.

"Makasih, Haru."

Dia membayar pesanan setelah mengambil karaage miliknya.

"Itadakimasu!"

Perpaduan asin, gurih, dan aroma jahenya luar biasa.

"Suka?"

"Suka, apalagi makannya bareng sama Haru." Aku menggodanya sedikit.

"Heh, sekarang sudah bisa gombal ya." Puji Sanzu.

"Ya... aku ketularan sih."

Sanzu terkekeh. "Boleh, asal jangan gombal ke lelaki lain. Nanti aku bisa cemburu."

"Baik... baik."

"Baguslah. Jadi mau kemana lagi?" Tanya Sanzu.

"Aku pengin yang dingin-dingin."

Haruchiyo menuntunku di tengah keramaian pengunjung. Dia berjalan di sisiku, menggenggam erat tanganku.

"Mau ke sana?" Sanzu menunjuk sebuah stand.

"Ayo."

Kakigori berwarna pink di tanganku sangat cantik. Es serut yang dilapisi sirup rasa buah dan krimer ini sayang untuk dihabiskan.

"Esnya mencair loh kelamaan dilihat sama orang cantik." Dia menggengam Kakigori warna merah di tangannya.

"Ih, Haru..." Aduh aku jadi tersipu.

Nyanyu!! Dear SanzuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang