"-[Name]!""Haru?"
Sosok itu menghilang. Tergantikan Haruchiyo yang menatapku khawatir. Dia memegang kedua sisi wajahku. "Kau baik-baik saja?"
Aku menggelengkan kepala. "Maaf, barusan aku seperti melihat seseorang."
"Siapa?" Dia bertanya penasaran.
"Aku..." Haruskah aku mengatakannya? Pertama kali aku melihatnya di dalam mimpi. Sekarang aku melihatnya lagi. Apa itu normal? Aku juga tidak bisa mendengar apa dikatakannya. "... entahlah aku tidak yakin."
Aku harus memastikan siapa dia.
Haruchiyo menempelkan telapak tangannya di keningku. "Kau tidak demam. Mau kuantar ke dokter? Mumpung kita masih di sini."
Aku tertawa pelan. Manisnya pacarku tersayang. "Sudah, Haru. Aku baik-baik saja."
"Hey, Cantik." Dia menatapku serius.
"Iya?"
"Kalau ada apa-apa bilang sama aku ya. Jangan dipendam sendiri. Janji?"
Haru... kenapa ya sejak ada kau aku jadi begini.
"Aku janji."
"Mana kelingkingnya?"
Dia menautkan kelingkingnya di jariku. Tanpa sadar aku tersenyum.
"Pintar." Haruchiyo mengacak rambutku pelan.
"Haru... hentikan."
Haruchiyo menghela napas mengalah. "Iya iya, jadi mau kemana tuan putri? Langsung pulang atau mau cari cheesecake?"
"Cheesecake sama cokelat panas."
"Hmmm I know a place. Kau pasti suka." Haruchiyo menyalakan motornya kembali.
Jalan-jalan berlalu cepat. Penasaran kemana dia akan membawaku pergi.
Aku duduk memeluknya dari belakang. Punggungnya yang lebar terasa hangat.
Mimpiku yang aneh tentang Ken dipenjara adalah sesuatu. Mungkin aku memikirkannya sebelum tidur jadi dia terbawa mimpiku.
Juga aku tersadar akan suatu hal. Haruchiyo tidak marah padaku.
Aku, pacarnya yang mengunjungi sahabat lelakiku tanpa memberi tahu dia terlebih dahulu. Siapapun pasti marah karena cemburu.
Aku harus membatasi hubunganku dengan Ken mulai sekarang. Ini tidak adil untuknya. Dia adalah kekasihku. Aku tidak bisa merusak kepercayaannya.
Tanpa sadar kueratkan pelukanku.
"Kenapa?" Dia bertanya.
"Kita mau kemana?" Aku bertanya balik.
"Ke Shibuya."
-
"-kau yang melakukan semua ini. Suamiku sendiri dari semua orang yang kukenal!"
"-melakukan semua ini karenamu!"
"Apa?!" Aku menatap suamiku tidak percaya.
Dia mendekatiku bagai alpha memangsa omega. Kedua kakiku bergerak mundur setiap dia melangkah maju.
Seluruh amarahku lenyap dalam sekejap. Instingku berteriak histeris, 'lari, selamatkan dirimu'. Sial, aku menggali liang kuburku sendiri.
Aku tersentak saat punggungku membentur kerasnya dinding.
Dia meletakkan tangannya di kedua sisiku, memerangkapku di dalam belas kasihnya. Aku tidak pernah merasa sekecil ini.
Ekspresi dingin di wajahnya yang rupawan. Begitu kontras dengan bara api di matanya.
Mengapa aku melihat ada kesepian, kerinduan, dan rasa sakit di mata birunya yang indah.
Kau yang seperti ini. Jika aku merasa takut, mengapa hatiku sakit untukmu?
"Kau ingat saat pertama kali kita berbicara?" Dia bertanya.
Aku mengangguk perlahan.
"Di unit kesehatan, kau membersihkan lukaku, membalut perban, memberiku plester luka, menyuruhku untuk berhati-hati. Sejak saat itu aku memperhatikanmu..." Tiba-tiba dia membelai pipiku. Aku terkejut akan sentuhannya yang lembut, tangannya hangat seperti musim semi.
Aku lemah.
Tubuhku mengkhianatiku, menikmati setiap perhatian yang dia berikan.
"Kau bernyanyi, jika tidak ada tugas di jam pelajaran kosong. Kau tersenyum saat tetes pertama hujan mengenai wajahmu-"
Aku mengingatnya. Lelaki yang menutupi kepalaku dengan payung. Hujan di sore hari, murid-murid berlarian bergegas pulang. Aku lupa membawa payungku sendiri. Seakan Tuhan langsung mengabulkan permohonanku. Dia datang di sisiku.
"-kau tulus. Aku selalu bertanya-tanya, siapa lelaki yang memiliki hatimu?" Dia menyelipkan rambut poniku ke belakang telingaku.
Hatiku menjawab satu nama dan itu bukan suamiku. Aku terdiam membiarkan dia melanjutkan.
"Tidak. Lebih tepatnya siapa lelaki yang pantas untukmu? Kau tidak mudah didekati. Hanya Draken yang bisa. Aku membencinya."
Itu aneh. Mereka berada dalam geng yang sama, Tokyo Manji. Sejauh yang aku tahu, "Dia tidak pernah memiliki masalah pribadi denganmu-" Seharusnya aku menutup mulutku.
"Aku tidak peduli padanya. Ini tentang kamu, bukan dia." Nadanya kesal mutlak. "Suatu hari kamu berlari melewatiku, menangis. Tidak butuh waktu lama mendengar gosip Draken menolak perasaanmu."
Tidak. Aku tidak mau mengingat kejadian itu lagi.
"Yang membuatku kesal, setiap kali dia putus dengan Emma. Dia selalu kembali padamu!"
Ingatan-ingatan di masa lalu memenuhi pikiranku. Perkataannya benar. Ken hanya ada untukku ketika dia putus cinta.
Aku selalu menerimanya dengan tangan terbuka. Memendam perasaanku menderita.
Apa yang sudah kulakukan?
Aku melawan suamiku sendiri demi dia.
Dia yang mengukir mantan kekasihnya di hatinya.
Aku tidak pernah memiliki kesempatan bersamanya sejak awal.
Suamiku berbisik rendah di telingaku. "Mau tahu rahasia lain? Kisaki berbaik hati membunuh Emma, karena dia membenci Draken. Jadi aku bekerja sama dengannya. Dia ingin berkuasa di sisi Mikey. Aku menginginkanmu."
"You're impossible." Aku menatapnya tidak percaya.
Haruchiyo Sanzu tertawa. Dia mengepalkan tangannya meninju dinding di sisi wajahku. "Aku gila untukmu. Seharusnya kau tahu itu."
-
Hati ini bukan milikku lagi.
Aku menciumnya keras. Menggigit bibirnya yang menggoda. Darahnya di lidahku adalah ambrosia.
Seribu tahun pun akan ku nantikan kamu
Sudah berapa lama aku menahannya? Aku tidak ingat lagi.
Sayangku, jangan kau persoalkan siapa di hatiku
Kau sangat cantik. Aku mengecup air mata di sudut matanya. "Lihat aku, mulai sekarang hanya lihat aku. Aku akan membuatmu melupakan dia."
Terukir di bintang tak mungkin hilang cintaku padamu
Sangat cantik, sangat cantik melihatmu meneriakkan namaku. Aku akan mengingatnya seumur hidup.
Sekarang kau sudah mengetahui kebenarannya. Kuletakkan apel emas ditanganmu wahai dewiku yang cantik.
Tolak aku.
Terima aku.
Aku akan tetap berada di sisimu. Aku bisa membuatmu bahagia. Mungkin, suatu hari nanti kau bisa mencintaiku juga.
- Haruchiyo Sanzu
------------------------------------------
KAMU SEDANG MEMBACA
Nyanyu!! Dear Sanzu
Teen FictionIni cerita uwu Fem!Reader x Haruchiyo Sanzu jaman SMA Warning : Bahasa Baku, Kasar, Inggris Kelas X-V : Muto, Sanzu X-IV : Smiley, Angry X-III : Pah, Ryohei X-II : Mitsu, Hakai X-I : Baji, Kazutora, Chifuyu XI-II : Draken (16 th) XI-I : Mi...