*2

12 5 0
                                    

Untuk kedua kalinya, Gesta berhentiin laju scoopynya di depan sebuah rumah yang tadi dia kunjungi. Di bagian jok bagian belakangnya ada kardus lumayan besar berisi seperangkat PCnya, di ruang kosong depannya berisi beberapa printilan kecil yang mungkin dia butuhin selama jauh dari rumah.

"BULAN BAWA BINTANG MENARI!!"

"IRINGI LANGKAHKUUU!!"

"SHEKK-ASHEK JOSS!"

Suara ramai genjrengan gitar dari teras menyambut Gesta. Kayaknya, para bujangan yang bakalan jadi kost matenya sudah pulang dan itu artinya, Gesta harus mulai kenalan sama calon korban tipuannya yang lain.

"MALAM HADIR BAWA DIRIKUU!!"

"BERJUMPA DENGANMU!!"

"SERRR!! AAAA!!"

"DUA HATI SATU TUJUANN!! MELANGKAH BERSAMAAA!!"

"EEEEE!! AAA!!!"

"CINTA BAwㅡada tamu tuhㅡ"

Gesta menstandarkan motornya agak kesusahan. Tas ransel yang tersampir di bagian dadanya cukup mengganggu pergerakannya. Seakan sadar kalau ada motor yang sengaja berhenti di depan kosan, genjrengan gitar tiba-tiba berhenti dimainin, samar juga denger suara pertanyaan dan saling suruh buat lihat keadaan di depan.

Sosok cowok lumayan tinggi bersarung kotak-kotak sembari mengapit rokok di sela jemarinya nongol dari dalam pagar. Setelah buang asap nikotinnya, cowok itu menelisik Gesta pakai tatapan tanya.

"Nyari siapa?"

"Gue Gesta, Bang. Yang mau ngekos disini. Tadi siang udah ketemu Bang Chandra sama Bang Ayen. Barusan juga udah gue chat orangnya."

"SAHA, SEN??!"

"Oh, Gesta!! Chandra lagi nyari makan." Cowok itu membuka selot pagar, lalu noleh ke arah para cowok lainnya yang masih penasaran, "Yang kata Chandra tadi!!" Teriaknya memberi info.

Cowok itu menunggu Gesta bawa motornya masuk. Disana Gesta bisa lihat ada 2 cowok lainnya yang tadi kedengeran ramai. Yang satu bawa gitar di pangkuan, yang satu sibuk hisapin rokok di bibirnya.

"Perlu bantuan."

"Enggak usah, Bangㅡ"

"Oke."

Gesta mingkem mendadak, enggak nyangka beneran cuma sebasa-basi itu. Tapi sewaktu Gesta mau ngebongkar tali pengikat kardusnya, cowok tinggi itu meringis sambil gigit ujung rokoknya pakai ekspresi tengil.

"Turunin dulu itu kardus di depan."

Ternyata jadi bantuin.

"PIN!! SARIMI GUE MANA, SETAN?!"

Suara meledak dari dalem bikin Gesta kaget. Cowok yang punya badan sekel berotot lengan sambil koloran abu-abu itu melotot kaget lihat Gesta di depan pintu.

"Mentang-mentang gue doyan mie, terus kalau sarimi lo ilang jadi gue yang makan gitu?!!!" Tanya cowok bergitar disana enggak kalah ngegas. "Cocotnya sembarangan!"

"Terus siapa?!" Tanya cowok berbada preman itu kelihatan kesel, "Udah gue bilang jangan ngembat yang sarimi."

"Ayen kali. Semalem dia kan sambat kelaperan." Kata cowok tinggi itu, "Timbang mie aja ribut."

"Sarimi bakso udah langka, Nying." Cowok berbaju pamer ketek itu noleh ke Gesta masih sama ekspresi galaknya, "Siape nih?"

"Gue Gesta, Bang. Mau ngekos disini." Balas Gesta keder.

"Oh, yang dibilang Chandra tadi?"

Cowok di sebelah Gesta anggukin kepala, "Gue Sendy."

Sendy nunjuk cowok galak, yang bawa gitar sama yang sibuk notolin abu rokoknya ke asbak itu bergantian.

Bujang KosanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang