2

10.4K 1.2K 124
                                    

Satu atensi membuat orang-orang disana menatap penuh kebingungan.

Atensi yang menjadi objek hanya acuh tak acuh. Menyantap burger dengan lahap, menikmatinya demi memberi kepuasan bagi isi perutnya yang hampa.

"Itu adik lu?" bisik Reza pada Alven disebelahnya.

Alven menggosok telinganya karena bergidik, lalu dia membalik bisik kepada Reza. "Iyalah dia adik gue, mana mungkin anak orang"

Memasang wajah malas menatap temannya itu. Mengangkat tangan kanannya, dan menampar kuat kepala belakangnya.
"Bukan yang itu maksud gue."

"Kok dia jadi beda." Reza berpikir sembari menatap wajah Ervan dengan seksama.

"Auranya itu."

"Maksud lo? Adik gue roh jahat gitu?" teriak kesal Alven.

Alven itu tipikal kakak yang sangat menyayangi adiknya.

Malvin beralih duduk di belakang keduanya, kedua tangannya menarik kuat telinga keduanya sehingga menimbulkan pekikan.

"Berisik."

Alven meringis. "Sakit, bodoh! Lepasin."

Reza memukul dan menarik kembali kuat telinga Malvin.
"Lepas! Gue copot kaki lu!"

Malvin mengelus bekas pukul serta telinganya yang merah akibat perbuatan Reza. "Ngeri."

Dari sebrang kiri tepat di sebelah Ervan makan, pemuda itu terkekeh.

"Lo ga ada takut-takutnya sama Reza."

"Ngapain?" Malvin kembali ke tempat duduknya, antara Alven dan Galang.

Melirik Reza yang menatapnya sengit, kemudian menatap Galang. "Lagian dia bocah sok keras."

Malvin terkekeh melihat wajah Reza memerah.

Pemuda bernama Reza itu memang anaknya pemarah, mudah sekali terpancing apalagi jika bersama ketiga temannya.

Suara tabrakan antara kaca mengambil atensi termasuk gadis yang sejak dari tadi diam. 

Ervan mengelap sesuatu yang tersisa di bibirnya dengan lengan piyama lengan pendeknya. "Berisik."
Berdiri kemudian meninggalkan ruang tamu.

Reza mengamati wajah Ervan, tangannya dengan pelan menggaruk belakang lehernya, begitu pelan.

Reza terjengit. Begitu merasakan pundaknya terasa panas. Pundaknya dipukul Alven.

Reza menoleh ke samping dan melihat Alven yang menatapnya sinis. Dia kembali mengangkat tangannya untuk berancang-ancang memukulnya lagi.

"Kenapa lu natap Adek gue segitunya?"

"Dih, cuman natap doang padahal." jawab Reza, mencoba bicara dengan tenang, tau bahwa Alven begitu sensitif mengenai Ervan.

Abang yang posesif.

"Kak Alven."

Mata Alven tertuju pada gadis itu.

MAGENTA - BXB ( RE UPLOAD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang