Psithurism

70 11 9
                                    

Dersik angin yang menggesek ranting pohon maple serta alunan riak dari sungai kecil, menciptakan gelombang birama yang selaras dengan aroma patera musim gugur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dersik angin yang menggesek ranting pohon maple serta alunan riak dari sungai kecil, menciptakan gelombang birama yang selaras dengan aroma patera musim gugur. Menghantarkan daksa tinggi tegap sang adam untuk melangkahkan kaki jenjangnya, menapaki jalan setapak di pinggiran kota Seoul. Mengeratkan syal yang melingkar di leher, lantas memasukkan tangan ke dalam saku coat yang dikenakannya.

Seperti biasa, Namjoon menikmati kesendirian yang membuat dirinya terambau sepenuhnya pada keindahan langit yang begitu cerah pada sore ini. Ia memutuskan untuk berhenti sejenak di sebuah kursi taman, menikmati aroma dedaunan kering musim gugur, dan tangan kekarnya perlahan membuka lembar demi lembar halaman buku yang selalu ia bawa. Ya, inilah hal sederhana yang biasa dilakukan oleh seorang Kim Namjoon. Menikmati kesendirian dengan sebuah buku di tangan.

"Aigo! Mengapa ini tidak bisa bergerak?"

Atensi Namjoon sepenuhnya tertuju pada seorang wanita paruh baya yang berada tak jauh darinya, tengah berusaha mendorong kursi sebuah roda. Dengan gerak cepat Namjoon langsung menghampiri wanita tersebut dan langsung membantunya.

"Terima kasih. Kau pemuda yang sangat baik, aku harap kita bisa bertemu lagi."

Namjoon mengulas senyum hingga membuat ceruk di pipinya terlihat, lantas membungkukkan tubuhnya. Setelahnya Namjoon kembali menuju kursi yang sempat ia duduki tadi. Namun kali ini atensinya tak lagi tertuju pada buku di atas pangkuannya, pikirannya melayang kala mengingat seorang gadis yang tadi duduk terdiam dengan tatapan kosongnya di atas kursi roda.

Keesokan harinya setelah selama kurang lebih satu jam Namjoon memilih buku bacaan di sebuah toko buku, akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke rumah. Namjoon kembali dikejutkan kala ada seseorang yang menubruk torsonya hingga membuat buku yang baru saja dibelinya terjerembab di atas lantai, bersamaan dengan itu Namjoon langsung membungkukkan tubuhnya pada orang itu.

"Maafkan aku."

Suara itu suara yang terdengar cukup familier baginya, membuat Namjoon kembali menegakkan tubuh dan begitu terkejut saat ia kembali melihat wanita paruh baya yang tempo hari pernah bertemu dengannya.

"Boleh aku tau siapa namamu?"

"Aku, Kim Namjoon."

"Ah! Baiklah, Namjoonie. Aku Sooji. Akhirnya aku bisa bertemu denganmu lagi. Hmm... Namjoonie, apa kau seorang psikiater?" tanya Sooji pada Namjoon karena ia sempat melihat buku yang dibawa oleh Namjoon tadi.

"Ah ini, tidak Bi. Aku hanya tertarik mempelajari beberapa hal yang berhubungan dengan psikis seseorang."

"Benarkah? Jika seperti itu apa kau bisa membantuku?"

"Benarkah? Jika seperti itu apa kau bisa membantuku?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BELAMOUR 3.0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang