Jung Seoran!
Will You Marry Me?
Bilah penuh yang terbingkai indah di wajah rupawan itu mengutarakan silabel sarat pengharapan yang dibalut denyar kesungguhan dalam kedua obsidian pekatnya.
Sebuah reminisensi indah bagaimana senandika itu mengalun lembut dari bilah sang pria, cerapannya masih saja mengundang sudut birai si wanita mengurva manis.
Kim Seokjin adalah sosok pria sempurna yang melebihi ekspektasi standarnya mengenai pendamping hidup idaman. Pribadi penuh afeksi menyenangkan bak kembang api melesat dan terpecah pada luasan pekat. Indah dan selalu membuat semua orang menatapnya penuh pukau.
Efek seruan itu begitu manis, menggelitik dengan berjuta kupu-kupu mengepak di perut Seoran. Wanita itu mengangguk dengan derai tawa membubung disertai pelupuk mengembun kala sang pria mulai menyematkan cincin berpermata putih di jari manisnya. Hari itu sangatlah indah.
Enam tahun lalu, janji suci itu telah terucap dan mereka menyesap manisnya hidup berumah tangga tanpa kendala, hingga gemuruh petus itu hadir pada terang benderangnya romansa indah yang sukses memantik remai pada sekujur tubuh, mendedah setitik borok yang terlupakan. Lebih tepatnya, borok yang Seoran lupakan.
"Baca!" perintah yang menyapa rungu Seoran begitu tajam, menarik paksa buaian reminisensi itu menjejak masa kini.
Entitas wanita di depannya menyorot galak seolah melontarkan berbagai tuduhan penuh intimidasi padanya.
Well, itulah yang setiap kali ia rasakan jika dirinya duduk bersama dengan Nyonya Kim Sunwoo--mertuanya sendiri. Wanita dengan sanggul cepol yang menjadi ciri khasnya itu memang tidak mempunyai vibe keramahan dan rasa nyaman jika menyangkut Seoran.
Tak ingin membuat sang mertua bertambah murka, tangannya segera membuka amplop yang dilempar itu. Membaca dengan saksama sebuah realitas yang kembali menarik paksa kognisinya hingga ke pemahaman terdasar.
Seoran menatap sang wanita dengan friksi baru di hati, sementara Kim Sunwoo menatapnya penuh kemenangan dan cemooh.
"Kuharap kau cukup tahu diri."
Sejak dulu Sunwoo memang menentang pernikahan Seokjin dengan Seoran, dan hari ini dia berharap wanita di hadapannya itu akan sadar di mana tempat dia semestinya berada.
Luasan bumantara kini berhias mambang kuning di ufuk Barat. Setelah melakukan pertemuan penuh intimidasi itu, daksa ringkihnya berjalan tegak berusaha terlihat kuat meski hantaman kenyataan melampangnya begitu dahsyat.
Tangan lentiknya mengayunkan bilah papan di depan dan mau tidak mau sudut birai Seoran kembali mengurva manis kala entitas Seokjin tertangkap visusnya tengah sibuk di dapur.
"Aku pulang!" seru Seoran ceria.
"Jagi, selamat datang!" ucap Seokjin tak kalah ceria. Pria itu merentangkan kedua tangan menyambut sang wanita untuk membenamkan tubuh di dekapan senyaman rumah miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BELAMOUR 3.0
Short StoryBila daksamu terlampau tenat, atma diselimuti masygul muluk-muluk, singgahlah pada tempat yang menurutmu paling aman. Sejemang berpaling dari semesta yang enggan mengasihani sukma penuh duka. Didampingi cerita sederhana dari coretan-coretan cilik pe...