02 : Demi Bapak

8.2K 35 3
                                    

.
.

Sudah satu Minggu terakhir ini bapak sakit sehingga tidak pergi ke sawah.

Aku ikut membantu ibu mengurus bapak yang sakit. Badannya panas dan ia batuk tiada henti.

"Bu, kita bawa saja ke dokter" ucap aku khawatir karena bapak tidak kunjung sembuh.

"Uang dari mana Sha, ibu baru saja bayar listrik dan kontrakan, tidak ada uang lagi"

"Pakai uang Aisha dulu"

"Jangan nduk. Ga usah itu kan uang hasil kerja kerasmu. Baiklah nanti ibu akan pinjam uang sama Ibu Halimah dulu ya" ucap Ibu. Aku mengangguk.

.

Siang itu aku kembali mengajar di TPA seperti biasa dan seperti biasa pula Ustadz Makmur menahanku setelah para santri pulang.

"Kamu kenapa Sha kok wajahmu muram terus seperti itu?" tanya ustadz.

Aku menunduk dan menjawab pelan "Bapak saya sakit ustadz"

"Oalah... Sudah dibawa ke dokter?"

"Belum. Tidak ada uang"

Ustadz manggut-manggut dan memberi isyarat aku mendekat padanya. "Mau saya kasih uang 300ribu?"

Mataku membulat mendengar tawarannya. 300ribu itu kan banyak. Cukup membawa bapak ke dokter.

"Mau ustadz! Mau! Aisha akan lebih rajin mengajar dan beres-beres!" aku beranjak hendak mengambil sapu. Namun ustadz Makmur menahan tanganku.

"Ah tidak perlu menyapu"

"Lalu?" tanyaku bingung.

"Kamu cukup diam saja ya"

Ustadz Makmur menarik tanganku kembali menuju kamar mandi di belakang mushola.

"Diam ya. Nanti saya beri uang buat bapak kamu berobat" ucap Ustadz Makmur.

.
.

//skip

.
.

Ustadz memberiku uang sesuai janjinya kemudian aku pamit pulang setelah mencium tangannya seperti biasa.

.

"Assalamu'alaikum bu, Aisha pulang"

"Waalaikumsalam" ibu membuka pintu rumah dan tampak menyeka matanya.

"Ibu kenapa? Ibu nangis?" tanyaku terkejut.

"Ibu tak dapat pinjaman uang nak" saut ibu. "Padahal bapak makin parah"

"Oh iya tidak apa-apa ini Aisha bawa uang bu" ucapku sambil menunjukkan uang yang diberikan ustadz.

"Kamu dapat uang darimana nduk?" tanya ibu takjub.

"Dikasih ustadz bu"

"Oh ya? Alhamdulillah" ibu berucap syukur dengan mata berkaca-kaca.

"Beliau memang sangat baik dan lemah lembut nak. Aisha harus nurut sama ustadz ya"

Aku terdiam mendengar nasihat ibu. Namun kemudian mengangguk dan berkata pelan..

"Inggih bu"

Dengan uang itu kami pun membawa bapak ke dokter dan alhamdulillah tiga hari kemudian bapak sudah sembuh dan kembali bisa beraktivitas seperti biasa.

.

TBC

✔️ Aisha : Gadis Berkerudung MerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang