warning! 2000 kata lebih.happy reading!
Pagi hari yang cerah, burung-burung saling berkicau seperti sedang bernyanyi, cahaya matahari yang indah perlahan masuk melalui celah-celah jendela kamar, membangunkan seseorang yang masih bergelung di bawah selimut hangatnya.
TOK TOK TOK
"Sayang, Jaimin, kamu sudah bangun nak? Kata kamu, hari ini ada kelas pagi"
Seseorang yang di panggil 'Jaimin' itu segera meregangkan otot-otot tubuhnya kala sang bunda mengetuk pintu, ia duduk sebentar di atas ranjang sekedar untuk mengumpulkan nyawanya.
Di luar kamar, Clarence masih mencoba membangunkan putra tunggalnya dengan mengetuk pintu sesekali.
Jaimin menyibak selimutnya, kemudian ia beranjak dari tempat tidur dan berjalan gontai menuju pintu kamar, hanya sekedar untuk menunjukkan jika dirinya sudah bangun.
CEKLEK
Jaimin melongokan kepalanya dengan keadaan rambut berantakan dan wajah bantal khas bangun tidur.
"Pagi, bunda" sapa Jaimin dengan suara bass nya atau malah lebih terdengar seperti suara serak khas bangun tidur.
"Pagi juga, nak. Sudah bangun rupanya, sana cepat mandi lalu turun ke bawah sarapan"
Yang disuruh hanya tersenyum dan mengangguk pelan, kemudian ia menutup pintu setelah sang bunda pergi dan turun ke bawah menyiapkan sarapan untuk keluarganya.
Setelah menutup pintu, ia mengambil handuknya dan berjalan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri agar terlihat lebih segar.
Sekitar lima belas menit Jaimin berada di kamar mandi, kini ia sudah siap dengan pakaiannya, ia memakai celana panjang jeans hitam yang dipasangkan dengan kaos putih polos dan tak lupa jaket denim berwarna hitam kesayangannya.
Ia menatap dirinya yang berada di depan cermin. "Seperti biasa, perfect, wait? ada yang kurang"
Pria itu segera mengambil jam tangan yang berada di laci meja dan memakainya, dirasa sudah semua, dia mengambil tas dan kunci motornya.
"Pagi, ayah" Jaimin menyapa Steaven, sang ayah yang sedang dipakaikan dasi oleh bundanya. Itu sudah menjadi hal yang wajib dilakukan setiap ayahnya akan pergi ke kantor.
Setelah selesai dipasangkan dasi nya, Steaven mendudukkan dirinya di kursi yang sudah menjadi hak nya.
"Pagi juga, nak, kamu ngga menyapa bunda mu juga?"
"Tadi saat baru bangun tidur, aku sudah menyapa bunda" balas Jaimin dengan tangan yang mengambil nasi dan lauknya.
Steaven hanya mengangguk mengerti, disaat Jaimin sibuk dengan sarapan paginya sebuah suara membuat dirinya menghentikan menyendok makanan dan beralih menatap sang empunya suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencegah atau Mengikhlaskan (On Revisi)
Novela Juvenil❝setidaknya, aku sudah pernah berjuang untuk tetap bersamamu.❞ sebelum baca bolehlah di follow dulu, kalau suka jangan lupa vote nyaa. banyak bahasa yang campur aduk mohon untuk dimaklumi dan dimaafkan, ini juga sedikit dikit sedang di revisi. sta...