Selamat membaca, michu!
KlingSuara lonceng yang berada di pintu cafe berbunyi menandakan seseorang telah masuk maupun keluar dari tempat tersebut.
Kini kedua gadis yang sedari tadi terburu-buru, sudah sampai di tempat tujuannya. Bahkan, mereka sudah duduk bersama para rekan presentasi yang diberi tahu oleh Nesya.
"Bagaimana jika kita, ah, maksud ku kalian berempat berkenalan lebih dulu. Setelah itu kita baru mulai diskusinya" ucap Nesya yang diangguki mereka berempat yang berada di meja itu.
"Baiklah, Ellena, perkenalkan dia adalah Aska, Keenan, dan yang terakhir Radeya" gadis berkacamata itu memperkenalkan satu persatu teman-temannya.
"Hai" sapa salah satu dari mereka, Ellena tersenyum menanggapi.
"Aku Ellena, senang berkenalan dengan kalian"
"Maaf menyela, aku ingin menanyakan sesuatu, apa kau tidak pernah melihat ku? Maksudku kita kan sering satu kelas, masa iya kau tidak mengenaliku" Radeya bertanya, dia heran kenapa reaksi gadis di depannya ini seperti tidak pernah melihatnya.
"Ah, benarkah? Sebelumnya maaf karena tidak mengenalmu, dan aku juga jarang sekali memperhatikan orang-orang di sekitarku"
"Eheii, apa kau selalu memperhatikan Ellena?" Nesya menaik turunkan alis nya, sengaja ingin menggoda Radeya.
"Bukan begitu, hanya saja reaksinya saat berkenalan tadi seperti orang yang baru bertemu pertama kali saja" Radeya diam sejenak.
"Padahal aku sering melihatnya bahkan pernah berpapasan lebih dari satu kali. Mungkin seperti yang dikatakannya tadi, dia jarang memperhatikan sekitarnya" lanjutnya.
Ellena memilin jari-jarinya yang bertaut, dia merasa tidak enak karena terlihat seperti orang yang anti sosial, padahal yang sebenarnya tidak seperti itu.
Tanpa sepengetahuan Ellena, salah satu pria yang ada di sana menatap wajahnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
Setelah percakapan yang lama dan selesai dengan memesan beberapa makanan dan minuman, kelimanya memulai membahas tentang tujuan mereka berkumpul di cafe.
"Begini saja, bagaimana jika aku dan Nesya saja yang mencetak makalah nya. Lalu, Radeya dan Aska yang mencari materi pentingnya, kemudian Keenan yang mengetik?" Usul Ellena dengan mengetuk-ngetukan bolpoin ke meja, menunggu balasan.
"Ide yang bagus, kalian setuju kan?" Nesya tersenyum ke arah ketiga temannya.
"Boleh saja" balas Keenan
"Apa kau dan si mata empat itu, hanya mencetak makalah saja? Tidak adil sekali" tanya Aska. Nesya hanya diam saat Aska menyebutnya mata empat, selalu saja seperti itu.
Ah, Ellena melupakan satu orang yang berada di depannya ini, dari tampangnya dia terlihat seperti orang dingin. Dari tadi dia hanya diam dan memperhatikan, sesekali dia juga akan bersuara jika menurutnya itu diperlukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencegah atau Mengikhlaskan (On Revisi)
Novela Juvenil❝setidaknya, aku sudah pernah berjuang untuk tetap bersamamu.❞ sebelum baca bolehlah di follow dulu, kalau suka jangan lupa vote nyaa. banyak bahasa yang campur aduk mohon untuk dimaklumi dan dimaafkan, ini juga sedikit dikit sedang di revisi. sta...