-' ── quatre ᭡࿔

1.1K 146 4
                                    

ꪶ┊I'm with You  ݇-

▬▭▬▭▬▭▬▭▬

Liburan sudah lama tidak dilakukan oleh dua pasang pengantin baru itu. Masing-masing dari mereka hanya sibuk dengan pekerjaannya. Meskipun demikian, komunikasi tetap berjalan dengan lancar dan baik. Jarang sekali bahkan hampir tidak pernah mereka bertengkar karena hal sepele. Tentu saja, hal itu patut disyukuri.

"Bagaimana jika kita makan siang dahulu?"

Usulan (Y/n) itu pun diangguki oleh Shinichiro. Mereka sedang berada di sebuah taman bermain yang dipenuhi oleh berbagai macam wahana. Karena sudah cukup lelah menaiki berbagai macam wahana, (Y/n) pun memutuskan untuk mengajak Shinichiro untuk makan siang. Dan keputusannya itu pun disetujui olehnya.

Mereka memasuki sebuah restoran yang memang disediakan di sana. (Y/n) yang hendak duduk langsung dicegah oleh Shinichiro. Pria itu menarik kursi untuknya terlebih dahulu. Barulah kemudian ia duduk di hadapan (Y/n). Perlakuan kecil seperti ini pun sudah cukup membuat wanita itu merasa bahagia.

"Apa yang kau ingin makan?" tanya Shinichiro seraya menatap ke arah buku menu di tangannya.

(Y/n) melirik sekilas nama-nama menu yang terpampang di hadapannya. Sesekali ia diam sejenak. Tampak tengah memikirkan sesuatu. Namun, kemudian ia pun menengadahkan kepalanya. Menatap ke arah Shinichiro yang menunggu jawaban dari dirinya.

"Samakan saja dengan pesananmu. Aku bingung harus memilih apa," jawab (Y/n) akhirnya.

Menuruti perkataan istrinya, Shinichiro pun memesankan makanan yang sama dengan miliknya. Ia tahu (Y/n) bukan tipe pemilih. Wanita itu tidak pernah protes mengenai suatu hal. Namun, karena itu juga Shinichiro merasa khawatir. Khawatir jika (Y/n) tidak bisa membuat sebuah pilihan dan akan bimbang karenanya.

Lamunan Shinichiro yang panjang itu pun buyar ketika seorang pelayan mengantakan pesanan mereka. Seusai mengucapkan terima kasih, (Y/n) dan Shinichiro pun mulai menikmati makanan mereka masing-masing dengan menu yang sama.

"Setelah makan, kita akan pergi ke mana?" tanya Shinichiro di sela-sela makan mereka.

(Y/n) terdiam sejenak. "Aku boleh memilihnya?" tanyanya pelan.

"Tentu saja. Apapun untukmu, (Y/n)," balas Shinichiro tanpa ragu.

"Bagaimana dengan bianglala?"

***

Dikarenakan Shinichiro setuju atas perkataan (Y/n), mereka pun tiba di depan wahana bianglala. Mengantre pun telah usai. Hingga tiba giliran mereka untuk naik.

Secara perlahan, bianglala tersebut mulai bergerak naik. (Y/n) menatap ke pemandangan di luar jendela. Wanita itu tampak kagum atas apa yang ia lihat di sana.

"Cantik."

Bukan (Y/n) yang berkata demikian. Melainkan Shinichiro-lah pelakunya. Pria itu mengatakannya bukan sambil menatap ke arah pemandangan di luar sana. Tetapi, seraya menatap (Y/n).

"Maksudmu, pemandangannya?"

Tentu saja (Y/n) tidak berpikir jika Shinichiro mengatakan pujian singkat itu untuk dirinya. Maka dari itu, ia pun menanyakannya.

"Kaulah yang cantik, (Y/n)."

Wanita itu tersipu malu. Seharusnya pujian seperti itu sudah biasa ia terima. Namun, dirinya tak dapat pungkiri jika darahnya berdesir kala Shinichiro yang berkata demikian.

Namun, perasaan malu itu segera tergantikan oleh kebingungan. Pasalnya, bianglala yang sebelumnya bergerak naik kini berhenti tiba-tiba. Ditambah, (Y/n) dan Shinichiro berhenti tepat di titik puncak sang bianglala. Menimbulkan rasa panik seketika.

"Jangan takut, (Y/n). Aku ada bersamamu."

(Y/n) pun menoleh ke sebelahnya. Di mana Shinichiro duduk. Ia menggenggam tangan wanita itu dengan erat. Seolah-olah ingin menguatkan dirinya dengan cara itu.

Dengan keberadaan Shinichiro di sebelahnya dan perlakuan yang pria itu berikan kepadanya, membuat (Y/n) merasa jauh lebih tenang daripada sebelumnya.

Di saat yang bersamaan, sang jingga perlahan menghapus jumantara yang bernuansa biru. Bertepatan dengan kembalinya sang mentari ke peraduan. Memilih bulan sebagai pengganti tugasnya kala gelapnya malam perlahan menyerbu.

"Indah, bukan?"

Swastamita yang tak berbicara menelusup ke dalam pandangan mereka. Menyeruak di sana dan membuat mereka tak menggubris keadaan di sekitar.

"Um, sangat indah."

Bagaikan serendipity di tengah musim gugur, hari ini pun telah berlalu. Ditutup dengan pulangnya sang mentari ke peristirahatannya. Bersamaan dengan sang rembulan yang mulai merangkak naik ke angkasa.

***

END ━━ # . 'Anata ✧ Sano ShinichiroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang