Bintang bersinar terang. Membuat matanya terus menatap tiada kata bosan. Meski sebenarnya, kata bosan sering kali terselip di dalam kamusnya.
Matanya nampak letih akan kehidupan yang selama ini ia jalani di negara asing. Negara yang tak satupun orang bisa dekat nya di kala perjalanannya menghapus luka dan kenangan yang sebenarnya tidak ingin ia kenang.
"Hei, Di! Are you okay?"
Billy. Dia salah satu orang yang hampir bisa dekat dengannya. Dengan Dokter Aldi. Ya, Dokter Aldi? Apa kalian rindu sosok Dokter yang satu ini? Jujur, aku tidaklah rindu dengannya. Karena dialah sebenarnya yang membuat semua keregangan. Meskipun itu, bukan inginnya.
Tak ada jawaban dari Dokter Aldi. Itu membuat Billy menepuk bahunya. "Hei, Di! Bengong aja lo!"
"Eh, Hei. Kenapa?" Dokter Aldi sedikit gelagapan. Ia mengusap wajahnya dan menutup laptop yang sedari tadi ia buka.
Billy menghela napas, sambil geleng-geleng ia membantu Dokter Aldi membereskan berkas yang masih berserakan dan belum di masukan ke dalam kopernya.
"Dua tahun lo di Jerman. Dan selama itu pula gue mengenal lo. Apa ... Nggak ada yang bisa gue tahu lagi tentang lo dan sosok yang selalu lo sebut dalam solat lo itu?"
Ke-kepoan Billy terdengar amat membingungkan bagi Dokter Aldi. Pasalnya bukanlah hal yang mudah untuknya menceritakan sosok yang ada di dalam hatinya. Hatinya sendiri saja masih bingung siapakah yang sebenarnya menetap di dalam hatinya itu?
Hati itu bukan mainan Dokter Aldi. Kalian setuju kan? Selama dua tahun di Jerman ia merasa tida mendapatkan apa-apa kecuali sebuah pertanyaan tentang "siapa pemilik hatinya yang sebenernya?" menurutnya memang siapa?
Gadis yang selalu ada bersamanya saat ia duduk di bangku SMA hingga ia jadi psikiater muda, atau gadis yang terkena mental disorder yang ia rawat, namun pada akhirnya meninggalkannya untuk selamanya? Siapa? Mengapa selama dua tahun di negara asing, itu yang jadi pertanyaan Dokter Aldi?
Jadi selama ini, bukan pengasingan dan bukan pula penyembuhan? Tetapi hanya sekedar mencari jawaban tersebut. Banyak perasaan yang ia korbankan tiga tahun silam. Dan pada akhirnya, semua itu masih dalam pertanyaan? Apa Dokter Aldi egois?
Ya, Dokter Aldi hanya menunduk melihat kopernya yang sudah siap. Dan mendapati Billy tengah menatap menunggu jawaban dari apa yang ia tanyakan.
"Udah puas lo ngelamun?" sebal Billy, ia menghela napas dan bangkit berdiri, mengambil koper milik Dokter Aldi, "sadar friend! Umur lo sudah dua puluh tujuh tahun. Bukan waktunya untuk ini. Waktunya untuk cari seseorang yang mau nemenin lo sehidup semati!" tegas Billy.
"Hah! Sejak kapan lo bijak, Bil?" ledek Dokter Aldi.
"Sejak gue jadi embrio!"
"Udah! Dua jam lagi jadwal penerbangan lo!"
"Udah menemukan titik terang dalam perjalanan lo menghapus luka?" tanya Billy memastikan.
Dokter Aldi hanya tersenyum. Bukan Bil, bukan perjalanan menghapus luka yang sudah di tempuh Dokter Aldi. Tetapi, perjalanan menemukan jawaban dari pertanyaan yang seharusnya ia tanyakan tiga tahun silam pada dirinya sendiri.
"Lo hati-hati di Indonesia. Secepatnya gue akan nyusul. Tenang aja," ucap Billy saat ia selesai membantu Dokter Aldi memasukan koper ke dalam bagasi mobil.
"Nggak nyusul juga gapapa," celetuk Dokter Aldi.
"Jah?! Sialan lo!"
"Jadi, sudah sembuh belum?" tanya Billy lagi. Pertanyaan yang tidak kunjung ada jawabannya.
"Tidak akan sembuh, Bil. Hanya ada pertanyaan sepulang gue dari Jerman."
Billy mengernyitkan, kedua alisnya terangkat, berusaha berpikir sekaligus bingung apa maksudnya. "Pertanyaan apa?" tanyanya.
Dokter Aldi hanya tersenyum kecil. Billy memang tidak dapat menerjemahkannya. Biar itu jadi rahasia bagi Dokter Aldi. Billy hanya bisa menemaninya sampai dalam perjalanan yang memang sebenernya tidak akan bisa dilalui oleh Dokter Aldi.
"Pertanyaan tentang 'siapa yang sebenarnya gue cintai tiga tahun silam?'. Ya, gue memang aneh, Bil."
"Aneh. Saya aneh, Na. Saya sangat aneh, Lin."
"Perjalanan menghapus luka, malah menjadi sebuah pertanyaan yang seharusnya saya pikirkan tiga tahun lalu."
"Saya akan kembali, untuk menemukan jawaban dari pertanyaan yang muncul saat saya di Jerman."
"Maaf..."
🌱🌱🌱
#CelotehanKuuuuAnnyeonghaseoo... Halo! Selamat malam, xixixi.. Gimana kabar kalian? Sehat selalu yaaa!! Inget, jaga teruss ya protokol kesehatan... Aku kembali lagi nih. Membawa squel "ptsd-besause Love"!!!
Untuk saat ini, aku publish prolog lebih duluu yaaaa... Tanggal 18 Desember aku publish kepingan 1! Hehehe!!! Jangan lupa terus support cerita ini yaaaa!!
Babayyyy....
KAMU SEDANG MEMBACA
PTSD-Because Love 2
SonstigesPintu ruangan khusus itu terbuka. Memperlihatkan seorang wanita. Tubuh Dokter Aldi mendadak kaku. Matanya memerah ingin menangis. "Nah, Dokter Aldi, Dia lah wanita yang saya ceritakan selama setahun terakhir Anda di Jerman." Keputusan dua insan y...