Jakarta, 23 Januari 2023 ...
Seorang Pria yang tiga tahun lalu memutuskan untuk menetap di Negera Jerman. Negara sendiri tidak bisa membantu memulihkan pikiran dan keadaan yang ada pada saat itu. Ia baru saja kembali ke Indonesia, tepatnya di Jakarta. Seutas senyuman terlukis di wajahnya saat bertemu dengan Sang Bunda.
Mereka memang berangkat bersama ke Jerman. Tapi SarahㅡBunda Dokter Aldi Prahardi itu memutuskan kembali ke Indonesia setahun sebelum akhirnya Dokter Aldi percaya bahwa ia akan memulai kehidupan barunya di Jakarta.
Sarah memeluk Dokter Aldi. Sangat erat. Karena jauh dari anaknya selama satu tahun, tentu itu hal yang menyakitkan.
Dokter Aldi tersenyum merekah, Sarah melepaskan pelukannya dan menatap lekat wajah anak semata wayangnya itu. Yang sampai sekarang, belum juga memiliki pasangan hidup. Tapi lain dengan Dokter Aldi yang tidak pernah mempermasalahkan hal itu.
"Kamu baik, Di?" tanya Sarah.
Tak ada jawaban. Dokter Aldi hanya termenung dengan keinginan Sarah setahun yang lalu mengenai pernikahan.
Bagi Dokter Aldi, pernikahan adalah hal yang sakral. Pun juga hal yang masih di rasa cukup takut untuk membahas, apalagi memikirkan untuk menikah dalam waktu dekat. Jika bisa di bilang, mungkin Dokter Aldi trauma atas kejadian tiga tahun lalu, dimana gagalnya pernikahan dirinya dengan seorang wanita yang kemudian menjadi asing.
Mengingat itu, membuat Dokter Aldi termenung sebentar. Tidak terasa ia sudah melewati tiga tahun itu dengan perasaan yang masih sama. Dan juga dengan pertanyaan yang sama. Tentangㅡsiapa sebenarnya yang ia cintai?
"Kamu baik, Di?" tanya Sarah, mengulangi pertanyaannya kembali.
Sarah Menyadari anaknya itu diam saja, Sarah tahu bahwa anaknya tidaklah baik selama tiga tahun terakhir.
"Ah? Baik, Bunda. Aldi baik sekali. Bunda gimana? Udah nggak sakit lagi?"
"Salah, Di. Harusnya Bunda yang bertanya pada kamu. Apa kamu sudah pulih?" batin Sarah. Hampir saja senyumannya hilang, tapi Sarah segera menepisnya dan menghilangkan pemikiran yang seharusnya ia yakin bahwa anaknya sudah baik-baik saja.
Dengan senyuman, Dokter Aldi menggandeng tangan sang Bunda sambil membawa koper di tangan kirinya.
"Ayolah, Bunda. Jangan terlalu serius," kata Dokter Aldi sambil terkekeh pelan. Ia menarik tangan Sarah dan mereka mengobrol santai sambil berjalan.
"Bunda, Aldi ingin seblak. Gimana kalau kita makan seblak sebelum Aldi ke rumah?" ajak Dokter Aldi.
"Hm. Boleh .... "
Sarah tahu, itu hanyalah alasan Dokter Aldi. Untuk melihat sebuah makam yang letaknya tak jauh dari tukang seblak favorit Dokter Aldi.
"Ibu harap, ini bukan keputusan yang salah dengan mengizinkan kamu kembali ke Indonesia."
KAMU SEDANG MEMBACA
PTSD-Because Love 2
SonstigesPintu ruangan khusus itu terbuka. Memperlihatkan seorang wanita. Tubuh Dokter Aldi mendadak kaku. Matanya memerah ingin menangis. "Nah, Dokter Aldi, Dia lah wanita yang saya ceritakan selama setahun terakhir Anda di Jerman." Keputusan dua insan y...