02 ; Masalah kantin

1K 276 55
                                    

collaboration with SannieRene

ARƏA

Tadi, Jennie diem natap papan tulis yang masih kosong. Dalam hatinya berucap berulang kali semoga cuma satu gedung, bukan sekelas.

Karena.. kebebasan pasal ganti baju dan touch up mereka bakalan terenggut. Alias, mereka gak bisa ganti baju selama mungkin, tanpa ada yang rusuh ngedobrak-dobrak pintu dan intip-intip.

Dan, ucapkan selamat tinggal pada permintaan Jennie.

Nyatanya, guru masuk dan ngasih sedikit pemberitahuan.

"Mulai hari ini, kelas digabung."

Sial. Sial. Sial.

Sekarang dia lagi nyumpel telinganya pakai earphone. Sumpah, kelasnya jadi berisik banget.

"Itu cewek yang tadi pagi marah-marah gak sih?" tanya Joell.

Julio noleh terus ngeliatin Jennie lama terus ngangguk. "Iya. Sensian banget gila,"

"Lo bikin dia jatoh. Wajar kalo dia marah," ini kata Yogi.

"Gue udah minta maaf kan." sahut Julio.

Sementara Yogi sama Julio debat soal siapa yang patut disalahkan. Hugo ngeliatin Jennie diem, entah apa yang dia perhatiin.

+++

"Hari ini makan apa ya?" gumam Willona.

Willona yang udah ngebayangin ketoptrak, bakso, nasi goreng, siomay, batagor di Kantin mendadak ngiler. Jorok emang.

"IH! Gak tidur aja bikin lautan!" pekik Fitria, Willona langsung ngelap iler nya itu pake seragam.

"Sorry. Laper banget gak sih?"

Fitria ngangguk, "Laper sih laper. Tapi gak ngiler juga anjrit."

Willona ngerolling eyes, dia nyolek bahu Jennie yang kebetulan duduk didepannya.

Jennie nengok 90 derajat, enggan muter badannya buat ngobrol sama Willona.

"Makan apa nanti?" tanya Willona.

"Gatau. Beli onigiri kali di Indomaret, gue ogah makan di Kantin. Gue jamin, Kantin bakalan kayak tempat kondangan." sahut Jennie pelan.

"Kok gitu? Gue tau lo kebanyakan duit Jen, tapi.. tabunglah buat berangkat Umroh."

"Gue Kristen, goblok."

"Iya tau. Kan gue ngelawak dikit." sahut Willona.

"Jadi?" Fitria ikut nimbrung.

"Liat kondisi. Kalo bener tebakan gue kayak tempat kondangan, pindah gue."

+++

Dan.. kayaknya Jennie keturunan dukun. Kondisi Kantin ngelebihin tempat kondangan. Sekarang.. Kantin kayak Warteg yang pake penglaris.

Rame banget.

Jennie senyum tipis. "100 buat tebakan gue. Pind—ANJING!" pekik Jennie spontan pas tangannya ditarik tiba-tiba sama Willona.

Willona nyuruh Jennie duduk, yang sebenernya meja itu gak kosong. Ada isinya 15 orang dempet-dempetan. Read, cowok yang tadi ribut sedikit sama Jennie.

"Ikutan boleh? Penuh nih Kantinnya, kita bertiga mungil kok," kata Fitria.

Sebut aja Haris, cowok itu naikin sebelah alisnya. "Yang tadi gacor kan pagi-pagi?"

"Correct! Dimaafin ya? Emang sensian kalo pagi," ini kata Willona.

"Gue izinin, tapi gue mau denger permintaa-maafan dia." ini Hugo.

Jennie ngehela nafasnya, "Maaf."

Speechless.

Mereka kaget denger kata maaf keluar dari mulut cewek.

"O–oke.. duduk aja." ini Joell. Padahal dia gak punya masalah sih sama Jennie, tapi sadar temen-temennya mendadak jadi batu, jadi dia wakilkan.

"Gue yang pesen. Mau apa Jen?" tanya Fitria.

"Bakso,"

Haris ngulurin tangannya sopan, "Haris. Gue liat lo di kelas tadi, kita sekelas sekarang."

Jennie naikin sebelah alisnya, dia nerima uluran tangan Haris. "Jennie."

Gak lama, Willona sama Fitria balik ke meja. Bawa 3 mangkok bakso pake nampan, Willona yang bawa, sementara Fitria bawa nampan isi es teh manis.

Hugo ketawa ngeremehin sambil geleng-geleng. "Oh, ceritanya pentolan? Makan dipesenin, minum dipesenin."

Emang Hugo gak nyebut nama Jennie, tapi kalo manusia kayak Jennie yang peka nya itu ngelebihin manusia normal, dia paham kalo Hugo ini nyindir dia.

"Gue acungi jempol dua karena lo nyinyirin orang didepan orangnya langsung. Tapi nyali lo masih dibawah rata-rata karena gak nyebut merk. Lo.. kalo ada masalah pribadi sama gue, selesaiin sekarang." kata Jennie sambil ngadukin baksonya pake sambel terus natap Hugo seperkian sekon pake mata tajemnya.

"Kalo lo gak suka gue ikut makan disini, gue pergi." kata Jennie berdiri dari bangkunya, dia angkat juga mangkok baksonya.

Tapi sebelum itu, Arthur nahan tangan dia. "Go, minta maaf."

"Gue gak salah?!"

"Minta maaf gue bilang." kata Arthur, ulang.

Hugo ngehela nafasnya, "Maaf." terus.. dia ngulurin tangannya, tepatnya jari kelingkingnya.

"Ngapain?"

"Dari dulu gue kalo minta maaf gini." sahut Hugo.

Jennie ngacuhin Hugo, dia naro lagi mangkoknya. Hugo langsung masang muka kayak.. tuh kan.

"Kayak anak kecil. Suara doang berat, kelakuan kayak bocil."

ARƏA

—tbc..

an ;

buat yang sadar kayak dipart awal kayaknya rena sekelas sama jennie?

iya, tapi mulai chapter ini, rena pisah kelas alias dipindahin ke kelas baru karena setengah dari isi kelas diganti siswa.

paham gak?

AREATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang