Bab 6

26 2 0
                                    

Darma keluar dari kamar mandi penginapan dengan wajah segar. Di  depannya Lasmi menata dan menyiapkan makanan yang dipesan.

"Makan, Mas."

"Kenpa kamu masih mau melayani, Mas?"

"Mas Darma suami Lasmi, sudah semestinya Lasmi melayani Mas lahir batin."

Lelaki yang baru saja merqpikan pakaiannya itu duduk di kursi depan Lasmi. Dia tidak bisa menolak saat Lasmi meminta haknya sebagai istri. Apalagi wanita ayu itu bilang jika dia sudah merindukannya sejao lama. Dua puluh tahun dia menunggu untuk bertemu dan ingin menjadi istri sebagaimana mestinya. Dia ingin memberikan pelayanan terbaiknya karena selama ini Darma sudah membuat dia dan keempat anaknya hidup bahagia.

"Bukankah Mas membuatmu sakit dan menderita?"

"Tidak, Lasmi bahagia ... apalagi sejak ada Kinanti. Bahkan Lasmi berharap bisa mempunyai anak laki-laki dari Mas Darma," ucap Lasmi malu-malu. Wajahnya merona di depan suaminya, wajahnya semakin ayu karena rambut sebahunya masih basah dan bau harum sampo. Darma mwndekat dan mencium tangan istei keduanya.

"Kita sudah tua, masak oya masihvpengen punya anak kecil. Lagipula apa kamu tidak takut aku ceraikan setelah Tini tahu semuanya?"

Lasmi menatap suaminya, tangannya masih menggenggam erat tangan sang suami.

"Lasmi masih haid setiap bulannya ..m bahkan sekarang sedang masa subur."

"Pantesan kamu sangat berbeda. Kalau hamil bagaimana?"

Lasmi kembali menatap suaminya bahkan gantian dia yang mencium takjub tangan suaminya. Dia mengatakan siap hamil.

"Kamu baik sekali ... Mas jadi semakin bingung dan berat melepasmu. Padahal Mas ke sini tadi mau bicara baik-baik untuk melepasmu."

"Mas maaf jika Lasmi dan Kinanti salah. Sebenarnya Lasmi nggak mau menyusul tapi mau bagaimana lagi Kinanti mau menikah. Dia butuh Mas ... Lasmi juga masih butuh Mas Darma. Nggak harus didatengi Mas ... walaupun Lasmi ingin dan itu doa Lasmi yang tidak mungkin terkabul
Tapi jangan ceraikan Lasmi, ya? Lasmi mencintai Mas ... dan akan rela melakukan apapun asalkan jangan dicerai."

Darma mengusap kepalanya, dia semakin bingung. Dia sadar apa yang telah dilakukannya membuat situasi semakin sulit jika Tini mengetahuinya. Dia telah mendatangi dan memberi nafkah batin pada istri keduanya. Tapi kalau dia menolak ajakan Lasmi, dia merasa tidak adil. Apalagi dua puluh tahun dia meninggalkan tapi wanita itu tetap setia padanya. Memang ada komunikasi sesekali lewat telpon untuk menanyakan kabar.

"Kenapa kamu mencintai Mas begotu besar, Las? Mas sudah punya anak dan istri, nggak ganteng nggak kaya ...."

"Cinta itu nggak perlu pakai alasan, Mas. Lasmi mencintai Mas dan itu audah cukup ... walau sebenarnya Lasmi juga berharap dicintai," sahut Lasmi dengan suara lirih.

"Kamu hanya kagum sama Mas karena membantu kamu dan anak-anak, kan?"

Lasmi memilih berjalan dan duduk di kursi, Darma mengikuti duduk di sampingnya.

"Lasmi mencintai Mas Darma," ucapnya malu.

"Biarkan kondisinya sama sepwrti kemaren. Lasmi dan Kinanti akan pulang dan menetap di kampung. Mas Darma tetap di sini. Asalkan Kinanti sudah dinikahkan."

"Kondisinya nggak akan sama, Las."

Darma semakin bingung, sejenak suasana hening. Lasmi memberikan teh hangat untuk mencairkan suasana. Darma menerima dan minum dengan hati yang susah dijelaskan. Setelah suasana agak mencair Lasmi melayani suaminya makan.

"Lasmi ... kamu membuat Mas susah. Bagaimana bisa melepasmu wanita cantik, manis dan melayani dengan baik. Kamu istri sempurna yang tidak pernah menuntut apapun. Kamu malah memberikan pelayanan terbaik saat Mas memberikan kepedihan . Kamu ...."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 31, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Istri-Istri BapakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang