06. Morphine

16.1K 1.4K 33
                                    

06. Who is he?


Malam yang cerah ditemani bintang bertaburan, jangan lupakan sang bulan yang senantiasa meneranginya. Stephanie, gadis itu sekarang sudah berada di dekat kawasan perbukitan. Jalanan panjang sudah dipenuhi oleh para remaja seusianya.

Ayolah, jika bukan Valerie yang menyeretnya jelas Stephanie lebih memilih untuk tidur. Baginya, jika ada waktu untuk apa tidak digunakan dengan istirahat.

"Katanya yang balapan kali ini istimewa," ucap Valerie berlebihan.

"Istimewa apanya? Ini cuma balap liar," Stephanie mendengus. Ah Stephanie tidak suka dengan cewek itu, Valerie bahkan sudah mengikutinya sejak pulang sekolah hanya untuk menonton balapan yang menurutnya keren.

"Lo bakalan tau kalau dia udah dateng," ucap Valerie sok misterius.

"Terserah,"

Selesai mengucapkan itu, Stephanie mendengar sekitarnya yang nampak sangat ramai. Remaja gadis memekik senang. Sepertinya sang pemeran utama sudah datang.

Mobil sport Chevrolet Camaro ZL1 berhenti tepat dibelakang garis, disusul oleh satu mobil sport berwarna putih. Stephanie tidak bisa melihat siapa yang bermain sekarang, karena memang dari dua buah mobil itu tidak ada yang turun, belum lagi keadaan yang gelap membuatnya semakin tidak mengetahui.

Teriakan di sepanjang jalan menggema, menyatu dengan angin yang membawanya saat ke dua mobil itu sama-sama menginjak dalam pedal gas mereka. Saling berlomba untuk menjadi pemenang, beberapa kali mereka terlihat saling salip-menyalip. Tapi dari yang Stephanie lihat, mobil berwarna merah itu lah yang mendominasi.

Benar dugaan nya, mobil itu yang menjadi pemenang, lalu tak lama mobil disusul oleh mobil satunya. Pemilik mobil putih itu keluar, terlihat pemuda dengan undercut with highlights brown hair nya, "Bang Bri," gumam Stephanie tercengang.

Bryan Vacteron. Pemuda dengan tinggi 186 cm itu adalah sepupunya. Bryan merentangkan tangan, seolah menyuruhnya untuk datang dan memeluk pemuda itu, dan tentu saja itu langsung disambut oleh Stephanie. Saling menghantarkan rasa hangat, Stephanie benar-benar dibuat nyaman dengan Bryan. Keadaan yang ramai dengan banyak pasang mata ke arahnya tidak membuat Stephanie risih, gadis itu justru senang, sebab mendapatkan tatapan iri dari remaja gadis sepertinya.

"Abang kok gak kabarin aku kalau udah pulang?" tanya Stephanie yang masih tidak mau melepaskan pelukannya.

Bryan tersenyum, seraya mengelus lembut rambut milik Stephanie. "Maaf yah, sebenarnya Abang mau ke apart kamu besok, tapi malah ketemu disini."

Stephanie melepaskan pelukannya, bibirnya mengerucutkan bibirnya sebal. "Ini semua gara-gara Vale, dia yang maksa aku ikut ke sini,"

Valerie memutar bola matanya, gadis ini jika bersama Bryan maka sifat manjanya akan keluar. Bahkan sifatnya mengalahkan anak kecil berumur lima tahun. Maklum Stephanie sangat mendambakan sosok seorang Kakak.

"Iya gara-gara gue,"

Tangan Bryan yang bertengger manis di pinggang Stephanie langsung terlepas saat tangan lain mengambil alih tubuh Stephanie agar jauh dari Bryan. Diego.

"Yo, bro!" sapa Bryan yang dianggap angin lalu. Diego hanya menatap Stephanie intens, tangan nya bergerak menghalau rambut milik Stephanie yang tertiup angin.

"Oh iya, ini, hadiah lo!" Bryan menyodorkan kunci mobilnya, tapi kunci itu dibiarkan melayang tanpa ada niatan untuk mengambilnya. Diego justru menatap Bryan tajam, sangat berbeda saat ia menatap Stephanie.

MORPHINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang