12. Morphine

13.1K 1K 35
                                    

12. No tittle 2

Kabar tentang Stephanie yang menjalin hubungan dengan Diego sudah menyebar luas. Bukan hanya di sekolah yang menjadi trending topic tapi juga di media sosial. Entah siapa yang menyebarnya, padahal baik Stephanie maupun Diego belum ada yang —setidaknya memposting foto mereka.

Valerie bahkan sudah mencak-mencak karena tidak diberitahu. "Sial, Steph, kenapa gue sampe ketinggalan berita lagi?"

"Apa?" tanya Stephanie pura-pura tidak mengerti.

"Gak usah ngomong sama gue!" ketus Valerie yang dibalas dengusan oleh Stephanie.

"Ih, Steph!" rengek Valerie menggoyangkan tangan kanan Stephanie.

Stephanie memutar bola mata malas. "Iya, apa? Liburan? Minta Diego sana,"

"Ih, gak mau, mana berani gue, Steph." ujar Valerie sembari bergidik membayangkan wajah datar milik Diego yang sialnya tampan itu.

"Ayo dong, Maldives deh," lanjutnya.

"Ini nih, definisi dikasih hati minta jantung."

Sedangkan Valerie hanya terkekeh kecil.

❛ ━━・❪morphine ❫・━━ ❜

Stephanie dan Valerie berjalan menuju lapangan indoor, sekarang adalah jam mereka melakukan pengambilan nilai olahraga mengingat sebentar lagi mereka akan melaksanakan penilaian akhir semester.

Tangan Stephanie dengan aktif mencepol rambutnya dengan jedai, menyisakan beberapa anak rambut. Setiap siswa maupun siswi yang melihatnya pasti terpesona. Apalagi saat mendengarnya berpacaran dengan Diego, seolah aura dalam dirinya semakin mempesona.

Kelas mereka melalukan pemanasan terlebih dahulu, setelah selesai mereka disuruh untuk menunggu namanya di panggil. Untungnya baik nama Stephanie maupun Valerie berada diurutan belakang, membuat mereka bisa bersantai.

"Untung ajak pake lapangan indoor, kalo ngga udah gue protes," gerutu Valerie. Jam olahraga mereka itu adalah jam-jam nya matahari diatas kepala.

Stephanie hanya mengangguk-anggukan kepalanya. Meskipun begitu matanya membidik teman sekelasnya yang sedang pengambilan nilai dengan memasukan minimal tujuh kali lemparan bola basket ke ring dengan sepuluh kali percobaan, dan jika kurang mereka harus mengulang kembali dalam tiga belas kali percobaan dan dengan poin diulang dari awal menjadi nol kembali.

Stephanie menyukai olahraga tapi jelas bukan yang membuatnya terlalu lelah, gadis itu lebih menyukai olahraga seperti Yoga, Senam, atau Kardio. Makanya saat namanya dipanggil Stephanie sangat fokus untuk memasukan bola oranye itu.

Matanya memicing, mengambil ancang-ancang tinggal satu lagi dengan dua kali percobaan. Gagal. Bola itu meleset beberapa sentimeter dari ring. Percobaan terakhir, jika gagal mau tidak mau gadis itu harus mengulang.

Tangan Stephanie terangkat, sebelum tangannya melempar bola, sepasang tangan lain terulur menangkup tangannya. Stephanie menolehkan kepalanya, saat itulah Ia melihat sosok pemuda yang menjadi pacarnya. Diego—pemuda itu sama sekali tidak menoleh kearahnya, Ia justru dengan fokus menatap ring didepannya. Membenarkan posisi tangan Stephanie, lalu menuntun nya dan wush masuk dengan sempurna.

Senyum Stephanie melebar, tangannya bertepuk beberapa kali sambil meloncat-loncat kecil mengekspresikan rasa bahagianya. Tanpa sadar tangannya melingkar dileher Diego, memeluk pemuda itu. "Masuk, Di!"

MORPHINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang