━ Mendadak

49 12 0
                                    

Hawa sekitar [Name] ternyata semakin dingin saja. Sebetulnya dia memang membawa syal ataupun sarung tangan, walau biasa pasti akan sering terlupakan jika tak dipakai. Ya, itupun karena telah diingatkan oleh seseorang.

Mau tak mau diri memakainya atau tidak, akan membeku setelah berjalan beberapa jam di luar. Sudah semenjak beberapa hari setelah hari itu, aktivitas biasa pun tetap terlaksana. Keduanya mencari cara bagaimana bisa mendapatkan waktu luang.

"Ya~ho, [Name]-chan~" sapa seseorang yang ternyata sudah tiba.

Menoleh ke arah sumber suara. Dilihatnya seorang lelaki surai blonde, seraya tangan melambai-lambai ke arah dirinya. Mengumbar senyum simpul, hingga lelaki tersebut mendekati sang gadis.

"Kao-san, selamat datang."

"Hum, maaf membuatmu menunggu, [Name]-chan." Memberikan raut wajah yang sedikit berbeda, entah mengapa [Name] dibuat tertawa kecil.

Ia menggelengkan kepalanya, berpikir bahwa tiada hal yang perlu dikhawatirkan untuk ini. "Aku baru saja tiba, jadi tak perlu khawatir begitu, Kao-san."

Menghela napas perlahan meski ada sesuatu yang dia rasa telah disembunyikan. Menjauhkan pemikiran tersebut, pada akhirnya seseorang itu-Hakaze Kaoru-mengajaknya ke suatu tempat.

Tangan bergandengan secara tidak sadar. Tapi sepertinya, mereka berdua menyukainya. Bahkan tak menyadari bahwa rona merah mulai menghiasi. "Eh sebentar, Kao-san. Sebetulnya kita akan pergi ke mana?"

Tidak menjawab dengan tepat, hanya berkata, "Ada suatu tempat di mana kita bisa bermain sepuasnya." [Name] mengernyit, tak terduga bahwa Kaoru menemukan tempat itu. Tapi bila diri berpikir, di mana tempat itu mungkinkah ....?

Namun, dibuangnya pemikiran liar tersebut. Sedikit meringis kecil. "Maaf Kao-san, tolong lepaskan tanganmu. Tanganku sedikit sakit," ujar [Name] secara tiba-tiba.

Segera diri melepaskan genggaman tersebut. Kaoru mulai menatap khawatir sosok gadis itu. Tentang keadaan tangannya yang terlihat sedikit memerah di sana. "Gomen, [Name]-chan. Aku tidak menyadarinya," sahut Kaoru panik.

Tangannya mulai melakukan usapan ringan pada pergelangan tangan milik [Name]. Sementara [Name] yang melihatnya, merasa tidak enak pula. "Tidak, tidak. Ini bukan salah Kao-san, lagipula hal ini terjadi secara tidak sengaja, 'kan?" tanya [Name] memberi kepastian terhadap hal tadi.

Kaoru tetap saja merasa cemas, setelah mendengarkan perkataan tersebut. Bagaimana pun diri mulai menyalahkan hal ini. Berakhirlah ditunda acara sambungan permainan yang ingin dimainkan sebelumnya.

Empuk, lembut, juga dingin mulai menguyur sekitar. Di mana salju adalah yang paling ditunggu, oleh setiap orang untuk melakukan sesuatu permainan. Tentu saja di sekitar mereka telah mendapati banyak salju, bahkan untuk membedakan jalanan maupun tepi jalan, sedikit membingungkan.

Pada akhirnya mereka berjalan berdampingan, menuju tempat yang dituju. Ternyata bukan hanya beberapa orang, lumayan ramai terlihat di sana. Bahkan sebuah pertemuan tak terduga dari seorang teman Kaoru, Morisawa Chiaki.

"Oh, Hakaze!"

Tidak terpikirkan bagaimana mungkin sosok lelaki yang baru saja tiba itu, mengenali penampilan Kaoru dari belakang. Ya, dia datang dari belakang sosok Kaoru.

"Ah, Moricchi. Tidak disangka, bisa bertemu."

"Haha! Aku pun tak sangka, oh? Apakah ia yang sering kau bicarakan, Hakaze?" tutur sosok tersebut menebaknya.

Memiringkan kepala, kebingungan dengan apa yang terjadi saat ini. Melupakan rasa sakitnya, yang perlahan mulai menghilang. "Ya? Kao-san berbicara apa tentang diriku?" Meski entah itu benar dirinya atau bukan, datang keberanian darimana berkata seperti itu.

"Ahaha, kinishinai de. Benar, kok Moricchi. Omong-omong, kenalkan dia adalah Morisawa Chiaki," balas Kaoru lagi.

Menanggapi perkataan Kaoru baru saja, Chiaki, mulai memperkenalkan namanya lagi. "Haha, salam kenal [Name]! Ah, aku sudah mengetahui namamu dari Hakaze," ucapnya tidak membiarkan [Name] keheranan.

Mengangguki perkataan tersebut. "Biar adil, sebaiknya aku memperkenalkan diri. Salam kenal, Morisawa-san. Namaku [Full Name], dirimu boleh saja memanggilku seperti tadi, kok." Pada akhirnya [Name] mulai memperkenalkan diri.

"Tentu saja, yoroshiku! Oh, sampai jumpa Hakaze, [Name]."

Kaoru hanya menatapnya malas, sementara [Name] yang tidak percaya. Secepat itu datang, secepat itu pula perginya. Bahkan Kaoru menggelengkan kepala, "Hal itu sudah biasa, [Name]-chan."

[Name] ber-oh-ria. Mencoba memahami apa yang sedang terjadi di antara mereka. "Baiklah, mari lanjutkan yang tertunda kemarin, ya!" desak [Name], dengan tangan yang lainnya-bukanlah tangan yang sebelumnya mengalami sakit ringan-telah mencoba melempari Kaoru bola salju.

"[Name]-chan, curang dong kalau begitu."

Ya, Kaoru belum siap. Tapi [Name] sudah memulainya. "Aku bukan curang ya, Kao-san. Cuma Kao-san saja yang terlalu fokus dengan diriku, sedari tadi," gumam [Name] pada kalimat akhirnya.

Beruntung Kaoru tak sedang berada jauh, samar-samar diri mendengarkan perkataan tersebut. Justru karena hal tersebut, senyuman yang semula luntur, mendapati senyum simpul lagi.

Benar, ini adalah tentang perang bola salju. Meski tidak yakin akan benar-benar bertahan, mengingat sebelumnya. Bila kedepannya akan dihujani banyaknya bola salju, akibat permainan ini. Tapi, jika mereka berdua menikmatinya, kenapa tidak ya 'kan?

Suasana yang penuh dengan perperangan bola salju ringan, menjadi canda tawa keduanya sesekali. "Wah, aku rindu masa-masa ini!"

"Pfft, [Name]-chan ada sesuatu di wajahmu."

"Eh? Kalau begitu kenapa Kao-san tertawa seperti itu, huh?" gerutu [Name] sebal dengan pernyataan yang dilihatnya.

Kaoru mulai mendekati [Name], mulai menebar tawa. Dengan tangan meraih wajah [Name], ia berkata kembali, "Tapi bohong, sih. Tiada sesuatu di wajah [Name]-chan. Oh tidak, sekarang ada, ahaha. Wajah [Name]-chan semakin memerah."

"Kaoru-san menyebalkan!"

End

SNOWBALL FIGHT! Hakaze Kaoru. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang