MELLIFLUOUS

251 29 2
                                    

"kau adalah mellifluous ku, mengalun indah seakan mendekap ku dalam balutan kata-kata semu."

#day 1

#Ngo (bodoh)

'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'

5.2.0

"Saint."

Mendengar Namanya dipanggil ia pun menoleh, tepat diambang pintu berdiri seorang pria dengan tubuh tegap sedang bersedekap tangan melihatnya. Saint menepuk ringan kedua tangannya untuk membersihkan sisa lumpur dan pupuk yang telah ia mainkan seharian ini.

"Perth, kau sudah Kembali." Dengan riang Saint mendekat kearah Perth.

"Hn, bermain dengan tumpukan tanaman mu lagi?"

"Hahaha, apa ini bisa disebut bermain? Lihat, bunganya sudah mulai tumbuh."

Perth melihat kearah yang ditunjuk Saint dengan antusias, pria itu menunjuk kearah kumpulan tanaman yang tersusun rapih dan benar saja beberapa tanaman sudah menunjukan kuncup nya yang masih tertutup malu.

"Saint, ada noda di pipi mu."

"Eh? Dimana?" Saint berusaha menghapus noda yang dimaksud oleh Pert menggunakan punggung tangannya namun ia lupa bahwa tangan yang ia gunakan masih merlumuran lumpur dan pupuk membuat noda tersebut semakin bertambah banyak.

"Ai'ngo, lihat wajah mu semakin kotor." Perth terkekeh ringan sambil membantu Saint membersihkan beberapa noda lumpur dan pupuk yang dengan mencolok mengotori wajah seputih saljunya.

Saint menerima perlakuan Perth dengan sepenuh hati, matanya berbinar setiap kali tatapannya bertemu pandang dengan Perth. Jika bersama dengan Perth maka Saint tidak akan pernah kehilangan senyumannya, setidaknya itulah kenyataan pahitnya.


3 tahun kemudian...


"Apa kau masih berencana untuk menutupi ini dari Perth, Saint?"

Seseorang dengan kemeja hitam dilapisi oleh jas putih khas dokter memandang Saint dengan tatapan jengkel luar biasa. Orang itu Mean, sepupu sekaligus tunangan teman dekatnya.

Saint hanya memandang ujung jari tangannya yang saling bertautan satu sama lain diatas pangkuannya menolak untuk memandang pria di hadapannya yang menuntut jawaban dari kekeras kepalaannya.

Sadar bahwa sosok di depannya akan tetap mengeraskan hati dan bertekad untuk mengikuti keingiinan nya sendiri, Mean pun menghela napas kasar. Dirinya sangat amat membeci sepupu kecilnya ini.

"Dengar yah, jika bajingan itu tahu bahwa kau mengidap kanker paru-paru bagaimana mungkin dia akan tetap memperlakukanmu sedemikian buruknya. Saint, apa menjadi egois dan keras kepala ini perlu? Kau mungkin saja akan mati, ini tidak lucu sama sekali." Mean menaikkan sedikit nada bicaranya dengan tujuan untuk menggertak sepupu kecilnya yang masih diam mematung menolak untuk berbicara dengannya.

Mendengar Mean sudah mulai menggertaknya mau tidak mau Saint pun menghela napas sebelum memberanikan diri untuk menatap mata sepupu yang beberapa tahun lebih tua darinya itu, jelas terlihat bahwa ia benar-benar sudah bertekad untuk melakukan semuanya sendirian.

"Mean, selama ini aku sudah cukup menyulitkannya dengan kondisi fisikku yang lemah. Jika Perth tahu bahwa aku memiliki penyakit mengerikan seperti ini apa yang akan terjadi? Dia pasti akan meninggalkan ku."

"Tahu atau tidak dia akan tetap meninggalkan mu, apa kau belum juga sadar? Dia bermain dengan banyak orang tanpa memandang pria atau wanita, tenggelam dalam lautan hal kotor sepanjang malam lalu saat bajingan itu tidak merasa terpuaskan ia akan datang kepadamu. Membunuhmu!"

[BL] Endless Love [PerthSaint]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang