"perasaan rumit ini disebut hiraeth, dimana aku merindukan mu sebagai rumah namun tidak ada jalan untuk kembali entah itu bagiku atau bagimu."
#day3
#love story
'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'
6.0.7
Ditengah pergulatan panas mereka Perth adalah satu-satunya pihak yang menikmati kegiatan tersebut sedangkan Saint sedang berjuang mati-matian untuk tidak kehilangan kesadarannya namun saat kesadarannya sudah diujung tanduk ia malah mendengar nama orang lain yang terucap dari bibir pria yang sedang menyetubuhi dirinya.
Hentakan demi hentakan yang dirasakan Saint terasa seperti penghukuman, tubuh bangian bawahnya mulai mati rasa, kepalanya pening dan perutnya mual. Pada detik terakhir ia sadar wajah yang ia tatap dengan tatapan penuh dengan permohonan adalah wajah seorang pria yang sedang menggumamkan nama pria lain bukan nama miliknya.
Dalam hati Saint berbisik kepada dirinya sendiri, "Yasudah lah." Sampai akhirnya ia benar-benar kehilangan kesadaran.
Perth terus menghentakan bagian tubuhnya yang tertanam di dalam tubuh Saint dengan kasar seolah berniat menghancurkan organ dalam Saint, sejujurnya ia sedang dalam suasana hati yang sangat buruk sehingga ia bermain dengan sangat kasar. Di dalam ingatannya yang ia setubuhi adalah Mark bukan Saint namun saat ia merasakan sengatan panas dari tubuh yang berada di bawahnya, Perth mulai memperlambat hentakannya.
Kesadarannya mulai pulih dan betapa terkejutnya ia saat mendapati Saint yang terbaring tidak sadarkan diri dibawahnya, setelah dapat menangani keterkejutannya Perth pun dengan perlahan mencabut miliknya dari dalam tubuh Saint dan saat itulah ia menyadari bahwa hampir setengah dari seprai berlumuran darah milik Saint. Seketika Perth mengingat bahwa Saint memiliki penyakin bawaan genetic yaitu Hemofilia, seketika rasa panik yang sebelumnya berhasil ia tekan kembali menyeruak dalam hatinya.
Dengan cepat Perth membereskan kekacauan yang ia buat lalu membersihkan tubuh Saint serta sebisa mungkin menghentikan pendarahan, Perth merasakan bahwa suhu tubuh Saint mulai tidak normal karena merkipun bagian lain terasa sangat panas namun telapak tangan dan telapak kakinya terasa sangat dingin dan berkeringat.
"Saint kumohon jangan seperti ini, kau tidak akan mati karena hal ini kan."
Dengan gemetar ia meraih ponselnya lalu menghubungi Mean karena hanya orang itu yang terbiasa menangani permasalahan pada kondisi kesehatan Saint, tidak perlu menunggu lama karena pada dering ke dua panggilan itu sudah dijawab oleh orang disebrang sana.
"halo?" Mean menjawab dengan suara serak, jelas sekali bahwa ia baru saja terbangun dari tidurnya.
"Tolong cepat datang ke apartement ku."
"Apa ada masalah dengan Saint?"
"Um, ya. Aku tidak sengaja melakukannya dengan sedikit kasar dan-" belum sempat Perth menyelesaikan penjelasannya, omonganya sudah terpotong oleh bentakan Mean.
"BAJINGAN!"
Panggilan terputus.
Perth tahu meskipun Mean mengakhiri panggilannya namun pria itu pasti sedang menuju kemari jadi ia mulai marasa tenang. Perth memandangi wajah pucat Saint dengan tenang sebelum menyentuh beberapa helai rambut yang jatuh menutupi wajah pria yang sedang tidak sadarkan diri tersebut.
"Kenapa kau lemah sekali sih? Mark bahkan bisa menahannya jauh lebih baik daripada dirimu." Ia terdiam sebentar sebelum melanjutkan, "Jika kau selemah ini aku jadi tidak tega untuk meninggalkan mu, sebenarnya apa yang ku lihat dari mu? Kau tidak secantik itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Endless Love [PerthSaint]
Teen FictionPerth selalu berpikir bahwa logikanya adalah hal yang paling bisa ia percayai dalam hidup namun siapa sangka bahwa rasa sakit tak tertahankan juga datang dari hal yang paling ia percayai tersebut. "Aku bersalah padamu, aku berhutang padamu. Hey mes...