52. Forgiven

3.6K 191 95
                                    

Perlahan kesadarannya meningkat, tak terasa bahwa tidurnya hanya memakan waktu yang singkat. Seokjin melirik singkat sisi ranjangnya ditengah kantuknya yang masih menguasai. Tak ada Jungkook disana, pria itu belum pulang?

Menuntaskan rasa khawatirnya, Seokjin memutuskan untuk turun dari ranjang dan keluar dari kamarnya. Memeriksa ruang lantai satu apartemennya dimana ruang tamu berada, siapa tahu pria itu ketiduran di sofa seperti yang sudah-sudah.

Hatinya lega kala mendapati sosok itu terbaring di sofa ruang tamunya yang luas. Setelan luarnya sudah ditanggalkan, menyisakan kaus oblong hitam dan celana bokser yang menjadi andalannya. Menyeret selimut tebalnya yang sengaja dibawanya untuk menemaninya menunggui pria itu pulang kalau memang belum tiba di Seoul. Tapi, nyatanya selimut tebal itu digunakan untuk menyelimuti keduanya.

Tanpa berniat membangunkan, Seokjin lantas menempatkan tubuhnya sendiri diatas tubuh Jungkook yang tergeletak diatas sofa. Pria itu lantas tersadar kala beban berat menimpanya.

"Sayang?" Melirik singkat dengan kelopak yang tak sepenuhnya terbuka.

Seokjin menyamankan posisi tertelungkup diatas tubuh Jungkook yang lantas mendekapnya agar tak terjatuh. Bahkan kedua kakinya sengaja ditekuk untuk menyokong tubuh sang kekasih dari kedua sisi agar tak menggelinding sewaktu tidur nanti.

"Ngantuk." Dia merengek, lucu sekali diatas dada Jungkook yang mulai berotot.

"Bobo sini? Aku nggak sanggup gendong kamu kekamar. Nggak tahan ngantuknya." Jungkook mengaku. Ia memang tidak tidur selama perjalanan kembali ke Seoul. Waktunya ia habiskan untuk menenangkan debaran jantungnya yang tak terkendali akibat menahan rindu pada sang kekasih. Ditambah dengan Seokjin yang kerap merengek padanya untuk segera pulang.

Seokjin mengulas senyum saat mendengar dentuman jantung sang kekasih dibalik rongga toraksnya. Begitu jelas terdengar dibawah telinganya yang berada tepat diatas dada kiri Jungkook. Ia bahkan semakin memposisikan diri senyaman mungkin kala sebelah lengan Jungkook menyusup dari bawah piyamanya dan mengelus tulang sakrumnya, menyusuri garis vertebranya dan membelai sekitar dengan telapaknya.

"Tidur." Titahnya singkat, nadanya terdengar agak serak dan ia merasai hembusan napas dibarengi oleh seulas senyum dari sang pujaan hati.

"Ngelus dikit, kangen." Akunya jujur, ia memang tak mau munafik.

Seokjin tersenyum lebar, ia tak memprotes kala lengan Jungkook merambati vertebranya hingga ke tulang toraksnya, justru yang ada memasang diri untuk dijamah lebih jauh.

Dan elusan pada kulitnya berhenti tanpa diketahui oleh keduanya kapan mereka jatuh tertidur bersamaan.
.
.

Seokjin merambati sepanjang tangannya, merasai tekstur lain dibawah tulang pipinya. Kemudian tersenyum kecil kala mengingat bahwa semalam ia tidur diatas tubuh topless Jungkook yang kelelahan dan tak sanggup menahan kantuk diatas sofa. Mengangkat kepala dan mendapati wajah tidur kekasih mudanya, Seokjin mengulas senyum tipis dan dagunya mendarat diatas dada Jungkook.

Kepalanya bergerak naik turun dengan perlahan seirama dengan gerak napas Jungkook dibawahnya. Pria itu tak nampak terganggu pernapasannya dengan bobot Seokjin diatasnya. Rasanya selalu tak percaya bahwa bocah yang tengah terbaring tenang dibawahnya kini adalah adik kesayangannya dulu. Bahkan selalu tak habis pikir bahwa pada akhirnya Seokjin akan jatuh hati padanya.

"Kook...?" Satu panggilan lembut jelas tak mempan bagi Jungkook yang tertidur, tapi Seokjin tetap melakukannya.

"Sayang?" Panggilnya lagi, kini dengan jahil mengusakkan hidung bangirnya diceruk leher Jungkook. Pria itu masih bergeming dibawahnya.

Behind The Stage (EXTREMELY SLOW UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang