Masih di hari yang sama, sore hari itu keluarga Alrerion minus Raja berkumpul di halaman belakang untuk berkebun. Itu sudah menjadi kebiasaan mereka dari dulu karena Mama suka berkebun. Walaupun mereka laki-laki, tetapi mereka sangat telaten dalam hal mengurus tanaman.
Halaman belakang rumah ini sangat luas, perkiraan setengah dari halaman depan.
Seperti biasa, mereka mulai membagi tugas masing-masing. Vano dan Nathan bertugas membersihkan dedaunan yang gugur. Shaka dan Aiden dapat bagian menyirami sayur-sayuran, Jay, Juan, dan Nakula menyirami bunga. Ala juga turut membantu mereka.
Juan menyiram bunga lily diiringi nyanyian randomnya. Kemudian ia beralih pada kaktus kesayangannya. Ia menatap pohon kaktus kecil itu penuh sayang—masih dengan nyanyian riang.
Awalnya Ala membantu Vano mengambil daun-daun yang berserakan tapi ia jadi tertarik mendekat pada Juan. Ala ikut berjongkok disamping Juan.
"Kata Vano tadi kamu suka kaktus ya?" Tanya Ala memulai pembicaraan. Tadi Ala memang sempat bertanya pada Vano, kenapa mereka merawati pohon kaktus.
Juan mengangguk ribut. "Mereka lucu." Balas Juan melanjutkan nyanyiannya.
Ala yang mendengar itu jadi tersenyum gemas. Ia turut mendengarkan lagu yang dinyanyikan Juan dengan antusias.
"Yang dibilang Mei-Mei itu bener. Kalau mau ngerawat tumbuhan, harus dinyanyiin juga biar mereka seneng." Kata Juan tiba-tiba.
"Berarti kamu selalu nyanyi?"
Juan mengangguk.
"Yang lain juga gini? Maksudnya ikut nyanyiin tumbuhan?"
"Nggak. Cuma gue sama Kak Nathan. Yang lain katanya nggak mau dianggap gila,"
Kening Ala berkerut. "Kenapa gila? Tumbuhan kan juga makhluk hidup. Bisa ngerasain walau nggak bisa ngomong."
"Iya kan, Kak? Emang dasarnya mereka aja yang suaranya jelek makanya ngeles gitu."
Ala tertawa sambil mengacak gemas surai Juan. "Kaktusnya—"
"Kak Ala!"
Ala sontak menoleh, begitupun dengan Juan. Tetapi setelahnya mereka benar-benar menyesal menoleh ke sumber suara.
Nakula yang kebagian menyirami bunga lain jadi iseng mengarahkan selang ke air ke arah Ala dan Juan. Membuat mereka berdua memejamkan mata terkejut. Juan hendak berdiri, membalas Nakula tetapi Ala buru-buru menahannya.
"Udah, jangan diladenin. Mending kamu nyanyiin mereka lagi." Kata Ala tak menghiraukan bajunya kini yang lebih basah daripada Juan. Karena Nakula mengarahkan selang itu pada Ala.
Juan menurut walau sebelum itu ia menunjukkan bogeman pada Nakula dengan mata berkilat.
"Kak Ala suka ya sama suara gue?" Tanya Juan tiba-tiba.
Ala mengangguk tak ragu. "Suara kamu bagus, adem gitu dengernya." Jawab Ala membuat Juan tertawa senang.
Sementara itu, Vano dan Nathan yang sudah selesai menyapu halaman belakang, tinggal membuangnya ke tempat sampah, harus melotot tak terima saat Nakula tak sengaja mengarahkan selang air ke arah kumpulan dedaunan kering itu.
"NAKULAAAAA!! SINI NGGAK LO!" Pekik Vano berlari mengejar Nakula. Mereka jadi kejar-kejaran dengan Vano yang masih memegangi sapu dan Nakula yang memegangi selang air.
"HEH NAKULA! SELANGNYA LEPASIN DULU ANJENG! AIRNYA KENA GUE SEMUA INI!"
"ABANG MULUTNYA MAU DIJAHIT??!" Sahut Shaka ikut berteriak.

KAMU SEDANG MEMBACA
BABYSITTER [ENHYPEN]
Novela JuvenilAda tawaran pekerjaan yang membuat Atheala tertarik dan mendaftarkan diri. Kebetulan Atheala suka terhadap anak kecil. Dan karena kesulitan ekonomi, mau tak mau Atheala harus berhenti kuliah dan membanting tulang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. T...